Title: Semua ini... MEMBINGUNGKAN!
Author: Ni Putu Ayu Wina Laksmita Dewi
Genre: Love, ++17
Cast: dibaca aja deh.-.
NB: For silent readers, like dong. Kalo ga coment no problem :)
tp like ya. Hehe.
For all readers, tetep baca ya :)
jangan bosen sama bedamos. Love you all =)
follow @BerawalDariMOS ya :)
enjoy it!
***
"Sial banget! Nggak hidup. Nggak mati. Alvin selalu aja nyusahin gue." gumam Vino kesal.
"Vin, gue nggak bisa nerima lo. Hati gue hanya untuk Alvin. Bukan untuk orang lain." Sivia menunduk. Ya, ia memang sudah menjadi milik Alvin seutuhnya. Bahkan, Vino atau yang lainnya juga tidak akan bisa menggantikan Alvin di hati Sivia. Hati Sivia sudah begitu menyatu dengan Alvin. Walaupun Alvin selalu menyakiti Sivia, Sivia tetap sayang dengan Alvin.
Hubungan Sivia dan Alvin memang belum lama. Mereka baru menjalani hubungannya sekitar 1 bulan lebih. Namun, takdir berkata lain. Hubungan Alvin dan Sivia harus berakhir sampai disini. Lagian siapa yang mau berstatus pacaran dengan orang yang sudah tiada?
Vino Altha, sosok itu memang secara misterius masuk ke dalam kehidupan Sivia. Vino bahkan berusaha terus untuk menggantikan Alvin di hati Sivia. Vino dari dulu memang sudah mengagumi sosok Sivia. Namun, dari dulu juga ia selalu kalah saing dengan Alvin. Vino hanya ingin menang dari Alvin. Dan dia memang tidak sungguh-sungguh menyukai Sivia. Vino hanya ingin Sivia lepas dari Alvin. Ia lebih bagus dari Alvin! Sekolah di luar negeri, punya mobil sendiri, punya BB dan pakai behel. Siapa yang nolak cowok keren seperti Vino? Ya, bagi Sivia harta dan kualitas bukanlah yang terpenting. Memangnya siapa yang mau pacaran dengan cowok kasar seperti Vino?
"Kenapa sih hidup gue mesti tersaingi sama Alvin?"
Sivia tersentak. Ia menatap Vino. Sebenarnya Sivia sangat tidak tega melihat Vino terpuruk karena ingin menyaingi Alvin. Namun, apa Sivia tega menyakiti perasaan Alvin? Sivia tidak tega! Sivia tidak mau menyakiti Alvin hanya karena memilih Vino. Sivia masih sayang Alvin. Sungguh! Ia sangat menyayangi Alvin.
"Apa aku selalu jelek dimata oang-orang? Apa Alvin bagus di mata semua orang?" tanya Vino sambil menatap Sivia.
"Nggak semua orang kayak gitu. Alvin memang lebih baik daripada kamu. Makanya kamu harus rubah sifat kasarmu itu." Sivia tersenyum tipis. Rasa itu kembali dirasakan Sivia. Perasaan aneh muncul kembali. Dan kini, Sivia merasakannya karena Vino. Tapi, Sivia tidak terlalu mengenal sosok Vino. Apa dia bisa menerima Vino sebagai pengganti Alvin? Hati Sivia siapa yang tahu? Sivia bilang bahwa ia tidak bisa menerima Vino. Namun, hatinya berontak! Ingin rasanya Sivia berteriak sekencang-kencangnya bahwa ia ingin sekali mencoba mendekati Vino. Entahlah...
Alvin dan Vino, banyak sekali perbedaan dalam diri saudara kembar tersebut. Mereka memang serupa. Tapi tak sama! Banyak perbedaan. Dan Sivia sangat dibuat bingung dengan hadirnya Vino dalam hidup Sivia. Vino dan Alvin memang sama-sama ganteng dan keren. Perbedaannya adalah, Alvin dengan gaya cool-nya yang tingginya sama dengan Rio dan Vino dengan tampang kerennya dengan behel dan postur tubuhnya yang lebih tinggi dari Alvin. Memang, dari sifat hampir sama. Sama-sama nafsuan dan suka bertindak kasar pada cewek. Namun, jika disuruh memilih Alvin atau Vino, kebanyakan akan memilih Alvin. Mengapa demikian? Alvin masih bisa SEDIKIT lebih baik pada cewek. Berbeda dengan Vino! Vino nampak begitu KASAR dan tidak peduli apa yang terjadi pada cewek yang ingin ia dapatkan.
"Gue sadar! Gue tau bahwa gue emang kadar dan nggak peduli. Tapi, tolong terima gue apa adanya, Siv. Gue tulus. Gue bener-bener sayang dan cinta sama elo! Ini namanya love at first sight."
Sivia berpikir sejenak lalu tersenyum dan mendekati telinga Vino. "Buktikan kalo emang kamu sayang dan cinta sama aku."
Vino tertegun. Buktikan? Vino bingung harus melakukan apa. Namun, memang dengan cara membuktikanlah ia bisa memiliki Sivia. Vino tersenyum lebar. Ia menarik wajah Sivia. Ciuman hangat mendarat lembut di bibir Sivia. Vino memejamkan matanya sesaat. Cukup lama ia melakukan adegan itu. Vino nampak menikmati semuanya.
"Sorry..." Vino melepaskan ciumannya. Ia mengelus perlahan bibir Sivia. Vino terdiam. Ia takut Sivia akan meledakkan amarahnya dihadapan Vino saat ini.
"Itu bukti bahwa kamu sayang dan cinta sama aku?" tanya Sivia pelan.
"Iya, Siv. Aku bener-bener tulus sama semua ini. Tolong! Percaya sama aku." mohon Vino. Ia mengenggam erat tangan Sivia. Ia menatap dalam-dalam mata Sivia. Vino hanya berharap Sivia bisa terhipnotis oleh semua rayuan palsu yang dibuatnya.
Sivia mendorong Vino perlahan. Tatapan amarah terlihat pada raut wajah Sivia. "Brengsek tau! Buktiin sayang dan cinta bukan dengan nafsu. Itu sama aja nyari cewek cuma karena ada maunya. Gue nggak suka cowok yang kayak gitu, Vino."
"Kamu mau bukti apalagi biar percaya sama aku?" tanya Vino sambil mengelus lembut pipi Sivia.
Sivia tersenyum lebar. "Aku mau kamu jadi Alvin dan bukan Vino, gimana?"
"Hah?"
"Takut? Gitu doang kok syarat buat jadi pacar gue."
'Sialan! Tau gini gue ogah nembak nih cewek. Nggak tau terima kasih banget. Alvin selalu aja paling the best! Gue? Seakan nggak dianggap.' batin Vino kesal.
"Vin... Vino!" panggil Sivia.
"Gue benci Alvin!" teriak Vino tanpa sadar.
Sivia kaget. Ia mengerutkan keningnya sambil menatap Vino dalam-dalam. "Lo benci sama Alvin? Wah, sorry kalo gitu. Gue nggak bisa terima sebagai pengganti Alvin."
"APA?!" kali ini gantian Vino yang kaget setengah mati. Ia tidak menyangka bahwa ucapannya tadi akan berakibat fatal seperti ini. Vino ditolak Sivia? Gagal total rencananya kalau seperti ini. Yang Vino ingin hanyalah Sivia lepas dari Alvin.
"Maaf ya, Vino. Gue nggak bisa terima elo. Karena lo nggak bisa jadi Alvin buat gue."
"Eh... Siapa bilang? Gue bisa kok jadi Alvin. Apa yang lo suka dari Alvin? Coba jelasin ke gue!"
Sivia bungkam. Ia membekap mulutnya rapat-rapat. Sivia sadar bahwa dia salah mengucapkan kata-kata sebelumnya. TERPAKSA! Sivia harus dengan sangat terpaksa menjelaskan apa saja yang ia sukai dari Alvin. Sivia merutuki dirinya sendiri. Tak seharusnya ia mengucapkan kata terlarang itu pada Vino.
"Vi..." panggil Vino pelan sambil mengenggam tangan Sivia.
Sivia menatap Vino. Perlahan ia membuka mulutnya. "Gue suka semua dari Alvin. Dia itu gede dan bagus banget bentuknya."
"Hah? Ngomong apa sih lo, Vi?" tanya Vino.
Sivia menatap Vino. "Aku nggak pernah sayang dan cinta sama Alvin! Tapi aku suka sama yang ada dalam diri Alvin."
"Ja...ja...jadi?" Vino terbata.
"Ya, semua yang ada dalam pikiran itu bener banget. Kaget ya? Makanya! Kamu kayak Alvin nggak?"
Vino memegangi dahi Sivia. Ia membolak-balikkan telapak tangannya dan berharap Sivia masih baik-baik saja. "Gue jauh lebih bagus kok dari Alvin!"
"Hah? Serius? Mana? Coba lihat!" dengan semangatnya Sivia menarik-narik baju Vino. Ia ingin melihat apa yang diucapkan Vino. Dan mungkin, Sivia akan membuka hatinya untuk Vino.
Vino menelan ludahnya. Heran? Tentu saja! Vino sangat heran dan bingung dengan kelakuan Sivia. Sivia bilang bahwa dia tidak suka dengan cowok yang nafsunya gede. Buktinya? Sivia termasuk cewek yang nafsunya gede banget! Vino tidak mengira bahwa Sivia menerima Alvin hanya karena dalamnya bermutu dan berkualitas. Vino mana pernah melihat yang ada dalam diri Alvin. Terakhir waktu Vino dan Alvin umur 1 tahun. Setelah itu Vino pergi meninggalkan Alvin dan yang lainnya.
"Vino!" Sivia menyadarkan Vino dari lamunannya. Sivia sadar bahwa ia salah telah membuka rahasia hatinya kepada Vino. Namun, apa yang bisa dilakukan Sivia? Yang lalu biarlah berlalu.
"Lo serius mau ngeliat? Seberapa besar nyali lo buat ngeliat yang ada dalam diri gue?" tanya Vino.
"SERIUSLAH!"
Vino tersenyum lebar. Perlahan-lahan ia mendekati Sivia.
*SKIP*
+SKIP+
Sivia masih tak percaya dengan semuanya. Ternyata ucapan Vino sebelumnya benar. Dan Vino sukses membuat Sivia bertekuk lutut. Sivia dengan refleks-nya langsung memeluk Vino dan menerima semuanya. Mungkin kini Alvin telah dinomor duakan oleh Sivia. Hal itu membuat Alvin kembali... BANGKIT!
"Udah puas kan, sayang? Terus apalagi yang kamu mau?" tanya Vino sambil mengelus pipi Sivia.
"Aku mau kamu jadi Alvin Sindunata! Bukan Vino Sindunata. Bisa?"
Vino menepuk puncak kepala Sivia. "Jadi aku harus rela kamu panggil Alvin, iya?" tanya Vino.
"Yap! Tapi... Kalo kamu nggak mau~~"
"Aku mau kok jadi Alvin buat kamu." potong Vino.
"Beneran, Vin?"
"Iya, Siv. Bener kok."
Sivia memeluk Vino dengan eratnya. "Thanks banget, Vin. Aku jadi sayang deh sama kamu."
'Kamu tau, Sivia. Kamu cewek pertama yang punya nyali buat ngeliat semua itu. Entah kenapa... Aku beneran jatuh cinta sama kamu.' batin Vino sambil tersenyum tipis.
***
"Menurut lo Alvin punya penyakit apa?" tanya Cakka.
"Dia kayaknya punya penyakit di dada kirinya. Gue nggak begitu keras kok mukul dia." jawab Debo sambil menunduk. Semuanya menatap Debo dalam-dalam.
"Kalo emang Alvin punya penyakit, kenapa elo tega mukulin Alvin sampai meninggal?" tanya Ify dengan amarah yang meluap-luap di kepalanya. Ify merasa kesal dengan Debo atas kematian Alvin. Ify tidak pernah menduga bahwa Alvin akan pergi secepat ini. Padahal, Ify baru saja ingin mengenal Alvin lebih dekat. Namun, nasib berkata demikian. Takdir Tuhan yang memisahkan kita semua dari orang yang kita sayangi.
"Jangan nyalahin Debo juga dong! Debo kan dari awal nggak tau kalo Alv~~" ucapan Agni tersendat. Ia menganga seketika karena dari jauh Agni melihat Sivia dengan Vino, saudara kembar Alvin.
"HEY SEMUA!" sapa Sivia sambil tersenyum lebar.
Sontak semua anak FMIF dan SNG pun kaget setengah mati. Sivia berdiri bersama Alvin. Bukan... Tapi Vino.
"Al... Al... Alvin." ucap Shilla terbata.
"Iya, gue Alvin. Kaget ya?" Vino memperlihatkan gigi kawatnya itu. Ia tersenyum tipis pada semuanya. Walau berat cobaan yang harus dilalui Vino. Tapi, Vino merasa biasa saja. Ia malah menikmati semuanya.
"Lo bukan Alvin! Alvin nggak pernah make behel. Giginya Alvin itu rapi!" bentak Rio pada Vino.
"Itu Alvin!" tunjuk Deva ke belakang Sivia dan Vino. Sosok itu secara misterius langsung menghampiri SNG dan FMIF.
Bersambung...
Maaf ya kurang panjang T.T
ngetik di hp soalnya. Besok kalo dapet ngetik di comp, aku panjangin deh :)