Senin, 20 Juni 2011

Berawal Dari MOS--Part 52

Part 52: OMG?! ALVIN SAMA SIVIA KENAPA?

***

Hari itu kembali terjadi. FMIF dan SNG pun telah kembali ke sekolah. SMA IDOLA BERSINAR, sekolah yang kata orang-orang paling the best dan terpopuler. Padahal, bagi FMIF sekolah mereka nggak ada bagus-bagusnya. Dari segi bangunan terlihat memang bagus dan sempurna. Namun, dari belakang bangunan sangat kotor dan sama sekali kurang dirawat. Katanya, dulu ada cleaning service sekolah yang udah berhasil ngebersihin halaman belakang sekolah. Tapi, besoknya masih tetap ada sampah-sampah kotor itu. Hii... (?)

" Debo kemana sih? Perasaan dia kan lagi amnesia. Tapi, kenapa dia nggak keliatan ya? Emangnya dia tau jalan buat ke sekolah? " Sivia nampak celingukan mencari sosok Debo yang tak kunjung tiba. Rasa khawatir juga menghampiri Sivia. Ia hanya takut Debo tidak sampai rumah karena kemarin anak FMIF dan SNG meninggalkannya dipinggir jembatan.

" Hey, temennya Agni kan? "

Sivia tersadar dari lamunannya kemudian memandang orang yang menyapanya barusan. " Debo... "

" Nama kamu siapa? Kok sendirian disini? " tanya Debo sambil tersenyum.

" Sivia. Aku lagi nungguin kamu kok disini. Aku kan tau kamu itu lagi amnesia. Jadi, nggak baik anak amnesia itu jalan sendirian. " jawab Sivia sambil tersenyum juga.

" Oh, Sivia. Nungguin aku? Seriusan? "

" Seriuslah. Lagian ngapa... " Sivia menghentikan ucapannya ketika melihat Alvin bergandengan tangan bersama Ify. Sungguh sulit dipercaya. Ternyata ucapan Alvin sebelumnya serius dan bukan main-main.

" Siv... Sivia... " Debo mengibaskan tangannya di depan wajah Sivia. Ia mengerutkan dahinya lalu melihat tujuan mata Sivia. Tak disangka, ternyata itu yang membuat Sivia terdiam. Debo pun ikut tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya. Ify bersama Alvin. Apa kata dunia?

" Agni sama cowok itu? Ihh... Kenapa dia deketin Agni sih? " Debo melipat kedua tangannya di dada karena kesal.

" Deb, rangkul gue sekarang. Kita harus pura-pura pacaran di depan mereka. Pokoknya se-mesra mungkin biar mereka percaya kalo kita pacaran. " pinta Sivia pada Debo.

Debo menganga tak percaya. Bagaimana mungkin? Bisa-bisanya Sivia meminta hal seperti itu. Lagian itu harus dilakukan Debo hanya untuk Alvin-Ify? Hmm...

" De, cepet! "

Debo mengangguk lalu dengan cepat ia merangkul Sivia dan merapatkan tubuhnya. Perlahan-lahan, tangannya juga bergerak mengelus-elus pipi Sivia. Entah kenapa Debo juga merasa kesal melihat Alvin-Ify bergandengan tangan.

Sesaat kemudian, Debo melingkarkan tangannya dipinggang Sivia karena Alvin dan Ify menghampiri mereka. Sivia pun merapikan rambut dan posisinya.

" Hey DeVia. " sapa Alvin dan Ify serempak.

" Hey... "

" Lo berdua udah jadian? " tanya Alvin sambil menunjuk tangan Debo yang melingkar di pinggang Sivia.

" Udah dong. Kita berdua udah jadian. Mau bukti? " Debo menaikkan sebelah alisnya. Ia kini memandang Ify. " Lo jadian sama cowok ini, Ag? "

" Ify! Bukan Agni. Iya, gue jadian sama Alvin. " ucap Ify.

" Gue juga jadian sama Debo. " ucap Sivia tak mau kalah.

" Lo bisa buktiin kalo lo sama Sivia udah jadian? " tanya Alvin sedikit tak percaya dengan ucapan Debo-Sivia.

" Tentu. " Debo mendekatkan wajahnya ke Sivia. Lalu dengan cepat ia mencium pipi Sivia dengan lembutnya.

Sivia terdiam sesaat karena perlakuan Debo. Sivia memang meminta Debo untuk terlihat se-mesra mungkin di depan Alvin. Tapi, bukan berarti Debo bisa melakukan seperti itu terhadapnya.

" Udah kan? Mau bukti lagi? " tanya Debo.

" Eng... Enggak deh! Gue duluan ya. " ucap Alvin sambil menarik tangan Ify.

Alvin berjalan perlahan disamping Sivia lalu membisikkan sesuatu. " PENGHIANAT! "

Sivia tercekat lalu menjauh dari Debo. Air matanya perlahan meleleh karena ucapan Alvin. Apa yang sudah dilakukannya? Kenapa Sivia harus melakukan semua ini? Membalaskan dendamnya karena perbuatan Alvin?

Dari kejauhan, Cakka-Shilla, Rio-Agni, Patton-Aren dan Deva-Acha memandang Debo-Sivia dengan tatapan bingung. Mungkin ini semua memang tampak sangat membingungkan.(saya sendiri bingung --')

" Vi, sorry ya. Itu semua biar mereka berdua juga percaya. Dan sekarang aku yakin kalo cewek itu emang bukan Agni. " ucap Debo sambil berusaha menenangkan Sivia.

Sivia menghapus air matanya perlahan. Menangis untuk Alvin? Cukup! Cukup sudah Sivia membuang air matanya hanya untuk Alvin. " Maafin aku juga ya, De. Aku udah bikin masalah kayak gini. Liat tuh, mereka semua di depan pasti juga bingung. Udah yuk. Balik ke kelas. " ajak Sivia.

' Ternyata lo nggak seburuk yang gue duga, Vi. ' batin Debo sambil tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Sivia kembali ke kelas.

@ Classroom

" Gue mau pindah tempat duduk! " ucap Sivia pada Alvin.

" Heh... Peraturan sekolah emang kayak gitu. Kalo dari awal udah ditentuin, mana bisa pindah. Oh, lo mau duduk sama Debo? Silahkan! Kalo lo emang niat dihukum sama kepsek. "

" BUKANNYA ELO SEMUA DI SKORS? " teriak Sivia yang membuat anak FMIF lainnya melotot ke arahnya.

" Hahaha... Siapa bilang? Yang di skors cuma KETUA OSIS kebanggaan lo itu. Dia kan ketahuan bawa rokok ke sekolah. " ucap Alvin sinis.

" KAK GABRIEL? "

" WOY, NGGAK USAH TERIAK! " bentak Alvin.

Anak FMIF dan SNG pun bangun dari tempat duduknya lalu melerai pertengkaran yang terjadi diantara Alvin-Sivia.

" Heh... Lo jangan berani ya bentak-bentak pacar gue! " ucap Debo pada Alvin.

" Hah? Pacar? "

" Alvin-Sivia kalian kenapa sih? " tanya Cakka.

Shilla nampak tak memperdulikan keributan yang terjadi. Pandangan Shilla tertuju ke arah pintu. " Casillas... " ucap Shilla tak percaya. Ia pun berlalu dari kelas. Dan nampak tak ada seorang pun yang mengetahui kepergian Shilla dari kelas.

" Kenapa jadi pada tukeran pasangan? " tanya Agni.

" Yee... Siapa yang tukaran? Gue sama Sivia udah putus! Emang ada larangan buat gue? Lagian Ify-Debo juga udah putus. " jelas Alvin pada anak FMIF lainnya.

" Eh, gue kan udah bilang! Nggak ada satu pun anak FMIF yang boleh pacaran sama anak SNG. Emang kalian nggak dengerin apa peraturan yang gue buat? Kalian mau berhianat sama FMIF? " tanya Patton sambil menatap anak FMIF satu-persatu.

" Eh... " Alvin menarik kerah baju Patton dengan kasarnya. " Elo bukan ketua FMIF! Dan nggak akan pernah jadi ketuanya! Ngerti lo! "

" Vin... Udah! Guru udah dateng! " ucap Rio pada Alvin sambil menunjuk Pak Duta yang berjalan memasuki kelas mereka.

Semuanya pun kembali ke tempat duduk. Cakka baru menyadari bahwa Shilla tidak ada di kelas. Perasaannya pun terasa tidak enak dan khawatir dengan keadaan Shilla yang masih depresi kehilangan Casillas.

" Selamat pagi anak-anak. " sapa Pak Duta.

" Pagi Pak... "

" Sekarang siapa yang tahu apa Ibukota Austria? " tanya Pak Duta.

" Saya tau, Pak. Saya tau. " anak FMIF serempak mengangkat tangannya.

" Ehm, ya coba... Alvin. " tunjuk Pak Duta.

Alvin menghela nafasnya sesaat lalu menjawab. " Ibu Kota Austria adalah Wina. (senyum-senyum sendiri. Wkwk) "

" Nah, betul! Tau darimana kamu? " tanya Pak Duta.

" Ya jelas tau. Orang kan Bapak sebelumnya udah pernah jelasin kalo Ibu Kota Austria itu Wina. "

Sementara Pak Duta-Alvin berdebat tentang Ibu Kota Austria, Cakka nampak sibuk mencari sosok Shilla yang tak kunjung kelihatan. Cakka mencolek punggung Rio yang berada di depannya.

" Sst... Yo, lo liat Shilla nggak? " tanya Cakka.

Rio menoleh ke belakang. " Shilla? Bukannya tadi sama elo? "

" Iya, tadi emang sama gue. Tapi, lo liat nggak waktu dia pergi ninggalin gue? Gue khawatir nih dia kenapa-napa. "

" Meneketehek! " ucap Rio sambil menaikkan bahunya.

" AAAAAAAAAAAAAA... "

" Shilla... " anak SNG pun berdiri serempak. Pak Duta dan Alvin menghentikan perdebatannya lalu menoleh.

" Ada apa kalian berdiri? " tanya Pak Duta.

" Shilla, Pak. Itu tadi teriakannya Shilla. " ucap Aren mulai panik.

" Iya, Pak. Shilla kalo teriak berarti dia dalam bahaya. " jelas Acha.

" Kalian ini apa-apaan? Bapak sama sekali tidak mendengar teriakan yang kalian maksud. Kalian jangan membuat alasan macam-macam. Jelas-jelas di papan absen tertulis Ashilla Zahrantiara itu sakit. " ucap Pak Duta sambil melihat papan absen hari ini.

Cakka kaget. Semua ini diluar dugaan. Bagaimana mungkin papan absen itu terisi sendiri? Padahal, jelas-jelas Shilla adalah sekretaris di kelas. Jadi, tidak mungkin dia menulis dirinya sendiri sakit. Semua diluar dugaan.

" Pak, tadi itu Shilla hadir dan nggak sakit. Dan saya juga yakin bahwa teriakan tadi adalah teriakan Shilla. " ucap Cakka berdiri.

" Cakka, kamu jangan membohongi saya! Jelas-jelas Shilla itu tidak sekolah. Sudah... Jangan pada membicarakan Shilla. Kita lanjutkan pelajaran hari ini. Buka buku pelajaran halaman 90. " perintah Pak Duta pada murid-muridnya.

Perasaan khawatir masih singgah dihati Cakka. Ia sangat khawatir dengan kondisi Shilla. Ditambah lagi misteri tertulisnya nama Shilla di papan absen sekolah. Benar-benar sulit dipercaya.

" Jadi, Ibu Kota Austria itu adalah Wina. " jelas Pak Duta.

" UDAH TAU, PAK! " ucap anak-anak serempak.

Tok...tok...tok...

Pintu kelas itu diketuk seseorang. Pak Duta memandang orang itu.

" Ada apa kamu kemari? " tanya Pak Duta.

" Pak, ngomong sama siapa sih? " tanya Alvin kebingungan.

" Api... Illas au ketemu Api. " ucap orang itu.

" Api? Maksud kamu Papi? Emang siapa Papi kamu? " tanya Pak Duta.

" Pak, jangan ngomong sama pintu! " ucap Cakka sedikit berteriak.

Pak Duta pun tersadar dari lamunannya. Ia mengusap wajahnya sesaat. Jelas-jelas tadi Pak Duta memang melihat sosok anak kecil dihadapannya. Namun, semuanya lenyap seketika seiring dengan teriakan Cakka. Ada apa dengan semua ini?

Bersambung...
like+coment yaaa :D
ditunggu...

Berawal Dari MOS--Part 51--Spesial DevAcha

Part 51: Deva sialan!

***

Perasaan itu kembali hadir di hati Deva. Perasaan ketika ia pertama kalinya bertemu cewek seperti Acha. Dan kini, semua itu mungkin hanya tinggal kenangan sesaat. Bahkan, disaat Acha sedang terpuruk dalam kesedihan grup SNG. Deva sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa untuk Acha. Apa yang harus dilakukan Deva? Entahlah! Deva sendiri tidak tahu harus melakukan apa untuk Acha. Disaat seperti ini juga Acha nampak tak peduli pada Deva. Semua hanya karena permasalahan Five Boys dan Five Girls dimasa lalu kini diungkit kembali. Andaikan saja Cakka lebih bisa menjaga ucapannya.

Sulit. Memang sulit untuk menyatukan semuanya kembali dan mengembalikan semua seperti semula. Segala upaya telah dilakukan Deva demi teman-temannya dan juga Acha. Namun, hasilnya juga sia-sia. FMIF dan SNG juga tetap bersikukuh menghentikan hubungan cinta yang terjadi. Terkecuali Deva dan Acha. Mereka berdua nampak memang tidak peduli dengan peraturan yang dibuat Alvin dkk.

“Aku bingung dengan semua ini, Dev. Rasanya semuanya itu sudah berakhir. Hidup udah nggak ada artinya lagi sekarang.” Acha tertunduk lesu. Kini ia sendiri pun ikut bingung dengan semua yang terjadi. Apa yang harus dilakukan Acha? Harus diam dan meratapi nasib hubungannya dengan Deva berakhir? Atau mungkin Acha mesti mengembalikan semua seperti awal? Tidak mungkin! Itu semua memang tidak mungkin dilakukan Acha. Acha memang terlalu lemah untuk melakukan semua itu. Tapi, tidak mungkin juga Acha mesti berdiam diri terus-menerus.

“Keep smile. Hadapi semua masalah dengan senyuman. Kita harus yakin bahwa semua akan baik-baik aja. Aku juga nggak mau semua ini berakhir dengan sia-sia.” Deva menerawang langit yang memang nampak cukup cerah itu. Ia kembali mengingat dimasa-masa pertama kali bertemu dengan anak-anak FMIF dan juga anak SNG. Kenangan masa lalu yang kembali berputar di memori ingatan Deva. Kenangan ketika study tour bersama. Kenangan disaat niat licik Alvin ingin menghancurkan anak Five Girls dilakukan. Kenangan ketika ternyata Deva memang benar-benar mencintai Acha. Dan mungkin kenangan itu kini telah lenyap seiring berjalannya waktu. Deva sendiri tidak bisa melakukan apa-apa.

“Cinta… kata orang ku jatuh cinta. Jatuh cinta sampai tergila-gila. Hanya dirimu yang membuatku mabuk kepayang.” Acha menatap wajah Deva. Perlahan ia mengelus lembut pipi Deva. Acha merindukan saat-saat berdua seperti ini bersama Deva. Benar-benar rindu. Seakan dunia milik mereka berdua. Acha dan Deva nampak tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya.

“I will be the last for you. And you will be the last for me.” Deva tersenyum kemudian merangkul Acha. Sungguh! Deva merindukan saat-saat seperti ini. Hari ini akan dicatat Deva sebagai hari bahagia dalam hidupnya bersama Acha. Dan semoga saja hari ini bukan merupakan hari terakhir Deva bersama Acha. Walaupun ada masalah antara FMIF dan SNG. Tapi, bukan berarti hubungan mereka harus berakhir kan?

“Aku sayaaang banget sama kamu, Dev. Kamu itu adalah orang yang bisa buat aku tersenyum. Dan kamu tau, kamu itu beda dari semua cowok yang aku kenal. Kamu itu…”
“Sst...” Deva menempelkan jari telunjuknya di bibir Acha. Baginya, cukup sudah pujian yang dilontarkan Acha. Tak perlu lagi Acha mengucapkan semua kata pujian yang mungkin sudah dirangkainya. Karena semua itu memang tidak dibutuhkan Deva. Yang Deva mau hanyalah kasih sayang dan ketulusan hati Acha.

Acha terdiam. Ia masih menatap Deva. Tangan Deva sudah diturunkannya. Dan kini, Acha hanya diam memandang wajah kekasihnya itu. Ia menelan ludah. Acha berharap bahwa saat ini bukanlah first kiss-nya bersama Deva. Karena jujur, Acha memang tidak bisa melakukan semua itu. Maka dari itu Acha sama sekali tidak pernah mendapatkan first kiss-nya dengan semua mantannya. Apa mungkin Deva yang akan mendapatkan first kiss-nya bersama Acha? Mari kita simak --”

“Jangan, Dev! Aku belum siap untuk semua itu.” Acha memalingkan wajahnya dari Deva. Ia memang belum siap untuk semua ini. Mungkin ini belum saatnya untuk dirasakan Acha. Semua memang butuh persiapan untuk melakukan semua itu. Bagi Acha, semua tidak akan terjadi apabila tidak ada persiapan.

“Cieee... belum siap first kiss ya? Ya udah, aku juga nggak maksain kamu kok, Cha. Kalo emang nggak mau ya aku bisa apa? Aku juga nggak bisa apa-apa.”

Acha memandang Deva sesaat kemudian ia menundukkan kepala. “Maaf.” Hanya kata itu yang dilontarkan Acha. Karena Acha sadar bahwa Deva pasti kecewa dengan semua ini. Tapi, apa mau dibuat? Acha juga tidak mungkin melakukan itu. ACHA BELUM SIAP!

“Buat apa minta maaf? Kamu nggak ada salah kok. Cha, kita ke taman yuk?” ajak Deva.

“Taman?”

“Iya, taman. Aku pengen ngomong sesuatu yang serius sama kamu.”

“Emang nggak bisa disini aja?” Tanya Acha dengan raut muka agak kesal. Deva mendengus.

“Nggak bisa! Disini terlalu rame. Kita ketaman ya?” ajak Deva (lagi).

A c h a mengangguk pasrah lalu mengikuti langkah kaki Deva yang sudah menarik paksa tangannya untuk pergi. Acha hanya berpikir. Untuk apa Deva mengajaknya ke taman? Jangan-jangan Deva ingin first kiss-nya lagi. Tapi, itu tidak mungkin. Deva sudah bilang bahwa dia tidak akan memaksakan semua itu. Entahlah. Hanya bisa menunggu apa yang akan dikatakan Deva di taman.

***

“Aku mau kita putus, Cha.” Ucap Deva ketus. Ya, kini Deva dan Acha sudah berada di taman kota. Dan semua ucapan Deva itu memang diluar dugaan. Dengan gampangnya Deva mengatakan ingin mengakhiri hubungannya dengan Acha. Lantas apa yang ada dipikiran Deva sehingga dia bisa-bisanya melontarkan ucapan itu?. Entahlah…

“Apa? Putus? Tapi, kenapa? Aku punya salah sama kamu sampai kamu putusin aku kayak gini?” tanya Acha. Air matanya perlahan-lahan menetes membasahi pipi. Acha sungguh tidak bisa menerima semua ini. Acha tidak ingin Deva pergi dari hidupnya. Acha sudah terlalu lama mengenal Deva. Jadi, Deva tidak mungkin melakukan semua ini tanpa alasan yang jelas dan pasti.

“Kamu tau Patton kan, Cha? Apapun akan dilakukan dia untuk misahin anak FMIF dari SNG. Dan malah dia sekarang mau nguasain grup FMIF. Aku nggak mau ntar kamu kenapa-napa Cuma karena dia. Aku sayang kamu, Cha. Tapi, ngertiin aku. Aku juga nggak bisa pacaran terlalu lama sama kamu.” Deva tertunduk lesu. Ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa untuk menjaga dengan baik hubungannya dengan Acha. Segala cara telah ia coba. Namun, apa hasilnya? Deva tetap kekeuh dengan keputusannya itu. Deva dan Acha harus berakhir. Demi nama baik FMIF dan juga SNG.

“Tapi, kita kan bisa backstreet di depan mereka. Aku nggak mau pisah sama kamu, Dev.” Acha memeluk Deva. Tangisannya pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Kini ia puas-puaskan menangis dipelukan Deva. Acha ingin Deva! Hanya itu yang dia inginkan. Acha juga tidak peduli terhadap peraturan FMIF dan SNG.

“Aku juga nggak mau sebenernya pisah dari kamu. Tapi, aku juga nggak mungkin ninggalin persahabatan hanya demi seorang cewek. Tolong ngertiin aku! Aku juga bingung dalam situasi seperti ini, Cha.”

Acha masih terisak dipelukan Deva. Ia tak peduli dengan semua ucapan yang dilontarkan Deva. Yang ia mau hanyalah Deva tidak akan pernah pergi dari sisinya. Karena sungguh Acha tak bisa jauh-jauh dari Deva.

“Cha… sorry. Emangnya enak dikerjain! Hahaha.” Deva melepaskan pelukan Acha dan kini ia tertawa sepuasnya melihat ekspresi Acha yang terlihat sangat berlebihan.

“Ihhh… Deva sialan! Jadi, kamu Cuma ngerjain aku doing? Kamu pikir enak buang-buang air mata kayak gini? Jahat!” Acha menghapus air matanya lalu memanyunkan bibirnya beberapa cm. perasaannya sungguh sangat kesal pada Deva. Bisa-bisanya Deva seperti ini pada Acha. Jahat sekali!

“Maaf, Cha. Jangan ngambek dong. Aku kan cuma bercanda. Kalo disuruh milih FMIF atau kamu, aku pasti bakalan pilih kamu.” Ucap Deva sambil tersenyum.

“Yang bener?”

“Bener.”

“Yakin?”

“Sumpah!”

“Serius?

“Seratusrius deh.”

“Nggak bohong kan?”

“ACHAAAA!! Aku serius.” Ucap Deva kesal.

“Yee… ngambek.”

”Yuk, pulang.” ajak Deva.

”Pulang? Katanya mau ke taman.” Acha mendengus kesal. Apa sih maunya Deva? Segalanya telah dituruti Acha. Memang benar-benar sulit untuk ditebak.

”Besok kan kita sekolah. Sekarang kita pulang. Lagian aku capek banget, Cha. Emangnya kamu nggak capek jalan-jalan nggak jelas kayak gini? Ayolaahh...”

”Ya udah deh.” Acha mengangguk pasrah. Dan kemudian mengikuti langkah kaki Deva didepannya.

Bersambung...
Like+coment yaa :D
maaf ngaret... Abisnya bingung cara mindahin m.word 2007 ke 2003. Tp untung bisa. Hehe. Maaf yaa..