Part 52: OMG?! ALVIN SAMA SIVIA KENAPA?
***
Hari itu kembali terjadi. FMIF dan SNG pun telah kembali ke sekolah. SMA IDOLA BERSINAR, sekolah yang kata orang-orang paling the best dan terpopuler. Padahal, bagi FMIF sekolah mereka nggak ada bagus-bagusnya. Dari segi bangunan terlihat memang bagus dan sempurna. Namun, dari belakang bangunan sangat kotor dan sama sekali kurang dirawat. Katanya, dulu ada cleaning service sekolah yang udah berhasil ngebersihin halaman belakang sekolah. Tapi, besoknya masih tetap ada sampah-sampah kotor itu. Hii... (?)
" Debo kemana sih? Perasaan dia kan lagi amnesia. Tapi, kenapa dia nggak keliatan ya? Emangnya dia tau jalan buat ke sekolah? " Sivia nampak celingukan mencari sosok Debo yang tak kunjung tiba. Rasa khawatir juga menghampiri Sivia. Ia hanya takut Debo tidak sampai rumah karena kemarin anak FMIF dan SNG meninggalkannya dipinggir jembatan.
" Hey, temennya Agni kan? "
Sivia tersadar dari lamunannya kemudian memandang orang yang menyapanya barusan. " Debo... "
" Nama kamu siapa? Kok sendirian disini? " tanya Debo sambil tersenyum.
" Sivia. Aku lagi nungguin kamu kok disini. Aku kan tau kamu itu lagi amnesia. Jadi, nggak baik anak amnesia itu jalan sendirian. " jawab Sivia sambil tersenyum juga.
" Oh, Sivia. Nungguin aku? Seriusan? "
" Seriuslah. Lagian ngapa... " Sivia menghentikan ucapannya ketika melihat Alvin bergandengan tangan bersama Ify. Sungguh sulit dipercaya. Ternyata ucapan Alvin sebelumnya serius dan bukan main-main.
" Siv... Sivia... " Debo mengibaskan tangannya di depan wajah Sivia. Ia mengerutkan dahinya lalu melihat tujuan mata Sivia. Tak disangka, ternyata itu yang membuat Sivia terdiam. Debo pun ikut tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya. Ify bersama Alvin. Apa kata dunia?
" Agni sama cowok itu? Ihh... Kenapa dia deketin Agni sih? " Debo melipat kedua tangannya di dada karena kesal.
" Deb, rangkul gue sekarang. Kita harus pura-pura pacaran di depan mereka. Pokoknya se-mesra mungkin biar mereka percaya kalo kita pacaran. " pinta Sivia pada Debo.
Debo menganga tak percaya. Bagaimana mungkin? Bisa-bisanya Sivia meminta hal seperti itu. Lagian itu harus dilakukan Debo hanya untuk Alvin-Ify? Hmm...
" De, cepet! "
Debo mengangguk lalu dengan cepat ia merangkul Sivia dan merapatkan tubuhnya. Perlahan-lahan, tangannya juga bergerak mengelus-elus pipi Sivia. Entah kenapa Debo juga merasa kesal melihat Alvin-Ify bergandengan tangan.
Sesaat kemudian, Debo melingkarkan tangannya dipinggang Sivia karena Alvin dan Ify menghampiri mereka. Sivia pun merapikan rambut dan posisinya.
" Hey DeVia. " sapa Alvin dan Ify serempak.
" Hey... "
" Lo berdua udah jadian? " tanya Alvin sambil menunjuk tangan Debo yang melingkar di pinggang Sivia.
" Udah dong. Kita berdua udah jadian. Mau bukti? " Debo menaikkan sebelah alisnya. Ia kini memandang Ify. " Lo jadian sama cowok ini, Ag? "
" Ify! Bukan Agni. Iya, gue jadian sama Alvin. " ucap Ify.
" Gue juga jadian sama Debo. " ucap Sivia tak mau kalah.
" Lo bisa buktiin kalo lo sama Sivia udah jadian? " tanya Alvin sedikit tak percaya dengan ucapan Debo-Sivia.
" Tentu. " Debo mendekatkan wajahnya ke Sivia. Lalu dengan cepat ia mencium pipi Sivia dengan lembutnya.
Sivia terdiam sesaat karena perlakuan Debo. Sivia memang meminta Debo untuk terlihat se-mesra mungkin di depan Alvin. Tapi, bukan berarti Debo bisa melakukan seperti itu terhadapnya.
" Udah kan? Mau bukti lagi? " tanya Debo.
" Eng... Enggak deh! Gue duluan ya. " ucap Alvin sambil menarik tangan Ify.
Alvin berjalan perlahan disamping Sivia lalu membisikkan sesuatu. " PENGHIANAT! "
Sivia tercekat lalu menjauh dari Debo. Air matanya perlahan meleleh karena ucapan Alvin. Apa yang sudah dilakukannya? Kenapa Sivia harus melakukan semua ini? Membalaskan dendamnya karena perbuatan Alvin?
Dari kejauhan, Cakka-Shilla, Rio-Agni, Patton-Aren dan Deva-Acha memandang Debo-Sivia dengan tatapan bingung. Mungkin ini semua memang tampak sangat membingungkan.(saya sendiri bingung --')
" Vi, sorry ya. Itu semua biar mereka berdua juga percaya. Dan sekarang aku yakin kalo cewek itu emang bukan Agni. " ucap Debo sambil berusaha menenangkan Sivia.
Sivia menghapus air matanya perlahan. Menangis untuk Alvin? Cukup! Cukup sudah Sivia membuang air matanya hanya untuk Alvin. " Maafin aku juga ya, De. Aku udah bikin masalah kayak gini. Liat tuh, mereka semua di depan pasti juga bingung. Udah yuk. Balik ke kelas. " ajak Sivia.
' Ternyata lo nggak seburuk yang gue duga, Vi. ' batin Debo sambil tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Sivia kembali ke kelas.
@ Classroom
" Gue mau pindah tempat duduk! " ucap Sivia pada Alvin.
" Heh... Peraturan sekolah emang kayak gitu. Kalo dari awal udah ditentuin, mana bisa pindah. Oh, lo mau duduk sama Debo? Silahkan! Kalo lo emang niat dihukum sama kepsek. "
" BUKANNYA ELO SEMUA DI SKORS? " teriak Sivia yang membuat anak FMIF lainnya melotot ke arahnya.
" Hahaha... Siapa bilang? Yang di skors cuma KETUA OSIS kebanggaan lo itu. Dia kan ketahuan bawa rokok ke sekolah. " ucap Alvin sinis.
" KAK GABRIEL? "
" WOY, NGGAK USAH TERIAK! " bentak Alvin.
Anak FMIF dan SNG pun bangun dari tempat duduknya lalu melerai pertengkaran yang terjadi diantara Alvin-Sivia.
" Heh... Lo jangan berani ya bentak-bentak pacar gue! " ucap Debo pada Alvin.
" Hah? Pacar? "
" Alvin-Sivia kalian kenapa sih? " tanya Cakka.
Shilla nampak tak memperdulikan keributan yang terjadi. Pandangan Shilla tertuju ke arah pintu. " Casillas... " ucap Shilla tak percaya. Ia pun berlalu dari kelas. Dan nampak tak ada seorang pun yang mengetahui kepergian Shilla dari kelas.
" Kenapa jadi pada tukeran pasangan? " tanya Agni.
" Yee... Siapa yang tukaran? Gue sama Sivia udah putus! Emang ada larangan buat gue? Lagian Ify-Debo juga udah putus. " jelas Alvin pada anak FMIF lainnya.
" Eh, gue kan udah bilang! Nggak ada satu pun anak FMIF yang boleh pacaran sama anak SNG. Emang kalian nggak dengerin apa peraturan yang gue buat? Kalian mau berhianat sama FMIF? " tanya Patton sambil menatap anak FMIF satu-persatu.
" Eh... " Alvin menarik kerah baju Patton dengan kasarnya. " Elo bukan ketua FMIF! Dan nggak akan pernah jadi ketuanya! Ngerti lo! "
" Vin... Udah! Guru udah dateng! " ucap Rio pada Alvin sambil menunjuk Pak Duta yang berjalan memasuki kelas mereka.
Semuanya pun kembali ke tempat duduk. Cakka baru menyadari bahwa Shilla tidak ada di kelas. Perasaannya pun terasa tidak enak dan khawatir dengan keadaan Shilla yang masih depresi kehilangan Casillas.
" Selamat pagi anak-anak. " sapa Pak Duta.
" Pagi Pak... "
" Sekarang siapa yang tahu apa Ibukota Austria? " tanya Pak Duta.
" Saya tau, Pak. Saya tau. " anak FMIF serempak mengangkat tangannya.
" Ehm, ya coba... Alvin. " tunjuk Pak Duta.
Alvin menghela nafasnya sesaat lalu menjawab. " Ibu Kota Austria adalah Wina. (senyum-senyum sendiri. Wkwk) "
" Nah, betul! Tau darimana kamu? " tanya Pak Duta.
" Ya jelas tau. Orang kan Bapak sebelumnya udah pernah jelasin kalo Ibu Kota Austria itu Wina. "
Sementara Pak Duta-Alvin berdebat tentang Ibu Kota Austria, Cakka nampak sibuk mencari sosok Shilla yang tak kunjung kelihatan. Cakka mencolek punggung Rio yang berada di depannya.
" Sst... Yo, lo liat Shilla nggak? " tanya Cakka.
Rio menoleh ke belakang. " Shilla? Bukannya tadi sama elo? "
" Iya, tadi emang sama gue. Tapi, lo liat nggak waktu dia pergi ninggalin gue? Gue khawatir nih dia kenapa-napa. "
" Meneketehek! " ucap Rio sambil menaikkan bahunya.
" AAAAAAAAAAAAAA... "
" Shilla... " anak SNG pun berdiri serempak. Pak Duta dan Alvin menghentikan perdebatannya lalu menoleh.
" Ada apa kalian berdiri? " tanya Pak Duta.
" Shilla, Pak. Itu tadi teriakannya Shilla. " ucap Aren mulai panik.
" Iya, Pak. Shilla kalo teriak berarti dia dalam bahaya. " jelas Acha.
" Kalian ini apa-apaan? Bapak sama sekali tidak mendengar teriakan yang kalian maksud. Kalian jangan membuat alasan macam-macam. Jelas-jelas di papan absen tertulis Ashilla Zahrantiara itu sakit. " ucap Pak Duta sambil melihat papan absen hari ini.
Cakka kaget. Semua ini diluar dugaan. Bagaimana mungkin papan absen itu terisi sendiri? Padahal, jelas-jelas Shilla adalah sekretaris di kelas. Jadi, tidak mungkin dia menulis dirinya sendiri sakit. Semua diluar dugaan.
" Pak, tadi itu Shilla hadir dan nggak sakit. Dan saya juga yakin bahwa teriakan tadi adalah teriakan Shilla. " ucap Cakka berdiri.
" Cakka, kamu jangan membohongi saya! Jelas-jelas Shilla itu tidak sekolah. Sudah... Jangan pada membicarakan Shilla. Kita lanjutkan pelajaran hari ini. Buka buku pelajaran halaman 90. " perintah Pak Duta pada murid-muridnya.
Perasaan khawatir masih singgah dihati Cakka. Ia sangat khawatir dengan kondisi Shilla. Ditambah lagi misteri tertulisnya nama Shilla di papan absen sekolah. Benar-benar sulit dipercaya.
" Jadi, Ibu Kota Austria itu adalah Wina. " jelas Pak Duta.
" UDAH TAU, PAK! " ucap anak-anak serempak.
Tok...tok...tok...
Pintu kelas itu diketuk seseorang. Pak Duta memandang orang itu.
" Ada apa kamu kemari? " tanya Pak Duta.
" Pak, ngomong sama siapa sih? " tanya Alvin kebingungan.
" Api... Illas au ketemu Api. " ucap orang itu.
" Api? Maksud kamu Papi? Emang siapa Papi kamu? " tanya Pak Duta.
" Pak, jangan ngomong sama pintu! " ucap Cakka sedikit berteriak.
Pak Duta pun tersadar dari lamunannya. Ia mengusap wajahnya sesaat. Jelas-jelas tadi Pak Duta memang melihat sosok anak kecil dihadapannya. Namun, semuanya lenyap seketika seiring dengan teriakan Cakka. Ada apa dengan semua ini?
Bersambung...
like+coment yaaa :D
ditunggu...