Part 49: Kenapa ini terjadi?
***
@Jembatan Sulatri
Ify terisak dalam pelukan Patton. Ia masih tak menyangka bahwa Debo akan meninggalkannya secepat ini. Kenangan banyak terukir di dalam hubungan Ify-Debo. Namun, seketika kenangan itu lenyap dengan berjalannya waktu yang begitu cepat. Dan kini, Ify hanya bisa menangis tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Debo. Bahkan, Ify tidak tahu bagaimana kondisi Debo. Air sungai di bawah jembatan itu begitu deras. Dan mungkin orang yang jatuh kesana tidak akan bisa terselamatkan.
Dari kejauhan, CDRA datang menghampiri Patton-Ify. Betapa terkejutnya mereka melihat adegan yang terjadi di depan mereka -CDRA-. Patton dan Ify berpelukan disaat Debo tidak tahu bagaimana nasibnya. Emosi Alvin seketika meledak melihat adegan yang terjadi dihadapannya.
" Woy!! Kalian emang manusia yang nggak nggak punya hati ya. Bisa-bisanya pelukan disaat Debo nyemplung ke sungai. Kalian mikir nggak gimana perasaan Debo kalo ngeliat kalian pelukan? Pasti hatinya tambah sakit. Dan kalian nggak tau kan Debo selamat atau nggak? Dasar! " Alvin memandang sinis Patton dan Ify. Ia merasa sangat kesal melihat Ify yang bisa-bisanya memeluk Patton.
Ify refleks melepaskan pelukannya ke Patton. Dan ia kini menunduk tanpa menatap sosok Alvin yang berada dihadapannya.
" Maaf... "
" Lo nangis? Lo nangis tapi meluk Patton. Apa-apaan coba? Sinting dasar! " Alvin mendorong Ify dengan kasarnya. Patton menahan keseimbangan Ify agar tidak terjatuh.
" Eh, lo jangan dorong-dorong Ify dong, Vin. Jangan mentang-mentang elo ketua FMIF lo bisa seenaknya aja. Lo dorong-dorong Ify malah bikin Debo 100 kali lebih benci sama yang namanya ALVIN. " bentak Patton.
CDR menghampiri Alvin, Patton dan Ify.
" Eh, eh, lo jangan macem-macem sama Alvin. " lerai Rio sambil mendorong Patton perlahan.
" Dia yang mulai! " ucap Patton penuh emosi.
" Udah dong! Nggak ada yang mesti di ribetin disini. Harusnya kalian mikirin gimana nasib Debo dibawah sana. Bukannya malah berantem kayak gini. " Cakka melerai teman-temannya. Ia hanya tidak ingin orang-orang berdatangan hanya karena Patton-Alvin.
" Debo... Debo dimana? " Ify menghampiri pinggiran jembatan. Ia berharap Debo tidak terseret derasnya arus sungai.
" Ify... "
Dari kejauhan anak-anak SNG menghampiri Ify tanpa Aren. Mereka melirik anak FMIF sejenak kemudian menghampiri Ify ke pinggiran jembatan.
" Fy... "
" Debo... Debo dimana? " Ify nampak celingukan mencari sosok Debo di dalam sungai. Air matanya tak henti-henti terus menetes.
" Fy, mendingan kita cek ke bawah deh. " usul Agni.
" Iya, daripada entar mayat Debo nggak bisa ditemuin. " Acha ikut melihat ke bawah sungai.
" Ke bawah? Ayo kita ke bawah. " ajak Ify sambil menarik tangan Agni.
" Eeehh... Ichimaruuuu... " teriak Agni histeris ketika tangannya ditarik Ify.
" Woy, tolongin woy! Ke bawah ke bawah. " teriak Rio ikutan panik.
" Siviaaaa... "
Anak FMIF pun ikut turun ke bawah jembatan mengikuti anak-anak SNG.
***
" Ugh, ini dimana? "
" Kamu sudah sadar ya. Kamu di rumahku. Kamu ngapain bisa hanyut di sungai? Kamu abis loncat dari jembatan ya? "
" Kamu siapa? Nama aku siapa? Dan ini dimana? Aku nggak inget apa-apa. "
" Ini kartu pelajar kamu bukan? Disini tercantum nama Andryos Aryanto. Jadi, nama kamu Andryos? " gadis itu menunjukkan sebuah kartu pelajar.
" Namaku Andryos? Andryos Aryanto? "
" Ya sepertinya begitu. Kenalin namaku Gita. Aku anak daerah sini. Jadi, tadi kamu mau bunuh diri, Yos? "
" Aku... Aku nggak tau, Git. Semua nggak ada yang aku inget. Tapi, aku inget satu nama. "
" Siapa? "
" Dia... Dia A... Aduh... Kepalaku nggak bisa inget apa-apa nih. " Andryos memegangi kepalanya yang nampak terasa pusing. Sulit baginya untuk mengingat semuanya. Satu persatu ingatannya seketika lenyap dari pikirannya itu.
" A? Siapa orang yang punya inisial A? " tanya Gita penasaran.
" Entahlah... Aku tidak ingat apa-apa, Git. Bisa kamu antarkan aku ke sungai tempat kamu menemukanku? "
" Tentu. Dengan senang hati aku bisa mengantarkanmu. Tapi, apa kondisimu sudah pulih? Sepertinya kakimu terkilir akibat benturan keras. "
Andryos tersenyum tipis. " Tentu saja. Kondisiku sudah pulih kok. Kamu nggak perlu khawatir kayak gini. Kamu itu ngingetin aku deh sama satu orang cewek. A... Aku lupa siapa namanya. " Andryos tertunduk lesu. Ia mencoba mengingat semuanya. Namun, hasilnya nihil. Ia tetap tidak bisa mengingat apa-apa.
" Jangan dipaksakan. Ntar kalo kamu paksain malah tambah pusing. Kamu itu lagi amnesia. Semua yang pernah ada dalam hidup kamu pasti kamu lupa. Termasuk orang inisial 'A' yang satu-satunya kamu ingat. Apa kamu tidak ingat wajah orang yang berinisial 'A' itu? "
" Wajah? Aku ingat wajahnya. Apa kamu bisa pertemukan aku dengan dia? " tanya Andryos.
" Akan aku coba. Jadi, kita ke jembatan tempat aku menemukanmu? "
" Iya. Mau kan kamu anterin aku? Aku mohon, Git. "
" Baiklah. Ayo kita kesana. "
***
" Debooooo... Kamu dimana? "
Patton menenangkan Ify yang terus-terusan menangis. Anak-anak FMIF pun mengukur tempat jatuhnya Debo dari atas jembatan hingga turun ke sungai.
" KENAPA INI SEMUA TERJADI? " Ify berteriak histeris karena tak kunjung menemukan Debo.
" Kalo Debo terjun dari atas sana. Berarti harusnya dia jatuh disi... "
" Debo... "
" Hah? Debo? Siapa? Aku bukan Debo. Aku Andryos. "
" Maaf, kalian siapa ya? Dia ini Andryos. Tadi aku temuin dipinggir sungai. Terus katanya dia cuma inget satu orang yang inisialnya 'A'. " Gita mulai angkat bicara dan menjelaskan apa yang terjadi pada Debo.
" A? Siapa? Disini kan ada Agni, Alyssa, Ashilla, Acha sama Alvin. Siapa coba yang diinget sama Debo? " tanya Rio bingung.
" Agni... " Andryos tertuju pada Ify. Dia langsung memeluk Ify yang berada dihadapannya.
" Hah? Agni kok ngarahnya ke Ify? " Agni heran memandang Debo yang tiba-tiba memeluk sosok Ify. Ia masih tak percaya dengan semua ini.
" Agni... Jangan tinggalin aku lagi. "
" Ehm... Yos, aku tinggal disini ya? " ucap Gita tersenyum.
" Iya, Git. Makasih banyak ya udah nemuin aku sama Agni. Makasih banget. "
" Sama-sama. Aku pamit pulang dulu ya. Bye semuanya. " Gita pun melambaikan tangannya pada anak-anak SNG dan FMIF.
" Bye... "
Patton melepaskan pelukan Debo ke Ify. Ia menarik paksa Ify ke dalam rangkulannya.
" Eh, elo nggak boleh sebut-sebut Ify dengan panggilan Agni. Namanya dia itu Ify. Alyssa Saufika Umari. Bukannya Agni! Sadar dong. " ucap Patton sinis.
" Hey, kamu jangan rebut-rebut Agniku. Dia ini pacar aku. Agni itu cuma sayang sama aku. Bukannya kamu! " Debo pun menarik tangan Ify kembali untuk berdiri disampingnya. Ify hanya mendengus kesal merasakan tarik-tarikan yang terjadi diantara Debo-Patton.
" Woy, lepasin gue! Gue Ify bukan Agni. " Ify menghempaskan tangan Debo dan Patton. Ia merasa benar-benar kesal diperlakukan seperti ini oleh Debo-Patton.
" Agni... "
" Sabar, De. Kondisi kamu masih kayak gini. Belum inget apa-apa. Jangan dipaksain. " Alvin menepuk pundak Debo pelan.
" Namaku bukan Debo! Aku nggak kenal sama kamu. Jangan sentuh-sentuh aku. Aaaaa... Aku pusing! " ucap Debo langsung pergi meninggalkan semuanya.
" Debo... Hiks... " Ify kembali menangis dalam pelukan Patton.
" Balik yuk. " ajak Alvin.
" Yuk. "
***
Bersambung...
LIKE+COMENT YA
Sabtu, 04 Juni 2011
Berawal Dari MOS--Part 48
Part 48: Cinta tak terbalas...
***
" Hah? Debo loncat dari jembatan? Kok bisa? "
Disaat yang bersamaan anak FMIF berkumpul tanpa Patton dan Debo. Mereka nampak kaget mendengar berita jatuhnya Debo dari atas jembatan.
" Mana gue tau, Kka. Orang katanya Patton sama Ify ngeliat sendiri Debo itu loncat dari pinggir jembatan. Katanya frustasi karena Ify. Tapi, ngga tau juga deh... " Rio menaikkan bahunya. Ia memang benar-benar tidak tahu tentang masalah yang dialami Debo-Ify-Patton.
" Terus sekarang Debo gimana? Ntar kalo dia kenapa-napa gimana? Gue kan khawatir. Apalagi ntar kalo dia sampai lecet-lecet. Huh... Gue nggak akan maafin Ify maupun Patton. " ucap Alvin yang membuat cowok-cowok di dekatnya itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh.
" Ish, daripada Debo. Mendingan juga gue, Vin. " Rio merayu Alvin.
" Idih... Najis! " Alvin bergidik ngeri.
" Hahahaha... " tawa anak FMIF meledak karena ulah AlvinRio yang nggak jelas.
" Udah ah... Kita susul aja si Patton. Gue bener-bener khawatir tau sama Debo. Masalahnya kan gue deket banget sama Debo. Gue nggak mau dia kenapa-napa. " ucap Alvin.
" Up to you deh. Andryos Aryanto terus deh yang lo khawatirin. Sedangkan Mario Stevano Aditya Haling sama sekali nggak pernah di khawatirin sama Alvin Jonathan Sindunata. " sinis Rio.
" Lo kenapa sih, Yo? Lo ngarep banget ya di perhatiin sama Alvin? Yaampun... Rio! " Deva hanya geleng-geleng kepala melihat Rio yang seperti ini karena Alvin.
" Woy, udah dong! Lo juga nggak usah kayak gini ke Alvin, Yo. Cara lo kayak gini itu lebay banget. Dan lo harusnya sadar kalo emang Alvin lebih deket sama Debo ketimbang sama elo. Terus kenapa lo kayak gini? Lo cemburu karena Alvin perhatian ke Debo? Atau jangan-jangan... "
" Eitz, jangan nuduh yang macem-macem ya. Terserah deh. Gue nggak peduli mau Alvin suka sama Debo kek. Sama monyet nek. GUE NGGAK PEDULI! " ucap Rio langsung pergi meninggalkan lokasi markas baru FMIF.
" Yo... " Alvin menarik tangan Rio. Ia kini memberanikan diri menatap cowok di hadapannya itu.
" Apa lagi sih , Vin? Elo kan khawatir sama Debo. Ya udah sana samperin Debo. Ngapain lo larang-larang gue pergi? Gue itu kan bukan orang terdekat lo! Bahkan bagi lo gue sangat nggak berarti kan? "
" Yo... Dengerin gue! Lo juga berarti buat gue. Nggak cuma Debo. Dan kalo andaikan elo yang ada diposisi Debo. Gue juga pasti akan khawatir sama semua ini. Maafin gue, Yo... " Alvin memeluk Rio dihadapannya itu. Cakka dan Deva saling berpandangan melihat adegan yang terjadi dihadapannya.
" Maafin gue juga, Vin. Gue terlalu kayak gini ke elo. Karena gue emang nggak mau kehilangan rasa sayang lo ke gue. Gue nggak mau elo lebih sayang sama Debo dibandingkan sama gue. " lirih Rio.
" Yaampun... Lo apa-apaan sih, Yo? Rasa sayang itu gue ke semuanya. Termasuk gue juga sayang banget sama Sivia tau. Jadi, gue sayang semuanya. Bukan cuma Debo atau elo. Lo harusnya ngerti dong. Sekarang yang lebih penting itu Debo. Debo itu juga salah satu sahabat kita. "
Rio melepaskan pelukan Alvin kemudian tersenyum tipis. " Iya, gue tau bahwa Debo sekarang lebih berarti. Maafin gue ya. Ayo sekarang kita cari Debo. "
Alvin tersenyum lalu melirik Cakka dan Deva. " Lo berdua kalo mau pandang-pandangan jangan disini deh. Kita harus utamain Debo nih. Ntar dia malah nggak bisa selamat, lo semua dihantuin. Hiiii... "
" ALVIIINNN!! "
Rio hanya tertawa mendengar ucapan Alvin. " Ngaco lo, Vin. Nggak mungkinlah Debo pergi ninggalin kita. Emangnya dia tega ngeliat kita menderita kayak gini? "
" Ayoo... Kita ke jembatan yang di sms'in sama Patton. " ajak Deva.
" Yo'i. Pokoknya kita pastiin Debo harus selamat. Kalo nggak, gue nggak ikut-ikutan deh. " ucap Cakka sambil mengangkat kedua tangannya.
" Woo... Ga adil! " ucap Alvin dan Rio serempak.
" hehehe... "
CDRA pun pergi meninggalkan markas baru FMIF dan menuju jembatan Sulatri untuk mengetahui keadaan Debo.
***
" Sumpah lo? Debo loncat dari jembatan karena Ify sama Patton? " tanya Agni pada Aren.
" Yup! Tadi Patton sms gue kayak gitu. Mau ke jembatan nggak? Gue takut nih dia kenapa-napa. Gitu-gitu kan Debo mantan gue. " ucap Aren.
" Yeee... Debo juga mantan gue kali! " ucap Agni tak mau kalah.
" Hah? "
" Eh, kalian pada jangan natap gue gitu napa. Aneh banget tatapan kalian. " Agni bergidik ngeri melihat anak-anak SNG yang menatapnya dengan tatapan aneh.
" Baru juga mantan. Gue aja kan dulu calon istrinya Debo. Sayangnya nggak jadi. " ucap Shilla sambil tersenyum gaje.
" Kok jadi pada ngomongin Debo sih? " tanya Sivia. " Dia kan yang bantu gue balik lagi sama Alvin. Ah... Pokoknya Debo itu the best deh. "
" Woy, mantan gue tuh! " ucap Aren dan Agni serempak.
" STOP! Kenapa jadi bicarain Debo sih? Gue aja nggak akrab sama yang namanya Debo. " ucap Acha watados.
" Wah, lo mah taunya cuma Deva. Bukan Debo. " ucap Shilla.
" Yee... Dimana-mana juga Deva cakepan daripada Debo. " ucap Acha tak mau kalah.
" Debo...! " sahut ke empat anak SNG.
" Deva... "
" Debo... "
" Deva. "
" Debo. "
" Deva! "
" Debo! "
" Devaaaaa! "
" Deboooo!! "
" Udah ah... Gaje banget kalian semua. Debo sama Deva direbutin. " ucap Aren sinis.
" Yeee... Biarpun gitu gue nggak suka sama Deva! Dia udah ngehancurin hubungan gue sama Rio sebelumnya. " Agni memandang langit.
" Eh, apa lo bilang? Perasaan elo deh yang caper sama Deva, Ag. Kenapa elo jadi nyalahin Deva karena hubungan lo sama Rio rusak? Itu kan karena ulah lo sendiri. Siapa suruh kegatelan jadi cewek. " sinis Acha.
" Elo... Errr... " Agni geram memandang Acha. Sivia menahan emosi Agni agar tak meledak.
" Ag, inget dong. Acha itu sahabat kita. " Sivia meredam emosi Agni.
" Elo bilang sahabat? Sahabat macam apa kayak gitu? Dia udah nuduh gue ngerebut cowonya dia. Idih... Mendingan juga Debo daripada Deva. " ucap Agni tak kalah sinisnya.
" Oh... Jadi, ada yang masih nyimpen perasaan nih sama mantan pacarnya itu? Mantan pacar yang jelas-jelas pacar sahabatnya sendiri. Lo mikirin Ify dong, Ag! Lo jangan mikirin perasaan elo doang. Dasar! " Acha memandang sinis Agni.
" Woy, lo semua jangan pada berantem dong! Cuma karena cowok kayak Debo aja mesti berantem. Cowok itu masih banyak diluar sana. Bahkan, Kak Gabriel itu cakep tau. " lerai Aren sambil membayangkan sosok Gabriel.
" LEBAY! "
" So? Nggak suka? Gue kan sekarang jadi ketua SNG. " ucap Aren dengan PD-nya.
" What?! Siapa yang nyuruh lo jadi ketua SNG? Hello... Plis deh, Ren! Gue ketuanya. " Agni menggebrak meja café ClubNight. Dan memang saat itu mereka sedang clubbing di salah satu café terkenal.
" Eh, gue dong penguasa disini. Kan gue disini yang termasuk dalam grup SNG. Jadi, kalian itu anak buah gue. " Aren memandang rendah ke arah Agni, Sivia, Acha dan Shilla.
" Oh tidak bisa! Gue nggak terima sama keputusan elo. Kalo elo nggak suka sama kita. Elo bisa cabut dari grup SNG dan kita bakal ubah kembali jadi namanya Five Girls. " Shilla merasa tidak suka dengan hadirnya Aren. Bisa-bisa hadirnya Aren menghancurkan persahabatan 5 cewek yang selama ini sudah dijalin.
" Aaaahhh... lo semua kok pada berantem gini? Mana kekompakan grup SNG? Tunjukin dong ke anak FMIF kalo kita itu kompak. Mereka aja kompak kenapa kita nggak? " Acha melerai Agni dan Aren yang sibuk memperebutkan kekuasaan ketua grup SNG.
" Dia yang mulai! " tunjuk Agni pada Aren.
" So? Gue peduli? Nggak kali ya! Ya udah yuk... Kita liat si Debo. Masih hidup atau udah mampus tuh anak. " ucap Aren sinis.
" Woy, lo jangan nyumpahin si Debo mati ya! Kalo sampai dia kenapa-napa. Elo yang gue ceburin ke jembatan. " ucap Agni (lagi).
" Bagusan juga kalo itu cowok mampus. Biar dia nggak nyusahin lagi! "
PLAAKK--
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Aren. Tangan Acha refleks menampar pipi Aren.
" Elo... "
" Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu! Meskipun gue emang nggak akrab sama yang namanya Debo. Tapi, dia itu juga sahabatnya Deva. Jadi, kalo elo macem-macem bukan cuma tangan gue yang akan mendarat di pipi elo. Tapi, tangan mereka bertiga juga akan mendarat di pipi mulus elo. Kasihan ya lo! Cinta lo diakhirin Debo. Ckckck... " Acha memandang Aren tak kalah sinisnya.
" Udahlah... Kita ke jembatan aja. Tinggalin tuh si Areng. "
" Apa lo bilang? Areng? Nama gue AREN. A-R-E-N bukan ARENG! " ucap Aren tak terima dengan ucapan Agni.
" Whatever deh! Yuk, cabut guys... Bye Areng. "
" Ugh, Sial! " rutuk Aren kesal.
" Tunggu aja pembalasan gue! Lo pikir bisa ngalahin Aren Nadya. Nggak akan bisa! " Aren tersenyum penuh kemenangan memandang kepergian teman-temanya.
***
bersambung...
***
" Hah? Debo loncat dari jembatan? Kok bisa? "
Disaat yang bersamaan anak FMIF berkumpul tanpa Patton dan Debo. Mereka nampak kaget mendengar berita jatuhnya Debo dari atas jembatan.
" Mana gue tau, Kka. Orang katanya Patton sama Ify ngeliat sendiri Debo itu loncat dari pinggir jembatan. Katanya frustasi karena Ify. Tapi, ngga tau juga deh... " Rio menaikkan bahunya. Ia memang benar-benar tidak tahu tentang masalah yang dialami Debo-Ify-Patton.
" Terus sekarang Debo gimana? Ntar kalo dia kenapa-napa gimana? Gue kan khawatir. Apalagi ntar kalo dia sampai lecet-lecet. Huh... Gue nggak akan maafin Ify maupun Patton. " ucap Alvin yang membuat cowok-cowok di dekatnya itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh.
" Ish, daripada Debo. Mendingan juga gue, Vin. " Rio merayu Alvin.
" Idih... Najis! " Alvin bergidik ngeri.
" Hahahaha... " tawa anak FMIF meledak karena ulah AlvinRio yang nggak jelas.
" Udah ah... Kita susul aja si Patton. Gue bener-bener khawatir tau sama Debo. Masalahnya kan gue deket banget sama Debo. Gue nggak mau dia kenapa-napa. " ucap Alvin.
" Up to you deh. Andryos Aryanto terus deh yang lo khawatirin. Sedangkan Mario Stevano Aditya Haling sama sekali nggak pernah di khawatirin sama Alvin Jonathan Sindunata. " sinis Rio.
" Lo kenapa sih, Yo? Lo ngarep banget ya di perhatiin sama Alvin? Yaampun... Rio! " Deva hanya geleng-geleng kepala melihat Rio yang seperti ini karena Alvin.
" Woy, udah dong! Lo juga nggak usah kayak gini ke Alvin, Yo. Cara lo kayak gini itu lebay banget. Dan lo harusnya sadar kalo emang Alvin lebih deket sama Debo ketimbang sama elo. Terus kenapa lo kayak gini? Lo cemburu karena Alvin perhatian ke Debo? Atau jangan-jangan... "
" Eitz, jangan nuduh yang macem-macem ya. Terserah deh. Gue nggak peduli mau Alvin suka sama Debo kek. Sama monyet nek. GUE NGGAK PEDULI! " ucap Rio langsung pergi meninggalkan lokasi markas baru FMIF.
" Yo... " Alvin menarik tangan Rio. Ia kini memberanikan diri menatap cowok di hadapannya itu.
" Apa lagi sih , Vin? Elo kan khawatir sama Debo. Ya udah sana samperin Debo. Ngapain lo larang-larang gue pergi? Gue itu kan bukan orang terdekat lo! Bahkan bagi lo gue sangat nggak berarti kan? "
" Yo... Dengerin gue! Lo juga berarti buat gue. Nggak cuma Debo. Dan kalo andaikan elo yang ada diposisi Debo. Gue juga pasti akan khawatir sama semua ini. Maafin gue, Yo... " Alvin memeluk Rio dihadapannya itu. Cakka dan Deva saling berpandangan melihat adegan yang terjadi dihadapannya.
" Maafin gue juga, Vin. Gue terlalu kayak gini ke elo. Karena gue emang nggak mau kehilangan rasa sayang lo ke gue. Gue nggak mau elo lebih sayang sama Debo dibandingkan sama gue. " lirih Rio.
" Yaampun... Lo apa-apaan sih, Yo? Rasa sayang itu gue ke semuanya. Termasuk gue juga sayang banget sama Sivia tau. Jadi, gue sayang semuanya. Bukan cuma Debo atau elo. Lo harusnya ngerti dong. Sekarang yang lebih penting itu Debo. Debo itu juga salah satu sahabat kita. "
Rio melepaskan pelukan Alvin kemudian tersenyum tipis. " Iya, gue tau bahwa Debo sekarang lebih berarti. Maafin gue ya. Ayo sekarang kita cari Debo. "
Alvin tersenyum lalu melirik Cakka dan Deva. " Lo berdua kalo mau pandang-pandangan jangan disini deh. Kita harus utamain Debo nih. Ntar dia malah nggak bisa selamat, lo semua dihantuin. Hiiii... "
" ALVIIINNN!! "
Rio hanya tertawa mendengar ucapan Alvin. " Ngaco lo, Vin. Nggak mungkinlah Debo pergi ninggalin kita. Emangnya dia tega ngeliat kita menderita kayak gini? "
" Ayoo... Kita ke jembatan yang di sms'in sama Patton. " ajak Deva.
" Yo'i. Pokoknya kita pastiin Debo harus selamat. Kalo nggak, gue nggak ikut-ikutan deh. " ucap Cakka sambil mengangkat kedua tangannya.
" Woo... Ga adil! " ucap Alvin dan Rio serempak.
" hehehe... "
CDRA pun pergi meninggalkan markas baru FMIF dan menuju jembatan Sulatri untuk mengetahui keadaan Debo.
***
" Sumpah lo? Debo loncat dari jembatan karena Ify sama Patton? " tanya Agni pada Aren.
" Yup! Tadi Patton sms gue kayak gitu. Mau ke jembatan nggak? Gue takut nih dia kenapa-napa. Gitu-gitu kan Debo mantan gue. " ucap Aren.
" Yeee... Debo juga mantan gue kali! " ucap Agni tak mau kalah.
" Hah? "
" Eh, kalian pada jangan natap gue gitu napa. Aneh banget tatapan kalian. " Agni bergidik ngeri melihat anak-anak SNG yang menatapnya dengan tatapan aneh.
" Baru juga mantan. Gue aja kan dulu calon istrinya Debo. Sayangnya nggak jadi. " ucap Shilla sambil tersenyum gaje.
" Kok jadi pada ngomongin Debo sih? " tanya Sivia. " Dia kan yang bantu gue balik lagi sama Alvin. Ah... Pokoknya Debo itu the best deh. "
" Woy, mantan gue tuh! " ucap Aren dan Agni serempak.
" STOP! Kenapa jadi bicarain Debo sih? Gue aja nggak akrab sama yang namanya Debo. " ucap Acha watados.
" Wah, lo mah taunya cuma Deva. Bukan Debo. " ucap Shilla.
" Yee... Dimana-mana juga Deva cakepan daripada Debo. " ucap Acha tak mau kalah.
" Debo...! " sahut ke empat anak SNG.
" Deva... "
" Debo... "
" Deva. "
" Debo. "
" Deva! "
" Debo! "
" Devaaaaa! "
" Deboooo!! "
" Udah ah... Gaje banget kalian semua. Debo sama Deva direbutin. " ucap Aren sinis.
" Yeee... Biarpun gitu gue nggak suka sama Deva! Dia udah ngehancurin hubungan gue sama Rio sebelumnya. " Agni memandang langit.
" Eh, apa lo bilang? Perasaan elo deh yang caper sama Deva, Ag. Kenapa elo jadi nyalahin Deva karena hubungan lo sama Rio rusak? Itu kan karena ulah lo sendiri. Siapa suruh kegatelan jadi cewek. " sinis Acha.
" Elo... Errr... " Agni geram memandang Acha. Sivia menahan emosi Agni agar tak meledak.
" Ag, inget dong. Acha itu sahabat kita. " Sivia meredam emosi Agni.
" Elo bilang sahabat? Sahabat macam apa kayak gitu? Dia udah nuduh gue ngerebut cowonya dia. Idih... Mendingan juga Debo daripada Deva. " ucap Agni tak kalah sinisnya.
" Oh... Jadi, ada yang masih nyimpen perasaan nih sama mantan pacarnya itu? Mantan pacar yang jelas-jelas pacar sahabatnya sendiri. Lo mikirin Ify dong, Ag! Lo jangan mikirin perasaan elo doang. Dasar! " Acha memandang sinis Agni.
" Woy, lo semua jangan pada berantem dong! Cuma karena cowok kayak Debo aja mesti berantem. Cowok itu masih banyak diluar sana. Bahkan, Kak Gabriel itu cakep tau. " lerai Aren sambil membayangkan sosok Gabriel.
" LEBAY! "
" So? Nggak suka? Gue kan sekarang jadi ketua SNG. " ucap Aren dengan PD-nya.
" What?! Siapa yang nyuruh lo jadi ketua SNG? Hello... Plis deh, Ren! Gue ketuanya. " Agni menggebrak meja café ClubNight. Dan memang saat itu mereka sedang clubbing di salah satu café terkenal.
" Eh, gue dong penguasa disini. Kan gue disini yang termasuk dalam grup SNG. Jadi, kalian itu anak buah gue. " Aren memandang rendah ke arah Agni, Sivia, Acha dan Shilla.
" Oh tidak bisa! Gue nggak terima sama keputusan elo. Kalo elo nggak suka sama kita. Elo bisa cabut dari grup SNG dan kita bakal ubah kembali jadi namanya Five Girls. " Shilla merasa tidak suka dengan hadirnya Aren. Bisa-bisa hadirnya Aren menghancurkan persahabatan 5 cewek yang selama ini sudah dijalin.
" Aaaahhh... lo semua kok pada berantem gini? Mana kekompakan grup SNG? Tunjukin dong ke anak FMIF kalo kita itu kompak. Mereka aja kompak kenapa kita nggak? " Acha melerai Agni dan Aren yang sibuk memperebutkan kekuasaan ketua grup SNG.
" Dia yang mulai! " tunjuk Agni pada Aren.
" So? Gue peduli? Nggak kali ya! Ya udah yuk... Kita liat si Debo. Masih hidup atau udah mampus tuh anak. " ucap Aren sinis.
" Woy, lo jangan nyumpahin si Debo mati ya! Kalo sampai dia kenapa-napa. Elo yang gue ceburin ke jembatan. " ucap Agni (lagi).
" Bagusan juga kalo itu cowok mampus. Biar dia nggak nyusahin lagi! "
PLAAKK--
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Aren. Tangan Acha refleks menampar pipi Aren.
" Elo... "
" Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu! Meskipun gue emang nggak akrab sama yang namanya Debo. Tapi, dia itu juga sahabatnya Deva. Jadi, kalo elo macem-macem bukan cuma tangan gue yang akan mendarat di pipi elo. Tapi, tangan mereka bertiga juga akan mendarat di pipi mulus elo. Kasihan ya lo! Cinta lo diakhirin Debo. Ckckck... " Acha memandang Aren tak kalah sinisnya.
" Udahlah... Kita ke jembatan aja. Tinggalin tuh si Areng. "
" Apa lo bilang? Areng? Nama gue AREN. A-R-E-N bukan ARENG! " ucap Aren tak terima dengan ucapan Agni.
" Whatever deh! Yuk, cabut guys... Bye Areng. "
" Ugh, Sial! " rutuk Aren kesal.
" Tunggu aja pembalasan gue! Lo pikir bisa ngalahin Aren Nadya. Nggak akan bisa! " Aren tersenyum penuh kemenangan memandang kepergian teman-temanya.
***
bersambung...
Berawal Dari MOS--Part 47 B--Alvielshill
Part 47 B: Perasaan ini…
***
“ Ya Tuhan… kirimkanlah malaikat untuk mengatarku pulang ke rumah. Kakiku sakit banget. Malah SNG nggak setia kawan lagi. Mereka semua pada ninggalin gue clubbing. Padahal, gue kan paling anti sama yang namanya clubbing. Eh, merekanya mau aja nurutin kemauan Aren. Huh… pengen pulang. ”
Sivia menggerutu di halte bus. Ia menunggu bus tak kunjung dating untuk mengantarnya pulang. Padahal, biasanya Alvin yang selalu mengantar Sivia pulang dengan selamat sampai rumah. Tapi, semuanya telah berakhir. Alvin pun kini sudah tak peduli lagi dengan Sivia. Bahkan, tanggung jawabnya pun hilang.
“ Alvin… andai aja lo ada disini nemenin gue. ” Sivia terdiam lalu duduk di halte bus dan menanti sebuah bus datang untuk mengantarnya pulang ke rumah. Namun, tak satu pun bus yang lewat saat itu.
“ Sivia… ”
“ Al… Lho, kak Gabriel kok disini? Belum pulang? ” Sivia Nampak terkejut melihat Gabriel muncul di dekatnya.
“ Mau pulang bareng gue nggak? Jam segini bus belum ada. Kasihan lho panas-panas gini sendirian. Apalagi di daerah rawan preman kayak gini. ” Gabriel tersenyum pada Sivia. Ia hanya berharap Sivia menerima ajakannya. Itu berarti misi pertema untuk menghancurkan FMIF telah berhasil dilaksanakan.
“ Hmm… nggak deh kak! Aku nggak mau ngerepotin orang. ” tolak Sivia halus.
“ Nggak ngerepotin kok, Vi. Emangnya kamu mau nungguin Alvin ya disini? Alvin kan tadi lagi jalan sama cewek. ”
“ Hah? Cewek? Sama siapa? ” Tanya Sivia.
“ Ya gue nggak tau lho, Vi. Tapi, tadi itu mesra banget Alvin sama cewek itu. Sekilas sih gue liat kayak salah satu temen lo yang suka dandan itu. ” ucap Gabriel.
Sivia Nampak terkejut dengan ucapan Gabriel. “ Shi…sh…shilla?
”
“ Gue nggak tau. Ya cirri-cirinya sih gitu. ”
“ Ya udah deh, kak. Aku pulang sama kamu aja. ” ucap Sivia pasrah.
‘ Yes! Berhasil. Ify udah, Sivia udah, ntar tinggal Agni, Shilla sama Acha. Good job Gabriel. ’ batin Gabriel.
“ Kak, kakak liat Alvin dimana sih? ” Tanya Sivia penasaran.
“ Kakak liat di area café pokoknya. Nggak tau juga deh. Pokoknya cowok itu Alvin. ”
“ Kakak yakin? ”
“ Jadi, kamu nggak percaya sama kakak? ”
Sivia menggeleng dengan cepat. “ Bukannya gitu. Tapi… aku tau Alvin kak. Dia emang nggak pernah bisa setia sama yang namanya cewek. Tapi, aku nggak yakin kalo Alvin ke café. Alvin kan nggak pernah sekali pun bawa cewek ke café. Jadi kakak serius atau Cuma bikin aku biar mau pulang sama kakak? ”
“ Kamu nggak percaya sama aku, Vi? Hmm… ya udah deh kalo emang kamu nggak percaya. Kakak bisa anter kamu ke tempat kakak liat Alvin sama cewek. ”
“ Hah? ”
“ Gimana? Kamu mau nggak kakak anter kesana?? ”
“ Hmm… nggak deh kak. Makasih! Ntar yang ada disana aku bakalan nangis ngeliat cowok yang aku sayang jalan sama cewek yang nggak tau pasti itu siapa. Kakak yakin itu Shilla? ”
“ Yakin dan nggak yakin. Soalnya kakak liatnya dari belakang. Jadi, kakak nggak tau itu beneran Alvin sama Shilla atau bukan. ” jawab Gabriel.
“ Ya udah, kak. Ayo pulang. ” ajak Sivia.
“ Yuk. Tapi, kita makan dulu yuk. Laper nih. ” ajak Gabriel.
“ Terserah lo deh, kak. Gue mah ikut-ikut aja apa kata lo. Yang penting lo puas sama semuanya. ” ucap Sivia tersenyum.
Dan pada akhirnya, Sivia dan Gabriel pun pergi meninggalkan halte bus. Mereka menuju sekolah untuk mengambil motor Gabriel. Perasaan itu kembali hadir di hati Sivia. Dan kali ini, Sivia lebih merasa nyaman di dekat Gabriel daripada di dekat Alvin. Bahkan, bagi Sivia, Gabriel lebih segalanya dibandingkan dengan sosok Alvin yang selalu membuat hatinya sakit. Sivia tidak pernah merasa tersenyum apabila di dekat Alvin. Lain halnya dengan Gabriel. Sivia selalu bisa dibuat tersenyum dan tertawa oleh Gabriel. Alvin atau Gabriel? Entahlah. Hanya Sivia yang bisa memilih siapa orang yang pas untuk singgah di hatinya yang kosong saat ini.
@ café StarClub
“ Mau makan apa, Vi? ” Tanya Gabriel.
“ Steak sama cappuccino aja deh. ”
“ Oke, Mbak. Steaknya 2 terus cappuccino 1 sama jus alpukatnya satu ya. ” ucap Gabriel pada sang pelayan café itu.
“ Baik, tunggu sebentar ya. ”
Sivia Nampak celingak-celinguk seperti sedang mencari sosok seseorang di dalam café itu. Entah siapa yang sedang dicari Sivia. Nampaknya, ia sedang sibuk mencari sosok tersebut. Sehingga ia harus mengabaikan Gabriel yang berada dihadapannya itu.
“ Nyariin siapa sih, Vi? Kok sibuk banget? ” Tanya Gabriel penasaran.
“ Iel, itu Alvin bukan? ” Tanya Sivia sambil menunjuk meja café no 7.
“ Mana? ”
“ Itu.. di meja café no 7. Lagi sama cewek itu. Alvin bukan? ”
“ Hah? Iya, itu Alvin. Kita samperin nggak? ” Tanya Gabriel.
“ Maaf, mas, mbak. Ini pesanannya. ” pelayan café itu datang membawa pesanan yang disuruh Sivia dan Gabriel.
Sivia berpikir sejenak lalu meraih jus alpukat dari nampan sang pelayan. Sivia pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju meja no 7. Gabriel kaget dan tak percaya dengan apa yang hendak dilakukan Sivia. Ia pun beranjak dan berusaha menghampiri Sivia.
@ meja café no 7
“ S…s…shilla… ” sivia tak percaya dengan apa yang dilihat dihadapannya itu. Alvin bersama Shilla? Bagaimana bisa? Bukannya tadi Shilla bilang ada acara keluarga? Berarti…
“ Vi, ini semua bukan seperti yang lo pikir. Gue sama Alvin Cuma… ”
“ Apa? Cuma apa? Lo mau ngerebut Alvin dari gue kan? Licik lo, Shill! Temen makan temen lo. Gue nggak nyangka lo akan giniin gue. Sakit hati gue punya temen kayak elo. BANGSAT! ”
BYUURRRR…
Sivia menumpahkan jus alpukat itu tepat diatas kepala Shilla. Alvin hanya diam melihat segala yang terjadi dihadapannya. Di balik Sivia munculah Gabriel.
“ Oh… jadi elo yang ngasih tau gue ada di café ini? Hahaha… cara lo nggak lucu! Lo kalo emang benci sama anak FMIF, nggak usah bawa-bawa anak SNG. Ini masalah elo sama gue. Nggak perlu lo bawa Sivia kesini. ” Alvin memandang sinis Gabriel. Ia tak menduga bahwa Gabriellah penyebab datangnya Sivia menghampiri dirinya dan Shilla.
Adu mulut pun terjadi diantara Sivia dan Shilla…
“ Eh, gue udah bilang. Gue sama Alvin nggak ada apa-apa. Gue tadi Cuma di suruh Alvin buat dateng ke café ini. Dan tadi Alvin bilangnya dia kesini sama Cakka. Makanya gue dateng kesini nemuin dia. Dan gue nggak tau disaat yang bersamaan elo dateng sama kak Gabriel ngeliat gue sama Alvin dan tanpa Cakka. Jadinya, gue disini dijebak tau, Vi. Gue nggak ada niat sama sekali buat nyakitin perasaan elo. Plis, percaya sama gue. ” Shilla mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada SIvia.
“ Lo pikir gue… ”
“ KELUAR! Lo ikut sama gue. ” Alvin menarik paksa tangan Sivia keluar dari café StarClub.
“ Yah… Alvin. ” SHilla mendengus pasrah lalu hendak pergi menuju kamar mandi.
Gabriel menarik tangan Shilla. ” Shill, gue anter lo pulang ya. Gue nggak enak liat lo dipermaluin gini di café sama Sivia. Gue nggak nyangka cewek secantik Sivia bisa jahat gini ke elo. Maafin Sivia ya, Shill. ”
“ Sivia nggak salah kok, Iel. Gue yang salah atas semua ini. Seharusnya gue tadi nggak nemuin Alvin. Gue jadi serba salah disini. Ya udah… anterin gue pulang, Iel. Gue nggak bisa diginiin. Rasanya Ashilla Zahrantiara udah jadi cewek yang nggak bener Cuma karena Alvin. ”
Gabriel mendekap tubuh Shilla. Ia kini membiarkan cewek itu meluapkan kekesalannya pada dirinya.
“ Jangan ngomong gitu. Gue nggak suka liat cewek lemah kayak gini. Buktiin kalo cewek itu kuat. Dan cewek itu nggak lemah. Ayo… kita pulang. ” Gabriel merangkul Shilla kemudian mengajaknya pergi keluar dari café starclub.
@ Taman
“ Mau lo itu apa sih, Vin? Ngapain lo bawa gue ke taman? Udah puas lo bikin gue sakit dan menderita kayak gini? Puas lo? ”
“ Vi… ” Alvin mendekap erat tubuh Sivia. Ia seakan tak ingin melepaskan cewek itu dari pelukannya.
" Alvin! Lepasin gue! " Sivia memberontak dalam pelukan Alvin.
" Enggak, Vi! Biarin aku pleuk kamu. Karena kalo aku lepas. Kamu pasti akan pergi ninggalin aku. Aku nggak mau itu semua terjadi, Vi. " lirih Alvin.
Sivia terdiam sejenak. Kemudian ia membalas pelukan Alvin. Pelukan yang diinginkannya hadir kembali mendekap hangat tubuhnya. Dan kini, pelukan itu kembali dirasakan Sivia.
Alvin perlahan melepaskan pelukannya dan kini membiarkan Sivia terdiam membisu.
" Kenapa, Vin? Kenapa kamu kayak gini ke aku? Apa kamu cuma mau mainin perasaanku? Atau kamu emang bener-bener suka sama Shilla? Tapi, kenapa harus aku yang ngerasain semua ini? Kenapa, Vin? " Air mata Sivia perlahan menetes membasahi pipi. Ia sudah tak kuasa lagi menahan air mata yang menumpuk. Rasa sakit itu kembali terasa di dalam hati Sivia.
***
“ Ya Tuhan… kirimkanlah malaikat untuk mengatarku pulang ke rumah. Kakiku sakit banget. Malah SNG nggak setia kawan lagi. Mereka semua pada ninggalin gue clubbing. Padahal, gue kan paling anti sama yang namanya clubbing. Eh, merekanya mau aja nurutin kemauan Aren. Huh… pengen pulang. ”
Sivia menggerutu di halte bus. Ia menunggu bus tak kunjung dating untuk mengantarnya pulang. Padahal, biasanya Alvin yang selalu mengantar Sivia pulang dengan selamat sampai rumah. Tapi, semuanya telah berakhir. Alvin pun kini sudah tak peduli lagi dengan Sivia. Bahkan, tanggung jawabnya pun hilang.
“ Alvin… andai aja lo ada disini nemenin gue. ” Sivia terdiam lalu duduk di halte bus dan menanti sebuah bus datang untuk mengantarnya pulang ke rumah. Namun, tak satu pun bus yang lewat saat itu.
“ Sivia… ”
“ Al… Lho, kak Gabriel kok disini? Belum pulang? ” Sivia Nampak terkejut melihat Gabriel muncul di dekatnya.
“ Mau pulang bareng gue nggak? Jam segini bus belum ada. Kasihan lho panas-panas gini sendirian. Apalagi di daerah rawan preman kayak gini. ” Gabriel tersenyum pada Sivia. Ia hanya berharap Sivia menerima ajakannya. Itu berarti misi pertema untuk menghancurkan FMIF telah berhasil dilaksanakan.
“ Hmm… nggak deh kak! Aku nggak mau ngerepotin orang. ” tolak Sivia halus.
“ Nggak ngerepotin kok, Vi. Emangnya kamu mau nungguin Alvin ya disini? Alvin kan tadi lagi jalan sama cewek. ”
“ Hah? Cewek? Sama siapa? ” Tanya Sivia.
“ Ya gue nggak tau lho, Vi. Tapi, tadi itu mesra banget Alvin sama cewek itu. Sekilas sih gue liat kayak salah satu temen lo yang suka dandan itu. ” ucap Gabriel.
Sivia Nampak terkejut dengan ucapan Gabriel. “ Shi…sh…shilla?
”
“ Gue nggak tau. Ya cirri-cirinya sih gitu. ”
“ Ya udah deh, kak. Aku pulang sama kamu aja. ” ucap Sivia pasrah.
‘ Yes! Berhasil. Ify udah, Sivia udah, ntar tinggal Agni, Shilla sama Acha. Good job Gabriel. ’ batin Gabriel.
“ Kak, kakak liat Alvin dimana sih? ” Tanya Sivia penasaran.
“ Kakak liat di area café pokoknya. Nggak tau juga deh. Pokoknya cowok itu Alvin. ”
“ Kakak yakin? ”
“ Jadi, kamu nggak percaya sama kakak? ”
Sivia menggeleng dengan cepat. “ Bukannya gitu. Tapi… aku tau Alvin kak. Dia emang nggak pernah bisa setia sama yang namanya cewek. Tapi, aku nggak yakin kalo Alvin ke café. Alvin kan nggak pernah sekali pun bawa cewek ke café. Jadi kakak serius atau Cuma bikin aku biar mau pulang sama kakak? ”
“ Kamu nggak percaya sama aku, Vi? Hmm… ya udah deh kalo emang kamu nggak percaya. Kakak bisa anter kamu ke tempat kakak liat Alvin sama cewek. ”
“ Hah? ”
“ Gimana? Kamu mau nggak kakak anter kesana?? ”
“ Hmm… nggak deh kak. Makasih! Ntar yang ada disana aku bakalan nangis ngeliat cowok yang aku sayang jalan sama cewek yang nggak tau pasti itu siapa. Kakak yakin itu Shilla? ”
“ Yakin dan nggak yakin. Soalnya kakak liatnya dari belakang. Jadi, kakak nggak tau itu beneran Alvin sama Shilla atau bukan. ” jawab Gabriel.
“ Ya udah, kak. Ayo pulang. ” ajak Sivia.
“ Yuk. Tapi, kita makan dulu yuk. Laper nih. ” ajak Gabriel.
“ Terserah lo deh, kak. Gue mah ikut-ikut aja apa kata lo. Yang penting lo puas sama semuanya. ” ucap Sivia tersenyum.
Dan pada akhirnya, Sivia dan Gabriel pun pergi meninggalkan halte bus. Mereka menuju sekolah untuk mengambil motor Gabriel. Perasaan itu kembali hadir di hati Sivia. Dan kali ini, Sivia lebih merasa nyaman di dekat Gabriel daripada di dekat Alvin. Bahkan, bagi Sivia, Gabriel lebih segalanya dibandingkan dengan sosok Alvin yang selalu membuat hatinya sakit. Sivia tidak pernah merasa tersenyum apabila di dekat Alvin. Lain halnya dengan Gabriel. Sivia selalu bisa dibuat tersenyum dan tertawa oleh Gabriel. Alvin atau Gabriel? Entahlah. Hanya Sivia yang bisa memilih siapa orang yang pas untuk singgah di hatinya yang kosong saat ini.
@ café StarClub
“ Mau makan apa, Vi? ” Tanya Gabriel.
“ Steak sama cappuccino aja deh. ”
“ Oke, Mbak. Steaknya 2 terus cappuccino 1 sama jus alpukatnya satu ya. ” ucap Gabriel pada sang pelayan café itu.
“ Baik, tunggu sebentar ya. ”
Sivia Nampak celingak-celinguk seperti sedang mencari sosok seseorang di dalam café itu. Entah siapa yang sedang dicari Sivia. Nampaknya, ia sedang sibuk mencari sosok tersebut. Sehingga ia harus mengabaikan Gabriel yang berada dihadapannya itu.
“ Nyariin siapa sih, Vi? Kok sibuk banget? ” Tanya Gabriel penasaran.
“ Iel, itu Alvin bukan? ” Tanya Sivia sambil menunjuk meja café no 7.
“ Mana? ”
“ Itu.. di meja café no 7. Lagi sama cewek itu. Alvin bukan? ”
“ Hah? Iya, itu Alvin. Kita samperin nggak? ” Tanya Gabriel.
“ Maaf, mas, mbak. Ini pesanannya. ” pelayan café itu datang membawa pesanan yang disuruh Sivia dan Gabriel.
Sivia berpikir sejenak lalu meraih jus alpukat dari nampan sang pelayan. Sivia pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju meja no 7. Gabriel kaget dan tak percaya dengan apa yang hendak dilakukan Sivia. Ia pun beranjak dan berusaha menghampiri Sivia.
@ meja café no 7
“ S…s…shilla… ” sivia tak percaya dengan apa yang dilihat dihadapannya itu. Alvin bersama Shilla? Bagaimana bisa? Bukannya tadi Shilla bilang ada acara keluarga? Berarti…
“ Vi, ini semua bukan seperti yang lo pikir. Gue sama Alvin Cuma… ”
“ Apa? Cuma apa? Lo mau ngerebut Alvin dari gue kan? Licik lo, Shill! Temen makan temen lo. Gue nggak nyangka lo akan giniin gue. Sakit hati gue punya temen kayak elo. BANGSAT! ”
BYUURRRR…
Sivia menumpahkan jus alpukat itu tepat diatas kepala Shilla. Alvin hanya diam melihat segala yang terjadi dihadapannya. Di balik Sivia munculah Gabriel.
“ Oh… jadi elo yang ngasih tau gue ada di café ini? Hahaha… cara lo nggak lucu! Lo kalo emang benci sama anak FMIF, nggak usah bawa-bawa anak SNG. Ini masalah elo sama gue. Nggak perlu lo bawa Sivia kesini. ” Alvin memandang sinis Gabriel. Ia tak menduga bahwa Gabriellah penyebab datangnya Sivia menghampiri dirinya dan Shilla.
Adu mulut pun terjadi diantara Sivia dan Shilla…
“ Eh, gue udah bilang. Gue sama Alvin nggak ada apa-apa. Gue tadi Cuma di suruh Alvin buat dateng ke café ini. Dan tadi Alvin bilangnya dia kesini sama Cakka. Makanya gue dateng kesini nemuin dia. Dan gue nggak tau disaat yang bersamaan elo dateng sama kak Gabriel ngeliat gue sama Alvin dan tanpa Cakka. Jadinya, gue disini dijebak tau, Vi. Gue nggak ada niat sama sekali buat nyakitin perasaan elo. Plis, percaya sama gue. ” Shilla mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada SIvia.
“ Lo pikir gue… ”
“ KELUAR! Lo ikut sama gue. ” Alvin menarik paksa tangan Sivia keluar dari café StarClub.
“ Yah… Alvin. ” SHilla mendengus pasrah lalu hendak pergi menuju kamar mandi.
Gabriel menarik tangan Shilla. ” Shill, gue anter lo pulang ya. Gue nggak enak liat lo dipermaluin gini di café sama Sivia. Gue nggak nyangka cewek secantik Sivia bisa jahat gini ke elo. Maafin Sivia ya, Shill. ”
“ Sivia nggak salah kok, Iel. Gue yang salah atas semua ini. Seharusnya gue tadi nggak nemuin Alvin. Gue jadi serba salah disini. Ya udah… anterin gue pulang, Iel. Gue nggak bisa diginiin. Rasanya Ashilla Zahrantiara udah jadi cewek yang nggak bener Cuma karena Alvin. ”
Gabriel mendekap tubuh Shilla. Ia kini membiarkan cewek itu meluapkan kekesalannya pada dirinya.
“ Jangan ngomong gitu. Gue nggak suka liat cewek lemah kayak gini. Buktiin kalo cewek itu kuat. Dan cewek itu nggak lemah. Ayo… kita pulang. ” Gabriel merangkul Shilla kemudian mengajaknya pergi keluar dari café starclub.
@ Taman
“ Mau lo itu apa sih, Vin? Ngapain lo bawa gue ke taman? Udah puas lo bikin gue sakit dan menderita kayak gini? Puas lo? ”
“ Vi… ” Alvin mendekap erat tubuh Sivia. Ia seakan tak ingin melepaskan cewek itu dari pelukannya.
" Alvin! Lepasin gue! " Sivia memberontak dalam pelukan Alvin.
" Enggak, Vi! Biarin aku pleuk kamu. Karena kalo aku lepas. Kamu pasti akan pergi ninggalin aku. Aku nggak mau itu semua terjadi, Vi. " lirih Alvin.
Sivia terdiam sejenak. Kemudian ia membalas pelukan Alvin. Pelukan yang diinginkannya hadir kembali mendekap hangat tubuhnya. Dan kini, pelukan itu kembali dirasakan Sivia.
Alvin perlahan melepaskan pelukannya dan kini membiarkan Sivia terdiam membisu.
" Kenapa, Vin? Kenapa kamu kayak gini ke aku? Apa kamu cuma mau mainin perasaanku? Atau kamu emang bener-bener suka sama Shilla? Tapi, kenapa harus aku yang ngerasain semua ini? Kenapa, Vin? " Air mata Sivia perlahan menetes membasahi pipi. Ia sudah tak kuasa lagi menahan air mata yang menumpuk. Rasa sakit itu kembali terasa di dalam hati Sivia.
Berawal Dari MOS--Part 47 A--PatDeFyLin
Part 47 A: Dendamku terbalaskan!
***
" Aku titip tolong ya, Ton. Aku cuma mau kamu jagain Debo nanti. Ya, aku mungkin bakalan rela kalo dia milih cewek yang lebih baik dari aku. Dan aku cuma titip pesen. Kalo aku pergi nanti, jangan pernah suruh Debo temuin aku. Karena nanti aku nggak mungkin bisa kembali lagi ke dunia. " Ify tersenyum tipis. Pandangannya lurus ke depan. Ia kini duduk di pinggir jembatan bersama Patton. Entah mengapa kini Debo menjauhinya. Mungkin karena hadirnya Patton atau Aren? Apa mungkin Gabriel?
Nothing impossible, Fy! Batin Ify. Ify benar-benar merasa bingung pada semuanya. Disatu sisi, perasaan aneh itu muncul lagi. Sama seperti perasaan aneh yang muncul ke Debo. Dan kini perasaan itu terasa lagi diantara Lintar, Patton dan Gabriel. Semua benar-benar memusingkan.
" Hmm... Jangan ngomong gitu, Fy. Hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan. Percaya deh sama aku. Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Memang hidup dan mati itu adalah kehendak yang diatas. Tapi, kamu nggak usah kayak gini. Hidup kamu itu masih panjang. Apa kamu nggak kasihan sama bayi yang nanti akan lahir? "
Ify tersentak kaget mendengar ucapan Patton. Darimana Patton tahu semuanya? Darimana lagi kalau bukan dari Debo. Dan kini perasaannya sangat kacau. Mungkin kali ini Ify baru merasakan yang namanya perasaan bingung.
" Anterin aku ketemu Lintar. "
" Tapi... "
" Anterin gue, Ton. Anterin gue ketemu, Lintar. " lirih Ify sambil memandang air sungai di bawah jembatan itu. " Gue pengen loncat aja ke bawah. Dan mengakhiri semuanya. "
Bodoh! Itulah yang ada dalam benak Patton. Ify mungkin benar-benar bodoh apabila loncat dari jembatan. Itu hanya saja menghancurkan semua. Termasuk menghancurkan perasaan Patton pada Ify.
" Lo nggak usah bertindak bodoh! Gue anterin lo ketemu Lintar. " ucap Patton.
" Ngapain nyariin Lintar? Lebih penting Lintar dan Patton daripada gue? "
Suara itu mengagetkan Ify dan Patton. Mereka menoleh serempak ke belakang. Disana berdiri seorang cowok dengan style layaknya anak band jaman sekarang. Rambutnya yang mulai gondrong dan pakaiannya yang seperti vokalis band.
" De... De... Debo... Sejak kapan lo disana? " Ify gelagapan. Ia takut apabila Debo mendengar semua ucapan yang sebelumnya ia lontarkan pada Patton.
" Sejak 5 menit yang lalu. Semenjak namanya si Lintar disebut. " ucap Debo sinis.
Patton tersenyum kecut. Ia sadar bahwa tak seharusnya menghancurkan hubungan Debo-Ify. Namun, apa yang bisa dibuat? Tujuannya datang menemui Debo adalah memang ingin menghancurkan Debo. Dan sekarang semuanya hampir sempurna dilakukannya. Pertama, Patton berhasil masuk ke dalam grup Five Boys yang kini diubah menjadi FMIF. Kedua, kini Patton bisa dekat dengan cewek yang selama ini adalah kekasih Debo. Dan yang ketiga, sebentar lagi kekuasaan akan berpihak pada dirinya. Kemenangan kini telah berada di tangan Patton. Dan seperti prinsip Patton 'mudah datang mudah pergi'.
" Oya, satu lagi. Lo kalo masih dendam sama gue. Jangan ngedeketin cewek gue deh, Ton. Gue tau lo masih marah karena bagian atas warisan kakek jatuh ke tangan keluarga gue. Tapi, nggak gini caranya. Cara lo buat ngancurin gue itu licik! " Debo memandang sinis Patton. Dia memang tahu bahwa Patton ingin mendapatkan segala yang bisa didapatkan Debo. Dia datang menemui Debo hanya untuk membalaskan dendam yang selama ini terpendam di benaknya. Dan yang paling tak bisa di percaya adalah Ify dijadikan sebagai korban balas dendam Patton ke Debo.
" Lo pikir gue peduli. Setelah lo ngehancurin keluarga gue dan bikin keluarga gue jatuh dalam kemiskinan. Dan sekarang, gue nggak nyangka bahwa anaknya Pak Zaenal dan Bu Halimah jadi broken home. Ortu lo cerai ya? Kasihan! Gue emang nggak pernah bisa dapetin apa yang selalu lo dapetin. Tapi, sebentar lagi lo liat. Lo dan semuanya yang akan hancur bukannya gue. Lo liat kan cara gue kemarin? Skors itu adalah peringatan pertama. Dan Gabriel dipecat jadi ketua OSIS adalah peringatan yang kedua. Dan sebentar lagi, Ify akan jatuh ke pelukan gue. Itu akan jadi peringatan yang ketiga dan seterusnya. Lo nggak mau kan terjadi lagi? Makanya, lo nggak pernah mau sih nurutin kata-kata gue. " Patton kini berdiri dihadapan Debo. Tatapan matanya tajam lurus menatap Debo yang berdiri dihadapannya. " Cemen. "
" Kak...kak Gabriel dipecat? " tanya Ify tak percaya.
" Yup! "
" LICIK! Udah gue bilang. Gue nggak suka minum dan ngerokok. Mama gue dari kecil ngajarin gue biar nggak pernah sentuh yang kayak gitu. Lo kalo mau balas dendam nggak usah pakai katain gue cemen. Emangnya lo pikir cara lo untuk dapatin semua itu nggak cemen? Lo lebih bodoh! Dan gue lebih nggak nyangka lagi. Kenapa sih lo jadiin Ify korban sebagai balas dendam ke gue? Ify nggak tau apa-apa disini. Jadi, lo nggak usah sangkut pautin masalah yang lalu ke Ify. "
" So? Lo pikir gue peduli? Hahaha... Gue nggak peduli. Sampai kapanpun lo mohon-mohon buat Ify kembali. Gue nggak akan pernah balikin Ify lagi ke lo. Sebelum Andryos Aryanto mengakui bahwa Patton Otlivio Latupeirissa adalah penguasa. " Patton menarik tangan Ify lalu meninggalkan Debo yang terdiam mematung di pinggir jembatan.
" Kenapa sih harus Ify? Kenapa bukan Aren? Apa salah gue selama ini? Tuhan... Aku nggak mau kehilangan Ify. " Debo terdiam di pinggir jembatan. Meratapi kesedihannya karena Patton. Ternyata, kebaikan Patton selama ini hanyalah kebohongan belaka. Kelicikan yang dilakukannya adalah cara untuk menghancurkan Debo perlahan-lahan. Benar-benar licik!
***
" Lintar... "
Ify memeluk sosok Lintar yang berada dihadapannya. Sosok yang selama ini ia rindukan. Sosok yang selama ini ia inginkan untuk menemani hari-hari yang sepi. Dan kini, tepat dihadapan Ify. Berdiri cowok hitam manis itu. Dan mungkin jika Ify di suruh memilih cowok hitam manis diantara Dimas, Debo, Patton, Lintar dan Gabriel. Dia bingung harus memilih siapa diantara mereka.
" Hey... Udah sembuh, Fy? " Lintar membalas pelukan Ify. Pelukan yang selama ini diinginkan.
' Sial! Ternyata gue juga harus ngehancurin ini cowok. Seenaknya aja dia meluk Ify di depan gue. Tunggu aja pembalasan yang akan gue lakuin. ' batin Patton sambil memandang sinis Lintar dan Ify.
" Aku udah sembuh dong, Ince. Aku kangen kamu. " ucap Ify sambil mempererat pelukannya pada Lintar. Ince adalah panggilan khusus Ify untuk Lintar. Ince adalah Prince. Lintar adalah pangeran dihati Ify. He is prince of Ify(?).
" Yeah! Ternyata kamu masih suka sama panggilan yang dulu. Aku inget dulu dimana saat kita main basket bareng. Pergi ke rumah pohon. Main-main ke danau. Aku rindu semua itu, Incess. " Lintar membelai lembut rambut Ify. Lintar pun sama. Dulu memang Lintar-Ify sama-sama suka memanggil dengan nama-nama khusus. Lintar-Prince dan Ify-Princess. Yang artinya Pangeran dan Putri.
' Ugh, bete lama-lama disini. Bikin suasana panas aja nih anak. Sial! ' Patton menggerutu dalam hati. Ia sangat kesal melihat adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Adegan yang sama sekali tak diinginkannya untuk terjadi.
" Apakah aku masih menjadi Pangeran dihatimu, Putri? " Lintar kini melepaskan pelukannya. Ia menatap Ify lekat-lekat. Tatapannya tak bisa ia jauhkan dari Ify.
" Ya, kamu itu tetap prince dihati princess. Dan putri tidak akan pernah bisa ada tanpa hadirnya pangeran mengisi ruang kosong disini. Dihatiku. " Ify menepuk pelan dadanya. Sungguh dirindukannya panggilan-panggilan dimana saat Ify bertemu dengan cinta pertamanya. Lintar, cinta pertama yang selama ini dirindukan Ify.
" Kau tak sempat tanyakan aku. Cintakah aku padamu. " Ify menyanyikan sepenggal lirik lagu Cinta Pertama.
" Emang kamu cinta sama aku, Incess? " tanya Lintar sambil mengenggam erat tangan Ify.
" Aku cin... "
" Fy, ayo kita pulang. " ajak Patton sambil mengacaukan suasana.
" Bentar, Ton. Sebentar lagi... " pinta Ify.
" Nggak ada kata sebentar. Gue nggak suka kalo waktu pulang ditunda-tunda gini. " ucap Patton.
" Heuh... Iya iya 1 menit lagi. "
" Buruan! "
Ify kembali menatap Lintar dihadapannya. " Maaf ya, Ince. Aku harus pergi. "
" Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan. Semua takkan mampu mengubahku. Hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti. " Lintar mengelus lembut Ify. Kemudian ia membiarkan Ify menghampiri Patton.
" Anterin gue ke jembatan. " pinta Ify.
" What?! Jembatan? Buat apa? " tanya Patton.
" Firasat gue nggak enak nih. Ayo anterin gue. " mohon Ify.
" Heuh... Ya udah deh. Gue anterin lo ke jembatan. Awas kalo lama-lama. " ucap Patton kesal.
" Nah gitu dong. " ucap Ify sambil mencium pipi Patton. Patton diam tak bereaksi sambil mengelus-elus lembut pipinya.
" Dicium ya gue? Hahaha... Akhirnya. "
" Ayo... "
***
@Jembatan Sulatri
" Selamat ting... "
" JANGAN, DE! JANGAN TINGGALIN GUE. LO UDAH NGGAK SAYANG LAGI SAMA GUE DAN SAMA YANG ADA DI DALAM PERUT GUE, DE? TURUN! " teriak Ify histeris ketika melihat Debo hendak melompat terjun dari atas jembatan.
' Alhamdulillah(?), Ify datengnya cepet. ' batin Debo lega.
' Pasti akal-akalannya dia nih. Sialan! ' batin Patton kesal.
" GUE NGGAK AKAN LOMPAT KALO LO KESINI. "
Ify berjalan menuju jembatan. Namun, Patton mencengkram lengan Ify keras. " Kalo lo nyelamatin dia. Berarti elo nggak nyelamatin nyawa bayi yang ada dalam perut lo itu. "
" Maksud lo? "
" Lo liat aja nanti! " ucap Patton sinis.
" Heh... Gue mau nyelamatin Debo! Lo nggak usah larang-larang gue deh. "
" IFY... GUE LOMPAT YA! "
BBYYUURRR...(?)
Debo pun melompat dari pinggir jembatan. Harapannya pupus sudah.
" DEBOOOO... "
" Kasihan... " Patton hanya geleng-geleng kepala melihat Ify yang berlari menghampiri jembatan.
Selesai... --''
bersambung...
Lanjut? Like+coment ya.... :D
ditunggu...
***
" Aku titip tolong ya, Ton. Aku cuma mau kamu jagain Debo nanti. Ya, aku mungkin bakalan rela kalo dia milih cewek yang lebih baik dari aku. Dan aku cuma titip pesen. Kalo aku pergi nanti, jangan pernah suruh Debo temuin aku. Karena nanti aku nggak mungkin bisa kembali lagi ke dunia. " Ify tersenyum tipis. Pandangannya lurus ke depan. Ia kini duduk di pinggir jembatan bersama Patton. Entah mengapa kini Debo menjauhinya. Mungkin karena hadirnya Patton atau Aren? Apa mungkin Gabriel?
Nothing impossible, Fy! Batin Ify. Ify benar-benar merasa bingung pada semuanya. Disatu sisi, perasaan aneh itu muncul lagi. Sama seperti perasaan aneh yang muncul ke Debo. Dan kini perasaan itu terasa lagi diantara Lintar, Patton dan Gabriel. Semua benar-benar memusingkan.
" Hmm... Jangan ngomong gitu, Fy. Hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan. Percaya deh sama aku. Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Memang hidup dan mati itu adalah kehendak yang diatas. Tapi, kamu nggak usah kayak gini. Hidup kamu itu masih panjang. Apa kamu nggak kasihan sama bayi yang nanti akan lahir? "
Ify tersentak kaget mendengar ucapan Patton. Darimana Patton tahu semuanya? Darimana lagi kalau bukan dari Debo. Dan kini perasaannya sangat kacau. Mungkin kali ini Ify baru merasakan yang namanya perasaan bingung.
" Anterin aku ketemu Lintar. "
" Tapi... "
" Anterin gue, Ton. Anterin gue ketemu, Lintar. " lirih Ify sambil memandang air sungai di bawah jembatan itu. " Gue pengen loncat aja ke bawah. Dan mengakhiri semuanya. "
Bodoh! Itulah yang ada dalam benak Patton. Ify mungkin benar-benar bodoh apabila loncat dari jembatan. Itu hanya saja menghancurkan semua. Termasuk menghancurkan perasaan Patton pada Ify.
" Lo nggak usah bertindak bodoh! Gue anterin lo ketemu Lintar. " ucap Patton.
" Ngapain nyariin Lintar? Lebih penting Lintar dan Patton daripada gue? "
Suara itu mengagetkan Ify dan Patton. Mereka menoleh serempak ke belakang. Disana berdiri seorang cowok dengan style layaknya anak band jaman sekarang. Rambutnya yang mulai gondrong dan pakaiannya yang seperti vokalis band.
" De... De... Debo... Sejak kapan lo disana? " Ify gelagapan. Ia takut apabila Debo mendengar semua ucapan yang sebelumnya ia lontarkan pada Patton.
" Sejak 5 menit yang lalu. Semenjak namanya si Lintar disebut. " ucap Debo sinis.
Patton tersenyum kecut. Ia sadar bahwa tak seharusnya menghancurkan hubungan Debo-Ify. Namun, apa yang bisa dibuat? Tujuannya datang menemui Debo adalah memang ingin menghancurkan Debo. Dan sekarang semuanya hampir sempurna dilakukannya. Pertama, Patton berhasil masuk ke dalam grup Five Boys yang kini diubah menjadi FMIF. Kedua, kini Patton bisa dekat dengan cewek yang selama ini adalah kekasih Debo. Dan yang ketiga, sebentar lagi kekuasaan akan berpihak pada dirinya. Kemenangan kini telah berada di tangan Patton. Dan seperti prinsip Patton 'mudah datang mudah pergi'.
" Oya, satu lagi. Lo kalo masih dendam sama gue. Jangan ngedeketin cewek gue deh, Ton. Gue tau lo masih marah karena bagian atas warisan kakek jatuh ke tangan keluarga gue. Tapi, nggak gini caranya. Cara lo buat ngancurin gue itu licik! " Debo memandang sinis Patton. Dia memang tahu bahwa Patton ingin mendapatkan segala yang bisa didapatkan Debo. Dia datang menemui Debo hanya untuk membalaskan dendam yang selama ini terpendam di benaknya. Dan yang paling tak bisa di percaya adalah Ify dijadikan sebagai korban balas dendam Patton ke Debo.
" Lo pikir gue peduli. Setelah lo ngehancurin keluarga gue dan bikin keluarga gue jatuh dalam kemiskinan. Dan sekarang, gue nggak nyangka bahwa anaknya Pak Zaenal dan Bu Halimah jadi broken home. Ortu lo cerai ya? Kasihan! Gue emang nggak pernah bisa dapetin apa yang selalu lo dapetin. Tapi, sebentar lagi lo liat. Lo dan semuanya yang akan hancur bukannya gue. Lo liat kan cara gue kemarin? Skors itu adalah peringatan pertama. Dan Gabriel dipecat jadi ketua OSIS adalah peringatan yang kedua. Dan sebentar lagi, Ify akan jatuh ke pelukan gue. Itu akan jadi peringatan yang ketiga dan seterusnya. Lo nggak mau kan terjadi lagi? Makanya, lo nggak pernah mau sih nurutin kata-kata gue. " Patton kini berdiri dihadapan Debo. Tatapan matanya tajam lurus menatap Debo yang berdiri dihadapannya. " Cemen. "
" Kak...kak Gabriel dipecat? " tanya Ify tak percaya.
" Yup! "
" LICIK! Udah gue bilang. Gue nggak suka minum dan ngerokok. Mama gue dari kecil ngajarin gue biar nggak pernah sentuh yang kayak gitu. Lo kalo mau balas dendam nggak usah pakai katain gue cemen. Emangnya lo pikir cara lo untuk dapatin semua itu nggak cemen? Lo lebih bodoh! Dan gue lebih nggak nyangka lagi. Kenapa sih lo jadiin Ify korban sebagai balas dendam ke gue? Ify nggak tau apa-apa disini. Jadi, lo nggak usah sangkut pautin masalah yang lalu ke Ify. "
" So? Lo pikir gue peduli? Hahaha... Gue nggak peduli. Sampai kapanpun lo mohon-mohon buat Ify kembali. Gue nggak akan pernah balikin Ify lagi ke lo. Sebelum Andryos Aryanto mengakui bahwa Patton Otlivio Latupeirissa adalah penguasa. " Patton menarik tangan Ify lalu meninggalkan Debo yang terdiam mematung di pinggir jembatan.
" Kenapa sih harus Ify? Kenapa bukan Aren? Apa salah gue selama ini? Tuhan... Aku nggak mau kehilangan Ify. " Debo terdiam di pinggir jembatan. Meratapi kesedihannya karena Patton. Ternyata, kebaikan Patton selama ini hanyalah kebohongan belaka. Kelicikan yang dilakukannya adalah cara untuk menghancurkan Debo perlahan-lahan. Benar-benar licik!
***
" Lintar... "
Ify memeluk sosok Lintar yang berada dihadapannya. Sosok yang selama ini ia rindukan. Sosok yang selama ini ia inginkan untuk menemani hari-hari yang sepi. Dan kini, tepat dihadapan Ify. Berdiri cowok hitam manis itu. Dan mungkin jika Ify di suruh memilih cowok hitam manis diantara Dimas, Debo, Patton, Lintar dan Gabriel. Dia bingung harus memilih siapa diantara mereka.
" Hey... Udah sembuh, Fy? " Lintar membalas pelukan Ify. Pelukan yang selama ini diinginkan.
' Sial! Ternyata gue juga harus ngehancurin ini cowok. Seenaknya aja dia meluk Ify di depan gue. Tunggu aja pembalasan yang akan gue lakuin. ' batin Patton sambil memandang sinis Lintar dan Ify.
" Aku udah sembuh dong, Ince. Aku kangen kamu. " ucap Ify sambil mempererat pelukannya pada Lintar. Ince adalah panggilan khusus Ify untuk Lintar. Ince adalah Prince. Lintar adalah pangeran dihati Ify. He is prince of Ify(?).
" Yeah! Ternyata kamu masih suka sama panggilan yang dulu. Aku inget dulu dimana saat kita main basket bareng. Pergi ke rumah pohon. Main-main ke danau. Aku rindu semua itu, Incess. " Lintar membelai lembut rambut Ify. Lintar pun sama. Dulu memang Lintar-Ify sama-sama suka memanggil dengan nama-nama khusus. Lintar-Prince dan Ify-Princess. Yang artinya Pangeran dan Putri.
' Ugh, bete lama-lama disini. Bikin suasana panas aja nih anak. Sial! ' Patton menggerutu dalam hati. Ia sangat kesal melihat adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Adegan yang sama sekali tak diinginkannya untuk terjadi.
" Apakah aku masih menjadi Pangeran dihatimu, Putri? " Lintar kini melepaskan pelukannya. Ia menatap Ify lekat-lekat. Tatapannya tak bisa ia jauhkan dari Ify.
" Ya, kamu itu tetap prince dihati princess. Dan putri tidak akan pernah bisa ada tanpa hadirnya pangeran mengisi ruang kosong disini. Dihatiku. " Ify menepuk pelan dadanya. Sungguh dirindukannya panggilan-panggilan dimana saat Ify bertemu dengan cinta pertamanya. Lintar, cinta pertama yang selama ini dirindukan Ify.
" Kau tak sempat tanyakan aku. Cintakah aku padamu. " Ify menyanyikan sepenggal lirik lagu Cinta Pertama.
" Emang kamu cinta sama aku, Incess? " tanya Lintar sambil mengenggam erat tangan Ify.
" Aku cin... "
" Fy, ayo kita pulang. " ajak Patton sambil mengacaukan suasana.
" Bentar, Ton. Sebentar lagi... " pinta Ify.
" Nggak ada kata sebentar. Gue nggak suka kalo waktu pulang ditunda-tunda gini. " ucap Patton.
" Heuh... Iya iya 1 menit lagi. "
" Buruan! "
Ify kembali menatap Lintar dihadapannya. " Maaf ya, Ince. Aku harus pergi. "
" Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan. Semua takkan mampu mengubahku. Hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti. " Lintar mengelus lembut Ify. Kemudian ia membiarkan Ify menghampiri Patton.
" Anterin gue ke jembatan. " pinta Ify.
" What?! Jembatan? Buat apa? " tanya Patton.
" Firasat gue nggak enak nih. Ayo anterin gue. " mohon Ify.
" Heuh... Ya udah deh. Gue anterin lo ke jembatan. Awas kalo lama-lama. " ucap Patton kesal.
" Nah gitu dong. " ucap Ify sambil mencium pipi Patton. Patton diam tak bereaksi sambil mengelus-elus lembut pipinya.
" Dicium ya gue? Hahaha... Akhirnya. "
" Ayo... "
***
@Jembatan Sulatri
" Selamat ting... "
" JANGAN, DE! JANGAN TINGGALIN GUE. LO UDAH NGGAK SAYANG LAGI SAMA GUE DAN SAMA YANG ADA DI DALAM PERUT GUE, DE? TURUN! " teriak Ify histeris ketika melihat Debo hendak melompat terjun dari atas jembatan.
' Alhamdulillah(?), Ify datengnya cepet. ' batin Debo lega.
' Pasti akal-akalannya dia nih. Sialan! ' batin Patton kesal.
" GUE NGGAK AKAN LOMPAT KALO LO KESINI. "
Ify berjalan menuju jembatan. Namun, Patton mencengkram lengan Ify keras. " Kalo lo nyelamatin dia. Berarti elo nggak nyelamatin nyawa bayi yang ada dalam perut lo itu. "
" Maksud lo? "
" Lo liat aja nanti! " ucap Patton sinis.
" Heh... Gue mau nyelamatin Debo! Lo nggak usah larang-larang gue deh. "
" IFY... GUE LOMPAT YA! "
BBYYUURRR...(?)
Debo pun melompat dari pinggir jembatan. Harapannya pupus sudah.
" DEBOOOO... "
" Kasihan... " Patton hanya geleng-geleng kepala melihat Ify yang berlari menghampiri jembatan.
Selesai... --''
bersambung...
Lanjut? Like+coment ya.... :D
ditunggu...
Berawal Dari MOS-Part 46
Part 46: Hadirnya orang baru
Follow @BerawalDariMOS ... Disana bakal dikasi bocoran-bocoran part selanjutnya...
Follow twittku juga yah :D
@WinaLaksmitaD ...
Sekalian follow parodi Debo... @Deboys11
okeoke... Suksma :)
enjoy it...
***
Five Boys, Five Boys, Five Boys. Itulah yang ada dipikiran Five Girls. Seakan badai menerpa. Semuanya hilang dan kebahagiaan itu telah lenyap. Ditambah lagi hadirnya orang-orang baru yang semakin mempersulit keadaan. Hmm... Kalau bisa dibilang, Five Girls masih menyimpan begitu besar rasa sayangnya terhadap anak-anak Five Boys. Lalu, apa jadinya jika Five Boys ditambah Patton dan Five Girls ditambah Aren? Nothing special! Yeah, tidak ada yang spesial walaupun Patton maupun Aren masuk ke dalam grup-grup populer itu. Tapi, yang paling ditakutkan adalah cinta lokasi grup. Takutnya bisa-bisa rasa yang dulu hilang kini datang kembali. Debo-Aren. Dan apalagi ditambah kalau masuknya Patton ke Five Boys akan semakin mempersulit keadaan Debo mendekati Ify. Ditambah lagi kondisi Ify yang semakin hari semakin buruk. Bahkan, Ify tidak mau disuruh terapi atau semacamnya. Karena Ify tidak tahu apa penyakit yang sedang dideritanya saat ini. Penyakit kanker otak! Sungguh penyakit yang sangat mematikan dan penyakit ganas itu perlahan-lahan akan membuat Ify lumpuh. Bahkan, Debo dan Patton tidak ingin semua itu terjadi. Tidak ingin apabila kelumpuhan terjadi pada Ify. Apalagi saat Ify dinyatakan lumpuh total dan tidak akan bisa bicara lagi. Dan kata-kata Dokter itu sampai sekarang masih terngiang-ngiang ditelinga Debo. Sungguh kasihan melihat Ify menahan rasa sakit luar biasa dikepalanya. Ingin rasanya Debo menangis melihat cewek yang dicintainya mesti mengalami hal seperti ini. Kenapa bukan dia yang berada diposisi Ify? Mungkin keinginan Debo aneh. Orang-orang bahkan sama sekali tidak ingin terkena sama yang namanya penyakit.
" De... Come on. Tersenyum dong! Kok wajah lo kusut kayak belum disetrika? Bukannya semalem lo habis dengerin suara indah seorang bidadari yang nyanyi sambil memainkan piano? " Patton menepuk pundak Debo perlahan. Ia merasa ada kejanggalan yang terjadi pada sosok sepupunya itu. Secara dramatis, Debo berubah karena Ify yang membuat hatinya bingung.
" Ify... " ucap Debo pelan dan nyaris tak terdengar ditelinga Patton. Ia benar-benar merasa kehilangan sosok Ify yang dicintainya hanya karena ide bodoh Alvin untuk menyakiti hati anak Five Girls. Balas dendam? Apa gunanya? Nggak ada gunanya balas dendam! Semuanya sudah jelas bahwa Five Boys memang sudah jatuh hati pada anak-anak Five Girls. Rasa cinta itu tidak bisa dipendam. Sulit untuk memendam perasaan pada seseorang. Terutama bagi Debo. Sulit untuknya memendam perasaan pada Ify. Cewek yang dicintainya itu.
" Udah gue duga. Pasti lo galau kayak gini karena mikirin Ify. Emang lo ada masalah apa sama Ify? Cerita dong ke gue. Siapa tau gue bisa bantu. " Patton duduk disebelah Debo. Tepatnya dibangku Ify. Memang sekolah itu adalah sekolah yang terkenal dengan kelas yang mesti duduk secara berpasangan a.k.a cewek-cowok.
Debo menggeleng. Tidak mungkin Ia menceritakan pada Patton. Ntar bisa-bisa Patton malah mau merebut Ify dari Debo. Aneh banget! Debo bisa juga cemburuan pada sepupunya itu. Ya, kini Patton masuk disekolah Debo. Tepatnya di SMA IDOLA BERSINAR. Bukannya mau numpang eksis sama Debo. Tapi, memang kenyataannya Patton itu menarik. Ia juga kelihatan manis seperti Debo.
Dan karena kedatangan Patton bersama Debo. Kini Patton menjadi idola cewek cewek disekolah. Bahkan, Patton sempat merasa risih dengan cewek yang bernama Cahya yang terus-terusan mengejar dirinya dan meminta tanda tangan. Untuk apa coba? Bagi Patton semua itu tidak penting. Apalagi soal urusan cewek. Sekali deketin langsung dapat. Itulah prinsip Patton. Gampang dapat dan gampang juga dia pergi.
" Move on, De. Cewek didunia ini bukan cuma Ify. " Patton mencoba menenangkan kegalauan Debo saat ini. Debo benar-benar terlihat stress karena memikirkan sosok Ify.
" Masalahnya gue udah ngehamilin dia, To. " Debo tertunduk lesu. Patton tersentak kaget mendengar ucapan Debo. Ia benar-benar tak mengira bahwa sepupunya bisa melakukan perbuatan seperti itu. Apalagi diluar pernikahan dan statusnya sekarang masih seorang pelajar.
" Lo masih waras kan, De? Kenapa lo ngelakuin hal bodoh kayak gitu? Lo mau ngancurin masa depan Ify dengan cara seperti ini? " Patton mulai emosi dengan Debo. Pantas saja Ify tidak tahan dengan Debo! Batin Patton.
Debo menopang dagunya. Ia nampak tak memperdulikan Patton. Hatinya bingung dengan semua ini. Nggak mungkin kan Ify minta pertanggung jawaban sama orang lain? Semua itu sangat tidak mungkin. Ditambah lagi perubahan Ify yang menjauhinya semenjak keluar dari rumah sakit kemarin. Semua karena Lintar! Batin Debo.
" De... "
" Semua karena Lintar! " Debo menoleh ke ujung pintu kelas. Hatinya seakan tertusuk panah yang tajam melihat semua itu. Ify bersama Gabriel.
Eh... Tunggu. Gabriel dan Ify berjalan menghampiri Debo. Patton menyingkir lalu meninggalkan Debo bersama Gabriel dan Ify. Debo memandang tajam pada sang ketua OSIS yang dibencinya itu. Ditambah lagi rasa kesalnya karena melihat Gabriel bersama Ify.
“ Hey… gimana kabar ortu lo? Udah lo balikin biar nggak pisah lagi? ” Gabriel memandang Debo dengan sinisnya. Perasaannya merasa kesal dengan Debo hanya karena Ify.
Ify menoleh ke arah Gabriel. Semua ini diluar dugaan! Batin Ify. Ya, jelas semua ini diluar dugaan. Tujuan Ify awal adalah meminta bantuan Gabriel untuk menjelaskan semuanya kepada Debo. Tapi, semua jadi seperti ini karena Ify minta bantuan pada orang yang salah. Seakan ingin menangis dan tidak kuat apabila Debo emosinya meledak seketika karena ucapan Gabriel.
“ Jangan pernah bawa-bawa ortu gue! ” Debo menarik kerah baju Gabriel. “ Awas kalo lo bawa-bawa ortu gue lagi. Hidup lo nggak akan pernah selamat. ”
Gabriel mendorong Debo. “ Sialan! Lo nggak tau siapa gue? Gue bisa keluarin lo dari sekolah ini. Belagu banget jadi cowok. Anak broken home aja bangga! ”
“ KAK… ” Ify menyikut Gabriel.
“ Oh, jadi sekarang udah mulai deket toh sama ketua OSIS yang nggak tau diri ini. Hebat! Udah Dimas, Lintar, Patton terus sekarang ketua OSIS ini. Gampang banget ya nyari cowok. ”
“ Pergi aja deh, Fy. Males gue liat mukanya dia. Kalo lo mau disini ya udah gue pergi. ” Gabriel beranjak pergi meninggalkan Ify bersama Debo. Emosinya lama-lama bisa meledak apabila lama-lama disana melihat Debo.
“ Pinter! Minta tanggung jawab sama Gabriel ya. Gue mau pergi. ” Debo pun pergi meninggalkan Ify didalam kelas yang terdiam mematung dan tak mengerti tentang permasalahan yang terjadi dihidupnya.
Gabriel? Nama itu dipikirkan Ify. Kenapa dia harus bertemu dengan Gabriel? Gabriel datang sebagai orang baru dikehidupan Ify dan menghancurkan semua kebahagiaannya. Ditambah lagi Alvin yang mempersulit anak-anak Five Girls. Bingung-bingung semuanya menjadi satu.
“ ALYSSA SAUFIKA UMARI KE LAPANGAN BASKET! ”
Suara itu nampak mengangetkan Ify. Ify dengan segera keluar dari kelas dan menuju lapangan basket untuk menemui suara yang memanggilnya itu.
@ Lapangan Basket
Ify melihat disana berdiri anak Five Boys+Patton dan juga teman-teman Five Girlsnya+Aren. Ify berpikir sejenak. Untuk apa Patton dan Aren ada diantara Five Boys dan Five Girls? Batin Ify.
“ Ify… ” Agni melambaikan tangannya pada Ify. Ify berjalan menghampiri teman-temannya.
“ Ada apaan semua ngumpul kayak gini? ” tanya Ify.
“ Patton dimasukin Five Boys dan Aren bakal dimasukin Five Girls. Jadi, intinya bakal ada orang baru diantara kita yaitu Patton dan Aren. ” jelas Agni.
“ What?! Kenapa bukan Kak Iel? ”
Five Boys cengo menatap Ify. “ GABRIEL? ”
“ Iiya. ” jawab Ify gugup.
“ Oh, jadi biar bisa PDKT sama Kak Gabriel? Iya? Bagus! Panggil sana ketua OSIS nggak tau diri itu. ” sinis Debo.
“ Jangan pernah sebut Kak Iel nggak tau diri! Yang nggak tau diri itu lo. Dan kalo bukan karena Kak Iel, gue udah diculik tau sama preman-preman yang dulu itu. ” ucap Ify tak kalah sinisnya dengan Debo.
“ Iwan dkk? ” tanya Five Boys tak percaya.
“ Iya, puas lo semua! ” Ify merasa kesal menghadapi 6 cowok-cowok dihadapannya itu.
“ Fy… sabar. ” Aren menepuk pelan pundak Ify.
“ Nggak usah SKSD deh lo. ”
“ UDAH STOP! Jangan buat pusing lagi dong, Fy. Kita semua ini mau ganti nama grup tau. ” Sivia ikut-ikutan kesal dengan Ify.
“ Whateverlah! ”
“ OKE, jadi nama grup baru buat anak Five Girls apa? ” tanya Alvin.
Agni berpikir sejenak. “ Six Girls In One. SGIO. Gimana? ”
“ Aneh! Gimana kalo SNG? " usul Aren.
" SNG apaan? " tanya Five Girls serempak.
" Six Naughty Girls. Kan keren tuh. " Aren menaikkan sebelah alisnya.
" Eh... Tunggu... Temen sekongkolan lo kemana? Si Itte itu? " tanya Ify pada Aren.
" Dia kan pindah sekolah. " ucap Aren.
" Oh... "
" Jadi gimana nih usulnya Aren? " tanya Agni.
" Seettujuuu... " sahut Five Girls serempak dengan rasa sangat terpaksa.
" Oke, jadi mulai sekarang nama kita SNG. Six Naughty Girls. Nama grup kalian apa, boys? " Agni menaikkan sebelah alisnya.
" F.M.I.F... " sahut 6 cowok itu serempak.
" What?! Nama apaan lagi tuh? " tanya Ify.
6 cowok itu saling berpandangan. " Fuck Me I'm Famous. "
" NAJIS kali ya! Sok sok famous. Berasa perfect ya? Cocok tuh perfuck! " ucap Shilla kesal.
" Kita perfect dong, Shill. " ucap Rio sambil mengedipkan sebelah matanya pada Shilla.
" Udah! Jadi, intinya nama grup Five Boys sama Five Girls berubah jadi FMIF sama SNG. Fuck Me I'm Famous dan Six Naughty Girls. Oke, sekarang kalian bubar deh. Dasar naughty girls! " Alvin memandang sinis 6 cewek-cewek dihadapannya.
“ Fuck you boys! ” ucap SNG serempak lalu meninggalkan FMIF. (DIbaca ef em I ef)
“ Bye… ” FMIF melambaikan tangannya pada SNG.
Alvin merasa puas karena berhasil membalaskan dendamnya yang dari dulu terpendam dalam benaknya.
“ Eh, kalian pada suka minum nggak? ” tanya Patton.
“ Hah? Minum apaan? ” Deva mengerutkan dahinya. ‘ Jangan sampai minum arak. Dilarang kali! ’ batin Deva.
“ Jangan bilang… ”
“ Ya minumlah. Emang kalian nggak pernah minum? Kayak minum arak atau semacamnya gitu? ” Patton memotong ucapan Rio.
“ Arak? Oh, kalo itu nggak deh… makasih. ” tolak Cakka.
“ No thank’s! ” Alvin mengangkat kedua tangannya.
“ Ah, cemen banget sih kalian semua. ” Patton mendengus lalu mengeluarkan rokok dari dalam sakunya.
“ Lo ngerokok juga? Ya ampun… ” Debo hanya geleng-geleng kepala pada sepupunya yang sedang menghisap rokok itu.
“ Emang ada larangan buat ngerokok disekolah? ” tanya Patton.
“ JELAS ADA LARANGAN! ” suara itu mengagetkan FMIF. Semuanya menoleh ke arah sumber suara. Tampak dengan jelas disana Gabriel sedang berjalan menghampiri FMIF bersama Zahra. Patton langsung mematikan rokoknya karena takut dilihat oleh sang ketua OSIS itu.
“ Siapa yang ngebolehin kalian ngerokok disekolah? Siapa? ” Gabriel menatap satu persatu anak FMIF.
“ Tapi Cuma Patton yang ngerokok. Kita sama sekali nggak ada nyentuh yang namanya rokok. ” ucap Rio sinis.
“ Bohong! Itu buktinya apa? Dikantong celana kalian semua jelas-jelas kelihatan ada rokok. Mau mungkir lagi? Ikut ke ruang kepsek! ”
“ Tapi… ”
“ Maafin gue, Vin. Gue Cuma nggak mau nanggung semua ini sendirian. Lo semua kan temen gue. Jadi apapun yang terjadi lo semua bakalan terlibat. ” bisik Patton ditelinga Alvin.
“ Oke, kita ikut! ” ucap Alvin kesal pada Gabriel.
“ Vin… ”
“ Diem! Gue ketua FMIF. Jadi, siapapun yang tertimpa masalah salah satu diantara kita. Itu berarti adalah masalah kita semua. ”
“ Ya. ”
FMIF pun dibawa Gabriel dan Zahra menuju ruang kepsek. Perasaan takut dan was-was dirasakan satu persatu anak FMIF. Mereka takut apabila dikeluarkan dari SMA IDOLA BERSINAR hanya karena rokok.
@ ruang kepsek
“ Kalian di skors! ” ucap Bu Ira tegas.
“ Tapi… ”
“ Nggak ada tapi-tapian! Peraturan tetap peraturan. Kalo kalian memang ingin merokok atau semacamnya jangan diarea sekolah ataupun memalukan nama baik SMA IDOLA BERSINAR. Saya sebetulnya kecewa dengan kalian. Dan kalian juga seenaknya membuat perkumpulan geng disekolah ini. Kalian tahu kan peraturan sekolah ini? Tidak seharusnya kalian seperti ini. Kalian di skors selama 3 hari. Kalo kalian masih belum berubah. Terpaksa kalian saya keluarkan dari sekolah ini. ” Bu Ira hanya geleng-geleng kepala memandang satu persatu anak FMIF.
“ Maafkan kami semua, Bu. ” anak FMIF langsung tertunduk lesu ketika mendengar bahwa mereka akan diskors disekolah. Apa yang akan mereka katakan pada Mama atau Papa mereka? Pasti mereka kena marah abis-abisan jika diketahui berkelakuan seperti ini disekolah. Sekolah untuk belajar! Bukan untuk main-main.
“ Jangan dikasih ampun mereka, Bu. Mereka udah banyak melanggar peraturan sekolah bahkan ada yang… ”
Alvin dengan cepat langsung menginjak kaki Gabriel . ” Gue abisin lo kalo berani bongkar masalah study tour! ”
Gabriel hanya bersiul-siul dan tak mengubris ucapan Alvin. Gabriel tahu bahwa masalah study tour adalah kunci kelemahan Alvin saat ini. Dan mungkin kapanpun Gabriel bisa membongkar semuanya pada Bu Ira. Termasuk tentang hubungan Alvin—Sivia.
” Ngapain kalian masih disini? Kalian itu udah di skors. Sana pulang kalian. Kalian semua nggak pantas ada di SMA IDOLA BERSINAR! ” usir Gabriel.
” Sebelum lo ngusir, kita emang pengen pergi. ” ucap Patton sinis sambil memasukkan sebatang rokok ke saku celana Gabriel. FMIF pun beranjak pergi dari ruang kepsek.
” Gabriel, kamu ini apa-apaan? ” Bu Ira menatap Gabriel dengan penuh emosi.
” Lho, apaan apanya, Bu? ”
” Apanya kamu bilang? Itu apa maksud rokok di saku celana kamu? Sebenarnya yang ngerokok itu mereka apa kamu? Kamu itu Ketua OSIS yang seharusnya jadi yang terbaik dari mereka. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu mempermalukan jabatan kamu sebagai Ketua OSIS. Dengan berat hati, Ibu putuskan bahwa kamu dipecat sebagai Ketua OSIS. Dan ketua OSIS akan diadakan pemilihan ulang. Dan kamu juga akan Ibu skors selama 3 hari. Keluar kamu sekarang! ”
” Tapi... ”
” KELUARRR!! ”
” Baik, saya keluar! Sebelumnya, saya sangat berterima kasih pada Ibu karena telah memilih saya sebagai ketua OSIS. Dan saya minta maaf apabila saya mengecewakan Ibu seperti ini. Permisi... ”
Gabriel pun keluar dari ruang Kepsek. Perasaannya hancur dan dia semakin dendam pada anak FMIF. Dia akan segera membalas semuanya.
” Hahahaha... kasian deh lo! ” tawa anak FMIF terdengar diluar ruang kepsek. Sedaritadi anak FMIF menertawakan Gabriel yang dipecat sebagai Ketua OSIS di sekolah.
” Puas lo semua! Licik lo semua. Inget ya kata-kata gue. Gue akan balas semuanya. Liat aja ntar. Kalian yang akan hancur bukannya gue! ” Gabriel memandang anak FMIF dengan sinisnya.
” Puas banget dong! ” ucap mereka serempak dan tak kalah sinisnya.
” awas ya kalian semua! Gue pasti balas perbuatan kalian. LICIK! ” Gabriel beranjak pergi meninggalkan FMIF.
“ Misi kita sukses. ” ucap Patton tersenyum puas.
“ Maksud lo? Jadi, lo sengaja bikin Gabriel dipecat jadi ketua Osis? Tapi, kenapa? ” tanya Alvin tak percaya.
“ Karena gue mau jabatan itu! ” jawab Patton.
Bersambung....
LIKE+coment ya...
Langganan:
Postingan (Atom)