Senin, 04 April 2011

Berawal Dari MOS-Part 37-Special CakShill, AlVia&ID

Part 37: Laguku Lagu Cinta dan Rasa Sayangku terhadap dirimu

***

Shilla berjalan perlahan menghampiri Cakka. Terbesit rasa kecewa terhadap Cakka yang bisa-bisanya menyebut nama Agni. Shilla membelai rambut Cakka. Shilla ingin Cakka segera sadar dari KOMAnya dan bisa bersama-sama lagi dengan dirinya dan juga Casillas. Tapi, Shilla hanya bisa menunggu kapan Cakka akan tersadar dari KOMAnya itu.

“ Sampai kapan sih, Kka?! Sampai kapan lo akan terus kayak gini? Disaat kondisi kayak gini bisa-bisanya lo nyebut nama Agni. Apa lo suka sama Agni? Gue tau lo itu sempet deket sama Agni. Tapi, Agni udah dimiliki Rio, Kka. Lo jangan ngarepin Agni lagi. Lo kan udah jadi milik gue, Kka... ” Shilla menghela nafasnya. “ Aku nggak bisa kayak gini, Kka. Kapan kamu bisa ngertiin perasaanku? Aku udah coba mencintai kamu, Kka. Walaupun hatiku masih belum rela ngeliat Alvin sama Sivia, aku akan ngerelainnya. Tapi, aku juga mau kamu ngerelain Agni sama Rio. Aku nggak bisa terus-terusan kayak gini, Kka! ”

Tubuh Shilla bergetar. Airmatanya menetes tak henti-henti. Shilla ingin semua kembali seperti semula. Tidak seperti ini. Terasa hancur dan bingung.

Tok...tok...tok...
Shilla menoleh ke pintu UGD. Dilihatnya disana dokter dan suster hendak memasuki ruangan. Shilla menghampiri.

“ Ada apa, Dok, Sus? ”

“ Maaf, Bu. Kami harus segera memindahkan Casillas ke ruang operasi. Jadi, biaya administrasinya mohon dibayar. Ini demi keselamatan nyawa Casillas. ” ucap Sang Dokter.

Shilla menunduk. “ Saya belum punya uang, Dok. ”

“ Bayar setengahnya saja dulu. Demi keselamatan pasien, Bu. ”

Shilla mengangguk. “ Baiklah, saya akan mencari uang dulu. Permisi! ”

Shilla langsung berlari keluar rumah sakit dan langsung menuju kantor perusahaan Papanya. Shilla berharap Papanya mau membantu membayar biaya rumah sakit Cakka dan Casillas. Shilla bingung harus meminta bantuan kepada siapa. Hanya Papanyalah satu-satunya harapan Shilla saat ini.

@BKPMD

“ 50 Juta? ” Papa Zaenal, nampak terkejut saat anaknya meminta uang sebanyak itu. “ Princess, untuk apa uang sebanyak itu? Bukannya selama ini kamu yang nggak mau Papa kasih uang? ”

Shilla menunduk. “ Demi keselamatan temen Shilla, Pa. Dia harus segera dioperasi. Shilla mohon, Pa. Shilla butuh banget uang itu. Shilla janji akan mengembalikan uang itu secepatnya. ”

Papa Zaenal tersenyum. “ Baiklah, karena uang itu untuk kebaikan. Papa akan berikan uang kepadamu. Tapi, nggak usah dikembaliin ya. Papa ngasihnya ikhlas kok. Papa kasih cek aja ya? ”

Shilla mengangguk lemas. Shilla merasa tidak tega pada Papanya. Baru kali ini Shilla meminta uang kepada Papanya. Padahal, selama ini Shilla hidup mandiri tanpa bantuan Papanya.

“ Ini sayang. Papa kasih 75juta ya. Papa tahu kamu lagi butuh uang. Kalau ada apa-apa, jangan lupa bilang sama Papa ya. Papa pasti akan bantu kamu. ”

“ Tapi Pa... ”

“ Udah... Nggak apa-apa kok. Kamu ambil aja uang itu. ” Papa Zaenal tersenyum.

Shilla memeluk Papanya. “ Makasih, Pa. Shilla sayang Papa. ”

“ Papa juga sayang Princess. Ya udah sana ke rumah sakit. ”

“ Iya, Pa. Shilla mau ke bank dulu. Makasih ya, Pa. ”

“ Sama-sama Princess. ”

Shilla tersenyum dan pergi meninggalkan Papanya. Shilla sangat senang karena Papanya bisa membantu kesulitan yang dialaminya.
Shilla menuju bank untuk menarik uang sebesar 75juta. Namun....

“ Eh, ada eneng cantik rupanya. ”

“ Jangan ganggu gue!! Gue bisa teriak kalo lo semua berani macem-macem. ” Shilla mendelik ke arah preman yang mencegatnya itu. “ Minggir! Gue mau lewat. ”

“ Cantik-cantik galak. Serahin kopernya ke kita. ”

Shilla menggeleng. “ Nggak akan!! Ini uang berharga buat gue. Lo nggak usah ngalangin jalan gue. ”

“ Uang atau nyawa? ”

“ Atau! ” jawab Shilla.

“ Uang Nyawa? ” Preman itu menyodorkan pisau ke arah Shilla. “ Serahin uangnya kalo lo mau selamat. ”

“ TOLLOOOOONGGGGGGGGG... ”

PLAAKKK--

“ Lo jangan teriak! Karena nggak akan ada orang yang berani lewat kawasan daerah Panjer. ”

“ Lepasin gue!! ” Shilla berteriak lebih kencang.

Preman itu nampak sedikit panik dengan teriakan Shilla yang kencang.

“ WOY, LEPASIN CEWEK ITU! ”

***

Sivia menarik tangan Alvin jauh pergi meninggalkan kantin. Sivia terus menarik Alvin tanpa melihat arah dan tujuan yang tepat. Alvin hanya pasrah mengikuti Sivia. Dipikiran Alvin hanyalah kesempatan untuk berdua bersama Sivia.

Sivia menghentikan langkahnya dibelakang sekolah yang nampak sepi dan tidak ada seorangpun yang mengunjungi tempat yang kotor dan mengerikan itu.

“ Lo tega mempermalukan gue didepan anak-anak. Lo udah nggak sayang lagi sama gue, Vin? ”

Alvin menarik nafasnya panjang.

Arti hadirmu dalam hidupku...
Kau bawa mimpi indah temani tidurku...
Yang tak pernah ku rasakan...
Sebelumnya disaat kau masih dalam hayalku...

Cinta terlahir diantara kita...
Melewati seribu senyummu...
Yang tak pernah kurasakan...
Sebelumnya disaat kau masih dalam hayalku...

Berjuta rasa cinta tercipta...
Mengiringi langkah kau dan aku...
Menyelimuti masa yang lalu...
Dan tak mungkin terpisahkan...

Kata sayang untuk dirimu...
Yang ku hembuskan kepadamu...
Sebagai tanda cintaku untuk dirimu...

Takkan hilang ditelan waktu...
Takkan sirna ditelan bumi dan...
Takkan punah termakan ragu...
Menghiasi seluruh hidup dan matiku...
(unğu-Rasa Sayang)

Sivia tersenyum manis dan langsung memeluk Alvin. Sivia baru mengerti bahwa Alvin menyimpan rasa sayang yang mendalam selama ini terhadap dirinya.

“ Aku sayang kamu, Vi. ” Alvin membelai rambut Sivia. “ Maafin aku tadi ya, Vi. ”

Sivia melepaskan pelukannya lalu menatap Alvin. “ Kamu nggak salah! Aku yang salah karena udah ngomongin Sion. Maafin aku ya, Vin. Aku janji nggak akan nyebut Sion lagi. Aku janji! ”

Alvin tersenyum. “ Aku udah maafin kamu kok, Vi. Jangan diulangi lagi ya kesalahan yang sama. Karena aku nggak suka banget sama sifat orang yang suka ngulangin kesalahan yang sama. ”

“ Aku nggak akan ngulangin kesalahan yang sama, Vin! Aku janji sama kamu. Aku nggak mungkin menghianati kamu. Karena aku sayang sama kamu. ”

Alvin menarik Sivia. “ Ikut aku, sayang. ”

Sivia meronta. “ Jangan gila, Vin! Disini sepi dan serem banget. ”

“ Ada aku, ”

Alvin terus menarik tangan Sivia. Alvin menghentikan langkahnya disebuah bangku yang ada dibelakang sekolah itu. Bangku yang nampak kusam dan berisi tulisan ’ Don’t sit in this desk ’(?). Alvin menarik tangan Sivia dan mengajaknya duduk di bangku itu.

Sshhhsssuuhhh....ssshhh...

Hembusan angin yang aneh terasa dileher Sivia. Sivia bergidik. Sivia merasa aneh ketika menduduki bangku itu.

“ Kamu kenapa, Vi? ” tanya Alvin.

“ Jangan duduk dibangku ini!! Ini bangku milik Roselina Marriam Pantison Jackson. ” kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari mulut Sivia.

“ Hah? Dia siapa? ”

“ Kita harus cari tempat lain. Aku takut, Vin. ” Sivia bergetar dan sangat ketakutan.

Alvin merasa kasihan melihat Sivia. “ Ya udah, kita cari tempat lain aja. ”

Alvin kembali menarik tangan Sivia dan akhirnya berdiri didekat tembok.

“ Cinta sejati
mendengar
apa yang tidak dikatakan
mengerti
apa yang tidak dijelaskan
sebab cinta tidak datang dari
bibir
lidah
atau pikiran
melainkan... HATI ”

Sivia bengong menatap Alvin dihadapannya itu. Sivia baru pertama kali mendengar Alvin ngomong dengan kata-kata cinta. Baru kali ini Sivia mendengarnya.

“ Belajar darimana, Vin? ”

“ Tiba-tiba terlontarkan semua kata-kata itu. Aku sayang kamu, Sivia. ”

Alvin mendekati Sivia. Sivia semakin mundur hingga akhirnya Ia terdorong ke tembok.

“ Auuww... ”

Alvin tersenyum. “ Berikan aku ciuman pertamamu. Agarku yakin kau memanglah milikku. Kau mungkin bukanlah cinta pertamaku. Namun kau pasti cinta terakhirku. ”

Sivia mendorong Alvin. “ Yee... Udah kali. ”

Alvin menggeleng. “ Kamu kan belum pernah cium aku, Vi. Selama ini aku terus kan yang cium kamu. ”

“ Alvin... Malu tau. ”

“ Kenapa mesti malu? Disini cuma ada kita berdua dan para pembaca, Vi. ” ucap Alvin. “ Kamu nggak sayang ya sama aku? ”

Sivia menggeleng. “ Aku sayang sama kamu, Vin! ”

“ Buktiin! ”

‘ Bantu aku Tuhan. ’ batin Sivia.

Sivia mendekati Alvin perlahan. Didekatinya Alvin dengan jarak yang hanya beberapa cm.

‘ Kuatkan hambamu Tuhan. ’ Sivia menarik nafas panjang.

“ Kok lama banget sih, Vi? ” protes Alvin.

Sivia semakin mendekat ke arah Alvin.

CUUPPP(?)
Sivia mencium pipi Alvin. Wajah Sivia langsung berubah menjadi merah seperti tomat.

“ Di Pipi, Vi? Ah, ga asik. ” Alvin memanyunkan bibirnya.

“ Ih, udah dikasih juga. Bete jadinya. ” Sivia beranjak meninggalkan Alvin dengan rasa kecewa.

“ Via.... ”

Alvin mengejar Sivia yang nampak sudah jauh pergi meninggalkannya.

***

“ Kamu sayang sama aku nggak, Fy? ” Debo memegang tangan Ify. Genggaman erat tangan Debo seakan tak mau kehilangan sosok Ify disisinya.

Mungkinkah kau tahu...
Rasa cinta yang kini membara...
Yang masih tersimpan...
Dalam lubuk jiwa...

Ingin ku nyatakan...
Lewat kata yang mesra untukmu...
Namun ku tak kuasa...
Untuk melakukannya...

Mungkin hanya lewat lagu ini...
Akan ku nyatakan rasa...
Cintaku padamu...
Rinduku tak bertepi...

Mungkin hanya sebuah lagu ini...
Yang slalu akan kunyanyikan...
Sebagai tanda betapa aku...
Inginkan kamu...
(unğu-Laguku)

“ Jadi... ”

“ Iya, semua perasaanku aku bilang lewat lagu itu. ” Ify tersenyum. “ Aku sayang kamu, De. ”

Debo mengenggam erat tangan Ify. “ Sungguh? ”

Ify nampak meringis karena genggaman Debo. Namun, Ia mencoba tetap tersenyum. “ Sungguh. Cuma kamu yang ada dihatiku saat ini, De. ”

“ Jujur sama aku! Kamu masih suka sama Lintar? ” Debo melepaskan genggamannya dan menatap lekat-lekat Ify.

“ Apaan sih! Jangan ngomongin Lintar lagi dong. Kamu bikin aku bete aja. ” Ify mendengus. “ Udah aku bilang kan. Dihatiku cuma ada kamu. Dan nggak akan ada orang lain yang bisa gantiin kamu. ”

“ Aku kan cuma mau pastiin aja, Fy. Aku nggak mau sakit hati lagi. ” Debo menunduk. “ Maafin aku, Fy. ”

“ Hmm... ”

“ Kamu marah, Fy? ”

“ Nggak. Cuma kepalaku agak pusing, De. ” Ify memegangi kepalanya. “ Pusing banget, De. Baru kali ini kepalaku pusing banget. ”

“ Kamu sakit, Fy? Kita ke UKS ya. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. ”

Ify menggeleng. “ Nggak! Aku cuma pusing aja, De. Aku nggak apa-apa kok. Kamu nggak usah terlalu over protektif deh. Aku nggak suka, De. ”

“ Iya. Tapi, aku cuma nggak mau kamu sakit, Fy. Aku takut kamu sakit. ”

Ify menatap Debo. “ AKU NGGAK APA-APA! ” ucap Ify dengan nada tinggi. “ Nggak usah khawatirin aku. Aku bisa jaga diriku sendiri. ”

“ Aku ini pacar kamu, Fy. Jadi aku berhak khawatir sama kondisi kamu. Liat, wajah kamu pucat. Kamu nggak ngerti sama sekali apa yang aku rasain. ”

Ify menunduk. Ia kembali memegangi kepalanya. Sakit luar biasa dirasakan oleh Ify. “ De, kepalaku pusing. Tolong jangan bikin aku tambah pusing. ”

“ Aku nggak buat kamu pusing! Tapi, kamu yang buat aku pusing kayak gini. ”

“ Eeerrrgghhh ”

Ify semakin memegangi kepalanya. Debo panik dan segera menuntun Ify ke UKS.

***

“ Cabut. ”

Preman itu kalang kabut langsung pergi meninggalkan Shilla. Shilla menarik nafasnya karena ada orang yang dengan baik hati menolongnya. Shilla menoleh ke belakang dan langsung tersenyum melihat sosok laki-laki dibelakangnya itu.

“ Thanks ya. ”

“ Sama-sama. Lain kali hati-hati ya. Nama kamu siapa? ”

“ Ashilla. Panggil aja Shilla. Kamu? ”

“ Aku Riko. Riko Anggara. Aku anak daerah sini. Jadi, preman-preman pada takut sama aku. ” ucap cowok itu tersenyum. “ Oya, ngomong-ngomong siapa yang sakit? Aku lihat kamu tadi menjaga banget uang didalam koper itu. Dan arah tujuan kamu ke rumah sakit Sanglah. ”

“ Pacarku. Namanya Cakka. Terus sama adik angkatku, Casillas. Mereka kecelakaan. Cakka KOMA dan Casillas harus segera dioperasi. Makanya aku jaga banget uang ini. ” jelas Shilla.

“ Oh... Tapi, hati-hati ya. Kasihan kan cewek cantik kayak kamu mesti dilukai sama preman kayak tadi. ” Riko tersenyum. “ Aku pergi dulu ya. Hati-hati. ”

Shilla tersenyum. “ Iya, thanks banget ya, Rik. Aku nggak tau apa jadinya kalo nggak ada kamu. Sekali lagi makasih. ”

Shilla segera pergi dan kembali menuju rumah sakit.

@RS Sanglah

Setelah membayar biaya administrasi, Shilla mondar-mandir di depan ruang operasi. Shilla khawatir dengan kondisi Casillas. Shilla berharap operasi Casillas kali ini bisa berjalan lanjar. Dan Shilla tinggal menunggu kesadaran Cakka dari tidur panjangnya.

‘ Tuhan, tolong selamatkan nyawa Casillas. Aku mohon. ’ batin Shilla.

Shilla masih mondar-mandir didepan ruang operasi. Shilla takut terjadi apa-apa pada Casillas. Shilla hanya bisa berdoa untuk keselamatan Casillas.
30 menit kemudian Dokter dan Suster keluar dari ruang operasi dengan wajah menegangkan.

“ Dok, Casillas selamat kan? Casillas nggak pergi ninggalin aku kan, Dok? Casillas masih bisa bertahan kan? Jawab Dok! ”

Dokter itu menghela nafasnya. “ Casillas.... ”

***

“ Viaaa.... Kalo kamu ngambek ntar aku cium. ” teriak Alvin.

Sivia menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan. “ Apaan sih, Vin? Kamu nggak suka kan sama aku? Aku emang nggak sesempurna Princess Ashillamu itu. ” Sivia tersenyum sinis. “ Oh, Ashilla. Kamu cewek yang sempurna dimataku. ”

“ Vi... ”

“ Hahaha, emang gue nggak bisa kayak Shilla. Karena gue emang nggak sempurna! ”

“ LO MELEBIHI SHILLA DIMATA GUE, VI! ” bentak Alvin. “ Gue cuma sayang sama lo. Bukan Shilla! ”

Sivia tersenyum. “ Oh ya? Bukannya orang yang kamu sayang itu Shilla? Ngaku aja deh, Vin! ”

Alvin memeluk Sivia. “ Jangan sebut nama Shilla lagi!! Tolong, Vi. ”

“ Maaf... ”

Disaat waktu berhenti...
Mengikuti semua langkah-langkahku...
Kau adalah satu-satunya...
Yang kuharap hadir dalam hidupku...
Disaat mentari berhenti...
Mencoba menghangati tubuhku...
Kau adalah satu-satunya...
Yang kutunggu hadir dalam jiwaku...
Menerangi semua...
Sudut ruang hatiku...
Memberikan kekuatan...
Dalam setiap langkahku...
Lagu cinta untukmu dari lubuk hatiku...
Yang akan selalu ku nyanyikan sampai akhir hidupku...
Lagu rindu untukmu dari dasar jiwaku...
Yang akan slalu ku nyatakan diseluruh akhir hidupku...
Lagu rindu untukmu dari dasar jiwaku...
Yang akan slalu ku nyatakan diseluruh hidupku...
Wwooo oohhh wwaaa ahhh...
(unğu-Lagu cinta)

Sivia melepaskan pelukan Alvin. “ Jangan nyanyi deh, Vin! Suaramu aneh tau. Hahaha. ”

“ Suaraku kan keren, Vi. Kayak Christiano Ronaldo. ”

Sivia menoyor Alvin. “ Cristiano Ronaldo bapakmu! Dia kan pemain bola bukannya penyanyi. Kalo penyanyi itu Cristian Bautista. ”

Alvin mencubit pipi chubby Sivia. “ Enggak. Cristiano Ronaldo. Penyanyi dunia yang lagi terkenal itu. Yang nama fansnya Beliebers. ”

“ Itu Justin Bieber, Vin. Jangan lola deh! ”

“ Iii... Justin bieber kan yang nyanyi Just The Way You Are. Ngawur kamu, Vi. ”

“ ITU BRUNO MARS. ” ucap Sivia sambil manyun. “ Udah ah. Balik yuk, Vin. Udah mau masuk nih. ”

“ Ngambek ni yee.. ”

“ Balik atau gue tinggal? ”

“ Oke, balik ke kelas. ”

***

@UKS

Debo mendudukkan Ify diatas kasur UKS. Debo nampak sangat khawatir dengan kondisi Ify saat ini. Ify nampak semakin pucat dan memegangi kepalanya terus-terusan.

“ Kepala kamu masih pusing, Fy? ”

“ Pusing banget, De. ” keluh Ify. “ Tapi aku nggak apa-apa, De. Cuma pusing biasa aja. ”

“ Ini bukan pusing biasa, Fy. Kita ke rumah sakit ya? ” ajak Debo.

“ Nggak! Aku nggak mau ke rumah sakit. Aku anti banget sama rumah sakit. ” tolak Ify. “ Aku lebih baik kayak gini daripada mesti berhadapan sama rumah sakit. ”

“ Tapi kenapa, Fy? ”

“ Kak Goldi meninggal di rumah sakit karena penyakitnya. Aku jadi benci sama rumah sakit! Aku sayang banget sama Kak Goldi, De. ”

Debo menunduk. “ Maaf, Fy. Maaf aku udah buat kamu teringat akan kejadian itu. Tapi, kondisi kamu semakin buruk kalo nggak diperiksa, Fy. ”

“ Biarin aku kayak gini! Nggak ada yang peduli sama aku, De. Cuma Kak Goldi yang dulu peduli sama gue. Dan nggak ada orang yang peduli sama gue. ”

Debo memeluk Ify. “ Aku peduli sama kamu, Fy. Aku akan ngejagain kamu. Dan aku nggak akan pernah ninggalin kamu. ”

“ Hmm... ”

“ Aku bersungguh-sungguh, Fy. Aku nggak mau kamu sia-siain hidup kamu kayak gini. Hidup kamu masih panjang. Jangan disia-siain. ”

Ify melepaskan pelukan Debo. “ Iya. Hidup aku emang masih panjang. Tapi, itu sama aja nggak ada artinya. ”

“ Sst... Jangan ngomong gitu! Mendingan kita ke rumah sakit sekarang. ”

“ Nggak mau!! ”

“ Ayolah, Fy. Aku nggak mau kamu sakit. ” mohon Debo.

“ Aku nggak mau, De. ”

“ Aku mohon, Fy. ”

Ify menunduk. “ Ya udah deh. Tapi cuma periksa aja ya! Dan jangan terlalu over protektif. ”

“ Iya, sayang. ”

Ify beranjak dari kasur UKS. Ify dan Debo langsung meminta ijin pada pihak sekolah dan kemudian pergi menuju rumah sakit Sanglah.

TO BE CONTINUED...
LIKE+COMENT YAA....
THANK YOU...