Kamis, 05 Mei 2011

Berawal Dari MOS-Part 44

Part 44: P-L-A-Y-G-I-R-L!Bag. 2

***

    Ozy masih mendekap erat Acha. Ia seakan kerasukan makhluk halus(?). Ozy sama sekali tak mau melepaskan pelukannya ke Acha. Pengaruh minuman keras benar-benar membuat Ozy seperti ini. Ia bahkan tak sadar akan perbuatan yang dilakukannya. Nyopon pun berusaha keras melepaskan Ozy dari Acha. Namun, apa daya yang bisa dilakukan? Ozy masih tidak mau melepaskan pelukannya ke Acha. Kini malah Ozy lebih mempererat pelukannya. Seakan Ozy tak mau Acha pergi meninggalkannya lagi.
Acha ingin menangis dan teriak. Namun, Ia
tahu bahwa sedang berada didalam sebuah café. Maka dari itu Acha lebih baik diam daripada membuat kericuhan didalam café itu. Tapi, seluruh pengunjung café kini tertuju pada Ozy yang sedang memeluk Acha. Bagi mereka, ini adalah merupakan tontonan langka yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam café. Acha pun pasrah dan membalas pelukan Ozy lalu membenamkan wajahnya didada Ozy. Ia juga merindukan pelukan hangat dari Ozy yang sebelumnya tak pernah dirasakannya. Air matanya pun menetes membasahi baju Ozy.
    “Jangan nangis Acha sayang.” Ozy membelai lembut rambut Acha. Ozy benar-benar terlhat frustasi dan tidak mengurus dirinya sendiri karena Acha.
    “Zy, berubah. Aku nggak suka liat kamu mabuk-mabukan dan konsumsi narkoba kayak gini.” Acha semakin terisak. Ia merasa tak kuat melihat Ozy seperti ini. Dari bau nafasnya saja sudah tercium bau minuman keras dan narkoba yang menyengat. Acha benar-benar tak kuat dengan Ozy yang seperti sekarang ini.
    Acha mendorong paksa Ozy dengan penuh tenaga yang kuat. Ia sudah tidak tahan menghadapi Ozy yang seperti ini. Acha sangat tidak tahan berada didalam café yang penuh dengan bau minuman keras dan narkoba itu.
    BRAAKK--
    Ozy terdorong keras terkena meja. Ozy memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Acha berlari lalu menarik tangan Nyopon keluar dari café itu. Ia sudah tidak kuat lagi berada didalam café itu. Nafasnya seakan sesak karena terlalu lama didalam café.
     “Tangkap cewek itu!” perintah Ozy pada orang-orang didalam café.
     3orang di café itu keluar mengejar Acha dan Nyopon. Ozy mengacak-acak rambutnya penuh emosi. Ozy juga masih menyimpan rasa sayang yang dalam terhadap sosok Acha. Sungguh perasaan yang sulit dihilangkan. Ozy hanya bisa pasrah apabila Acha memang tak bisa kembali kedalam pelukannya lagi. Namun, Ia pasti bersyukur jika bisa memiliki Acha lagi.

    Diluar café...
    Acha masih terus berlari bersama Nyopon. Ia sadar bahwa kini sedang dikejar 3orang suruhan Ozy dari café CaPuzzy. Nafasnya tak beraturan dan terasa sesak. Namun, Ia
tetap berlari agar tidak tertangkap oleh orang suruhan Ozy. Acha tak pernah mengira bahwa Ozy benar-benar berubah jadi pemabuk dan pengguna narkoba. Padahal, itu bisa mencabut nyawa Ozy sendiri.
    “Kita sembunyi disana.” Acha menarik Nyopon kedalam gubuk tua yang sudah tak terpakai. Ia berharap orang suruhan Ozy itu tak menemukannya didalam gubuk.

@Gubuk

“Kita pasti aman disini.” bisik Acha pelan.
“Kamu yakin? Semoga saja orang suruhan Ozy nggak ngejar kita sampai sini.” Nyopon bernafas lega.
“Ya, aku yakin. Udahlah! Percaya aja sama aku. Mereka kan
nggak mungkin curiga sama gubuk tua kayak gini.” Acha tersenyum manis pada Nyopon. Ia merasa lega karena bisa bersembunyi didalam gubuk. Acha hanya berharap orang suruhan Ozy tidak mengejar dirinya dan Nyopon lagi.
“Kayaknya udah nggak ada tanda-tanda dari orang suruhan Ozy deh.” ucap Acha.
“Iya deh. Aku sebelumnya juga udah peringatin kan
ke kamu. Bahaya kalo ketemu sama Ozy. Ozy itu udah berubah banget. Bukan seperti Ozy yang kamu kenal baik dulu. Dia sekarang jadi pemabuk dan pengguna narkoba gitu. Lupain aja Ozy, Cha. Dia itu nggak baik buat kamu.”
Acha menunduk lesu. “Hmm... Aku akan coba. Lagian aku juga kan
udah ada Deva, Pon. Tapi, sulit banget buat hilangin rasa sayangku ke Ozy. Aku itu udah terlanjur sayang banget sama Ozy.”
“Keep smile. Perlahan-lahan pasti kamu bisa hilangin rasa sayangmu ke Ozy. Ayo, kita pergi sekarang. Pasti orang suruhan Ozy udah pergi darisini.”
“Iya.”
    Acha dan Nyopon keluar dari gubuk tua itu. Mereka melirik sekeliling dan berharap orang suruhan Ozy menghilang. Ternyata mereka sudah pergi dan tidak mengejar Acha dan Nyopon.
    Acha berjalan disamping Nyopon dan pergi dari gubuk tua itu. Sorot mata nampak memperhatikan Acha dan Nyopon. Sosok misterius yang nampak mengincar Acha dan juga Nyopon.
Acha menyebrangi jalan kemudian disusul oleh Nyopon dibelakangnya.
“Acha...”
‘Mampus! Deva pakai acara lewat sini lagi. Bisa mati gue diliat pergi sama Nyopon.’ batin Acha.
    Acha menelan ludahnya dan menghentikan langkah kakinya. Nyopon berdiri disamping Acha. Nyopon nampak aneh melihat tingkah Acha. Acha menunjuk perlahan pada Deva yang berjalan menghampiri dirinya dan Nyopon.
“Deva? Bisa gawat nih, Cha. Pasti dia salah sangka sama gue.” ucap Nyopon.
Acha mengangguk.
“Acha.” Deva langsung memeluk Acha yang berada dihadapannya itu.
“Wow... Main nyosor.” ucap Nyopon pelan tapi terdengar.
Deva melirik tajam ke arah Nyopon. Ia nampak curiga semenjak tadi dengan Nyopon yang berdiri disamping Acha. Deva melepaskan pelukannya lalu memandang Nyopon.
“Lo mau nyopet cewek gue ya?” Deva mendorong Nyopon. Emosinya meningkat ketika melihat Nyopon disamping Acha.
“Eh, santai dong! Gue ini temennya Acha. Bukannya mau nyopet. Asal nuduh aja lo. Gue bisa laporin lo ke polisi karena udah nuduh gue macem-macem.”
“STOP! Udah deh jangan pada berantem. Pon, thanks ya. Mendingan lo pulang dan tinggalin gue sama Deva disini.” Acha mendorong Nyopon perlahan. Acha hanya tidak ingin masalah ini semakin berkepanjangan hanya karena kesalah pahaman Deva terhadap Nyopon.
Nyopon pergi meninggalkan Acha. Ia juga tidak ingin apabila Deva semakin menuduhnya macam-macam karena pergi bersama Acha.
“Abis selingkuh sama dia?” Deva memegang kasar wajah Acha. Acha menggeleng.
“Nggak, Dev. Beneran. Aku nggak ada selingkuh sama dia.” Acha nampak meringis kesakitan. Acha tak pernah mengira bahwa Deva akan sekasar ini pada dirinya. Padahal, selama ini Acha mengira Deva adalah tipe cowok yang baik pada ceweknya.
“Sialan!” Deva mendorong Acha. Deva tak percaya dengan semua ucapan Acha. Mana mungkin cewek pergi dengan cowok kalau bukan pacaran? Aneh kan
! Itulah yang dipikirkan Deva terhadap Acha. Deva berpikiran negatif terhadap kekasihnya. Mungkin Deva terlalu berlebihan terhadap Acha. Deva kembali memeluk Acha. Emosinya mulai mereda.
“Dan asal kamu tahu. Semua ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Cowok tadi adalah sepupuku. Dia bukan selingkuhanku. Hanya karena semua ini kamu tega kasar seperti ini terhadap diriku. Aku tak pernah mengira bahwa cowok yang punya kasta Kesatria bisa berlaku kasar pada cewek yang nggak punya kasta kayak aku. Aku pikir kamu nggak akan pernah kasar sama yang namanya cewek. Ternyata dugaanku semua salah! Kamu itu cowok yang suka berpikiran negatif terhadap cewek. Dan kamu juga cowok yang kasar.” Acha menangis dalam pelukan Deva.
“Udah! Maafin aku ya, Cha. Aku terlalu emosi tadi. Aku percaya kok sama kamu. Karena kamu itu memang cewek yang baik dimata aku. Dan kamu nggak akan mungkin selingkuh dibelakang aku. Aku percaya kamu, Cha!” Deva membelai lembut rambut Acha. “Ayo kita pulang. Jangan nangis lagi.”
“Iya.”

***

    Preman-preman itu mendorong Ify. Ify terjatuh dan terhempas ke tanah. Ia merintih kesakitan.
“Sialan lo berdua! Nggak bisa ya kalo nggak usah kasar sama cewek? Nggak punya hati banget sama cewek!” pengendara motor itu mendorong preman-preman itu dengan kasarnya.
“Sorry ya. Kita lagi nggak pengen cari ribut sama lo. Emang lo siapanya cewek ini?”
“Gue pacarnya! Puas? Mendingan lo berdua pergi deh. Malesin tau liat lo berdua disini.” usir pengendara motor itu.
Preman itupun langsung pergi tanpa memperdulikan Ify yang terjatuh. Pengendara motor itu menghampiri Ify.
“Kamu nggak apa-apa? Oya, kamu pernah kenal sama preman tadi? Kok kayaknya mereka kenal sama kamu sih?”
Ify tersenyum. “Thank’s ya, Kak. Mereka itu preman yang sebelumnya pernah nyari masalah juga sama temen-temenku. Tapi, kenapa kakak tadi tolongin aku? Aku kan
nggak kenal akrab sama Kak Gabriel.”
“Biasa aja kali. Kan sesama manusia harus saling tolong menolong. Kamu anak peserta MOS pacarnya yang anak broken home itu kan
?”
“Iya, kak. Hmm... Makasih ya kak. Aku jadi nggak enak sama kakak. Aku pikir tadi yang nolongin bukan kak Gabriel.” Ify tersipu malu. Baru pertama kali Ify merasa salah tingkah didepan Gabriel, sang ketua OSIS sekolahnya. Apalagi pertama kali Ify bisa bertatap mata dengan sosok Gabriel. Hal yang langka bagi Ify kali ini. Gabriel, seorang ketua OSIS yang terkenal disekolah. Semua bagaikan mimpi yang dirasakan Ify.
“Hei, kok ngelamun? Nama kamu Ify kan
?” Gabriel memandang Ify.
“Iya, kak. Namaku Ify.”
“Kamu cantik, Fy. Beruntung banget aku ditemuin cewek secantik kamu.” Gabriel semakin mendekat ke Ify.
“Emm... Mak...ma...makasih, kak.” Ify tersenyum manis.
Gabriel membelai rambut Ify. “Aku antar kamu pulang ya, Fy. Daerah sini rawan banget sama preman.”
“Iya kak.”
‘Gabriel, lo jatuh cinta sama anak peserta MOS? Jangan sampai.’ batin Gabriel sambil memandang Ify.
“Kak...” Ify membuyarkan lamunan Gabriel. Ify benar-benar aneh melihat tingkah Gabriel yang seperti ini terhadap dirinya.
“Eh...” Gabriel tersadar lalu membangunkan Ify. Gabriel benar-benar dibuat jatuh cinta dengan Ify saat ini. Perasaan Gabriel sangat tak karuan karena bertemu dengan Ify.
“Kak, kakak bisa bantuin aku jelasin ke Debo nggak? Plis.” Ify mengenggam tangan Gabriel.
“Jelasin apaan, Fy? Aku kan
nggak tau apa-apa tentang masalah hubungan kamu sama si anak broken home itu.”       Gabriel merasa kesal dengan Ify yang menyebut Debo disituasi dan kondisi yang seperti ini. Gabriel juga merasa dirinya tersaingi dengan Debo.
“Kak, aku mohon. Debo itu berarti banget dalam hidupku kak.” Ify memeluk Gabriel. Ify tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa agar Debo bisa kembali lagi kepelukan Ify.
“Emang kamu ada masalah apa sih sama anak broken home itu?” tanya Gabriel.
“Debo kak. Jangan pernah sebut Debo anak broken home lagi.” Ify melepaskan pelukannya. Entah mengapa Ify merasa sangat kesal dengan Gabriel kali ini.
“Iya, Debo. Ada
masalah apa sih kamu sama dia? Kenapa kamu mesti minta bantuan ke aku?”
“Kalau hidupku udah nggak lama lagi. Orang pertama yang pengen aku ucapin selamat tinggal itu Debo. Karena Debo selama ini sangat berarti dalam hidupku. Aku salah kak. Aku sempet selingkuh dibelakang dia. Makanya dia marah sama aku. Aku cuma nggak mau dia pergi ninggalin aku. Aku sayang banget sama dia kak.” Tak terasa air mata Ify menetes membasahi pipi. Ia benar-benar ingin Debo ada disisinya dan menemaninya saat ini.
    Hati Gabriel seakan hancur. Ternyata Ia
benar-benar salah telah jatuh cinta dengan Ify. Padahal, ini adalah kisah Gabriel yang pertama kalinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Sungguh tragis yang dialaminya. Balasan cinta pun tak didapatkannya. Hanya rasa sakit hati yang dirasakan Gabriel saat ini. Sakit hati ketika Ify menyebut nama Debo.
“Oke, aku akan coba jelasin ke Debo. Tapi, apa coba yang mesti aku jelasin ke dia? Dia tau kan
kalo kamu selingkuh? Kalo dia tau kamu selingkuh jadi susah untuk jelasinnya. Itu artinya dia udah terlanjur sakit hati punya cewek kayak kamu.”
“Kak... Aku mohon. Aku juga nggak siap kalau aku harus pergi ninggalin dunia hari ini. Aku belum ketemu sama Debo. Kalau Tuhan panggil aku sekarang. Aku mau pergi dalam pelukan Debo.”
Gabriel memandang Ify. “Kamu apa-apaan sih, Fy? Kenapa kamu ngomong kalo kamu bakal pergi? Hey, hidup dan mati itu udah diatur sama Tuhan. Kamu nggak usah ngomong yang aneh-aneh kayak gini. Yang ada ntar kamu malah kepikiran terus sama kata-kata kamu. Come on, nggak usah negatif thinking!”
“Hmm... Anterin aku ke rumah Debo, kak. Bantuin aku buat jelasin semuanya. Ntar kalo kakak berhasil buat Debo nggak marah lagi sama aku. Aku bakal kasih kakak hadiah spesial yang nggak akan bisa kakak lupain seumur hidup,”
“Ya udah deh. Aku akan bantuin kamu. Ayo, kita ke rumah pacar kamu itu.” ajak Gabriel.
“Yuk.”

***

“ Agni. Ify. Agni. Ify. Agni. Ify. Ya ampun… ribet! ”

    Debo mengacak-acak rambutnya yang agak gondrong itu. Ia merasa pusing dengan perasaannya. Ify dan Agni yang menghantui hatinya itu(?). Debo bingung harus memilih siapa diantara dua cewek yang dua-duanya memang disayanginya. Galau kini menyiksa dirinya. Galau karena memikirkan Agni dan Ify. Hmm… Ify dan Agni. 2 cewek cantik yang bersatu dalam grup Five Girls. Debo juga sebenarnya tidak ingin menghianati Rio. Karena jujur selama ini Debo juga suka curhat-curhat tentang Ify maupun Agni ke Rio
.
Debo bingung harus melakukan apa. Harapan Debo cuma satu. Semuanya kembali seperti semula dan bisa bersama-sama lagi dengan Five Boys maupun Five Girls. Hanya bisa menunggu kapan saatnya tiba semuanya kembali seperti semula. Hmm... Rasanya tidak mungkin untuk bisa akur kembali antara Five Boys dan Five Girls. Permasalahan di study tour adalah penyebab permusuhan diantara Five Boys dan Five Girls.
“Andai aja mulut Cakka nggak ember didepan temen-temen. Pasti semua akan baik-baik aja. Gue baik sama Agni dan Rio sama Ipy. Tapi, kini semuanya hancur. Ditambah lagi Rio ngerebut Agni dengan cara licik. Kalo Rio bisa licik. Aku juga bisa licik.” Debo tersenyum puas. Ia bertekad akan membalaskan dendamnya pada Rio. Dendam yang selama ini Ia kubur dalam-dalam dihatinya. Kini kembali akan Ia balaskan dendam yang terpendam ke Rio. Perlahan tapi pasti. Debo pasti akan merebut Agni kembali dari pelukan Rio. Bagaimanapun cara yang harus dilakukannya, Debo akan tetap melakukan cara itu demi mempertahankan Agni maupun Ify.
     “ Yaampun… kesambet setan apa ya gue? Ipy kan lagi di rumah sakit dan menderita penyakit yang parah. Masa sih gue bisa-bisanya selingkuh sama Agni Cuma untuk balas dendam sama Rio? Ah, tapi kan Ipy juga selingkuh sama si Morgen itu. Hmm… tapi emang sih. Selingkuh nggak mesti dibalas dengan ikut selingkuh juga. Aku harus temuin Ipy. Semoga aja dia mau maapin aku. Aku jadi nggak tega liat kondisi Ipy yang berjuang melawan ganasnya penyakit kanker otak. Walaupun Ipy sakit kayak gitu. Bahkan dia mampu tersenyum buat gue. Tapi, apa balasan gue ke dia? Gue malah bisa-bisanya lagi terima cincin dari Agni. Masa gue harus jadi tunangannya Agni? Gue jadi ngerasa bersalah sama Rio. Padahal dia udah sayang banget sama Agni. Tapi, gue dateng malah ngerusak kebahagiaan Rio-Agni yang baru aja dimulai. Gue emang keterlaluan! Pasti Ipy bakalan benci sama gue. Maapin gue, Py. Gue mungkin emang nggak bisa jadi yang terbaik buat lo. Dan gue akan terus berusaha buat jadi yang terbaik. Karena gue sayang sama lo, Py. Dan gue juga sayang sama Agni. Gue akan coba sebisa mungkin ngelepasin Agni buat Rio. Gue bersungguh-sungguh. Agni memang pantasnya untuk Rio. Bukan ditakdirkan untuk gue. ”
     Debo beranjak pergi dari kamarnya. Perih diwajahnya masih terasa akibat pukulan keras yang diluncurkan Rio(?). Debo masih tak menyangka bahwa Rio akan melakukan ini semua terhadap dirinya. Debo juga ingin segera mengembalikan cincin tunangan Rio-Agni sebelum Ify mengetahui semua ini. Debo tidak mau Ify menjadi salah sangka lagi terhadap dirinya.

:: Biarlah orang berkata apa… ooooo… manusia tiada yang sempurna… ::

HP Debo berdering. Ia menghentikan langkahnya lalu mengangkat telpon masuk itu. Terlihat nama penelpon yang menghubunginya. ‘Agni’. Debo berpikir sejenak. Untuk apa Agni menelponnya saat ini? Semua ini sungguh aneh. Disaat seperti ini Agni tiba-tiba menghubunginya. Debo mengangkat telpon itu. Mungkin aja penting, pikir Debo.
“ Apa?! Rio kecelakaan? Kondisinya kritis, Ag? Oke, gue ke rumah sakit sekarang. ”
            Debo dengan segera pergi menuju rumah sakit. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri apabila terjadi apa-apa dengan Rio. Semua ini salah Debo. Debo yang mengakibatkan Rio ingin mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini. Semua ulah gue, batin Debo. Andai saja Debo tidak bertemu dengan Agni. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan Rio tidak mungkin berada dirumah sakit apabila Debo tidak merusak kebahagiaan Rio-Agni.


****

“ Day, kalo sampai terjadi sesuatu sama Alvin. Aku nggak akan bisa maafin diriku sendiri. Semua ini salahku! Aku yang buat Alvin sampai kecelakaan dan kondisinya kritis. Alvin… ” Sivia terus-terusan menangis. Ia tak mengira bahwa Alvin mengalami kecelakaan. Sivia sangat menyesal. Seharusnya dia tadi tidak pergi meninggalkan Alvin. Sivia merasa bodoh karena lebih mementingkan bersama Dayat dibandingkan bersama Alvin, kekasihnya.
            Dayat memeluk Sivia. Dayat ikut-ikutan bingung karena Sivia. Dayat bingung harus melakukan apa untuk semua ini. Dayat juga tidak tahu bahwa akan terjadi seperti ini. Alvin kecelakaan karena ulah Dayat. Andai saja Dayat tidak mengajak Sivia pergi meninggalkan Alvin. Semua pasti akan baik-baik saja. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

**

“ Mama… ” Alvin menemui Mamanya. Alvin berada ditempat yang indah bagaikan istana. Alvin melihat Mamanya. Tampak semua orang disana memakai pakaian serba putih termasuk Alvin. Alvin merasa sangat senang bisa bertemu Mamanya ditempat ini. Walau sebenarnya Alvin tidak tahu tempat apa yang sedang dikunjunginya saat ini.
            Mama Gracia memeluk Alvin. Airmatanya jatuh seketika melihat kedatangan Alvin. Lama sudah Mama Gracia tidak bertemu dengan anaknya itu. Dan sekarang Mama Gracia bisa tersenyum melihat kedatangan Alvin ditempat bagaikan istana itu.
            “ Alvin… kamu mau ikut sama Mama ya disini? ” Mama Gracia tersenyum manis.
            “ Eng… Alvin… Alvin nggak mau tinggalin Sivia, Ma. Kasian Sivia ntar sedih kalo harus kehilangan Alvin. Alvin belum siap buat semua ini, Ma. Jangan bawa Alvin pergi. Ntar Ce Tasya sama Ce Tania bisa sedih. Alvin nggak mau orang-orang yang Alvin sayang itu sedih. Alvin nggak mau, Ma. ”
            “ Hmm… tapi, apa kamu masih sanggup untuk ngejalanin semuanya? Malaikat sebentar lagi datang menjemputmu, Alvin. Kamu tega biarin Mama disini sendirian, Vin? Apa kamu udah nggak sayang lagi ya sama Mama? ”
            Alvin menggeleng lemah. “ Bukannya gitu, Ma. Tapi, Alvin ini kan juga masih muda. Emang Tuhan nggak ngijinin Alvin buat hidup satu kali lagi? Alvin sayang Mama. Alvin sayang Ce Tasya, Ce Tania, Papa dan juga Oma. Alvin juga sayang banget sama Sivia. Apa Mama tega liat mereka sedih dan nangisin Alvin? Alvin juga nggak bisa tenang disini! Alvin nggak mau mereka semua sedih, Ma. Tolong bantuin Alvin. Alvin masih pengen nikmatin masa muda Alvin bersama temen-temen dan juga Sivia. Apa Mama tega ngerusak kebahagiaan Alvin? Alvin memang pengen ikut sama Mama karena Cuma Mama yang peduli sama Alvin. Tapi, Alvin juga nggak bisa kalo harus ngeliat orang-orang nangisin Alvin. Bantuin Alvin dong, Ma. Alvin mohon. ”
            “ Baiklah… kamu kembali sana. Kekuatan cinta pasti akan mengalahkan segalanya. Mama percaya kamu masih bisa bertahan. Mama sayang sama kamu Alvin. ” Mama Gracia memeluk Alvin. Kerinduan yang mendalam pada Alvin telah lama tak dirasakannya. Kali ini Mama Gracia merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan anaknya itu.
            Alvin terdiam membisu dan membalas pelukan Mamanya. Sudah lama Ia tak merasakan kasih sayang seorang Mama. Alvin sangat merindukan sosok Mamanya yang selama ini dirindukannya. Alvin ingin ikut pergi bersama Mamanya agar rasa sakit yang dirasakannya hilang. Namun, Alvin juga tidak ingin melihat Sivia sedih. Alvin juga tidak mau orang-orang disekitarnya sedih.
            Mama Gracia melepaskan pelukannya. Ia memandang wajah Alvin. Airmatanya mengalir deras karena Alvin. Rindunya seorang Mama pada anaknya.
“ Jaga diri kamu baik-baik ya, Alvin. Mama sayang sama kamu. Mungkin kalau nanti Mama lahir kembali ke dunia. Mama akan lahir jadi anak kamu. ”
“ Mama serius? ” Alvin tersenyum penuh keceriaan mendengar ucapan Mamanya.
“ Iya. Jadi, kamu mau ikut Mama atau nggak? Mama juga bentar lagi udah nggak ada disini lagi. Ntar kamu malah kesepian tanpa Mama disini. ”

Dari kejauhan…

“ Alvin… ”
Rio berlari menghampiri Alvin dan Mama Gracia. Ia merasa senang bisa bertemu dengan Alvin disana. Daritadi Rio celingak-celinguk mencari sosok orang yang dikenalnya. Beruntung Alvin ada disana bersama mamanya. Rio merasa sangat senang.
“ Rio… ” Alvin memeluk Rio. Alvin tak menyangka bisa bertemu dengan Rio ditempat indah itu.
“ Kamu kenapa bisa ada disini? ” tanya Mama Gracia pada Rio.
Rio melepas pelukannya ke Alvin. “ Saya nggak tau, Tante. Saya juga nggaktau kenapa bisa ada disini. Tapi, saya ngerasa seneng banget ada disini. Seakan saya bahagia banget. ”
“ Nggak kasian sama Agni, Yo? Ntar kalo dia sedih karena lo, gimana? ” Alvin memandang Rio. Alvin tahu bahwa Rio sedang dilanda masalah besar saat ini.
“ Agni nggak peduli lagi sama gue. Agni kan lebih peduli sama Debo. Buat apa juga dia nangis mikirin gue. Dia kan udah ada Debo. ”
“ Waktu kalian disini sebentar lagi habis. Kalian mau gimana? Cepetan ambil keputusan yang jelas. ” Mama Gracia menghapus airmatanya.
“ Alvin nggak bisa ikut, Ma. Alvin nggak mau ninggalin Sivia. ”
Rio mengangguk. “ Aku ikut. Aku nggak kuat ngerasain sakit karena ngeliat Agni sama Debo. Aku boleh ikut ya, Tante? ”
“ Ya sudahlah. Alvin, kamu kembali saja. Kalo kamu memang belum siap untuk semuanya. ”
“ Selamat tinggal, Ma. Jaga diri baik-baik. Terus jaga diri baik-baik ya, Yo. Gue pasti bakal rindu banget sama lo. ”
“ Hmm… ”

***

“ Si…si…sivia… ”
Dokter yang memeriksa Alvin langsung kaget melihat Alvin yang tersadar dari tidurnya. Padahal, Dokter itu hendak mengabarkan Sivia bahwa Alvin tidak bisa diselamatkan lagi. DOkter itu segera keluar menghampiri Sivia.
Di luar…
“ Dia selamat. Keajaiban datang menghampirinya. Dia tersadar dari tidurnya. ” ucap Dokter itu.
Dayat melepaskan pelukannya. Sivia langsung menghapus airmatanya karena mendengar berita ini.
“ Alvin masih hidup kan, Dok? Alvin masih bisa diselamatin kan? ”
“ Dia selamat. Kalian boleh masuk sekarang. Tapi, jangan menganggu kesehatan pasien ya. Dia juga masih butuh istirahat yang cukup. ”
“Baik, Dok. ”

            Dayat dan Sivia memasuki ruang UGD itu. Sivia nampak tersenyum melihat Alvin yang tersadar dari tidurnya. Alvin nampak tidak menyukai kehadiran Sivia bersama Dayat. Ia tidak bisa melihat pemandangan yang menyakitkan itu dihadapannya.
“ Alvin… ” Sivia langsung memeluk tubuh Alvin. Alvin tersenyum tipis.
“ Kamu masih deket-deket sama dia toh. ” sindir Alvin.
“ Dia? Siapa? ” tanya Sivia bingung.
“ Siapa aja boleh. ” jawab Alvin sinis.
“ Kak Day, kakak tinggalin Sivia disini sama Alvin. Maaf kalo Via udah ngerepotin Kak Dayat. ”
Dayat tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan Sivia dan Alvin. Dayat juga tidak ingin menganggu hubungan Alvin-Sivia.
Alvin memandang Sivia.
“ Aku kembali kesini untuk kamu. Karena aku sayang sama kamu, Sivia. Aku nggak mau tinggalin kamu sendirian. Tadi, aku ketemu sama Mama, Vi. ”
“ Mama? Bukannya… ”
“ Iya, tadi Mama mau ngajak aku pergi. Tapi, jadinya Rio yang ikut sama Mama. ” potong Alvin.
“ Hah? Rio? Emang dia kenapa sampai ikut sama Mama kamu? ” tanya Sivia.
“ Entahlah… coba kamu tanya Agni aja. aku males nanyanya. Soalnya katanya Rio kesel liat Agni sama Debo. Apa terjadi sesuatu sama Rio? ”
“ Ssst… jangan berpikiran negative! Rio pasti baik-baik aja kok. Dia kan bisa jaga dirinya sendiri. ” ucap Sivia.
“ Iya juga sih. ”
“ Kenapa kamu kembali buat aku? Bukannya kamu pengen banget liat Mama kamu? ” tanya Sivia.
“ Aku nggak mau orang-orang disekitarku sedih. Mama bilang dia akan lahir kembali. Dan dia akan jadi anak kita nanti, Sivia. ” ucap Alvin sambil mengelus lembut perut Sivia.
“ Hah? Serius, Vin? ”
“ Iya, Mama tadi bilang gitu sama aku. ”
“ Hmm… ”
“ Kenapa, Vi? ”
“ Nggak apa-apa.”


****

“ Rio… rio bangun. Jangan tinggalin Ni, Io. ” Agni terus-terusan menangis memeluk tubuh Rio. Debo ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Agni. Ia bingung harus melakukan apa agar tidak sedih berkelanjutan.
“ Ag, Rio pasti bertahan buat lo. Dia nggak pergi tinggalin lo kok. ” Debo menahan airmatanya agar tidak tumpah.
“ De, jawab gue. Omongan Dokter tadi nggak bener kan? Rio nggak ninggalin gue kan, De? Dia masih hidup kan? Rio nggak mungkin tega ninggalin gue! Semua ini salah gue. ” Agni masih menangis memeluk tubuh Rio.
“ Nggak, Ag. Omongan Dokter tadi emang nggak bener kok. Rio masih hidup kok. Dia pasti bertahan buat lo. ” ucap Debo sambil menenangkan Agni.
“ Io… Io bangun. Bangun Rio. Jangan tinggalin aku. ”
“ Ag, udah jangan nangis terus. Kita berdoa aja supaya Rio diberikan hidup sekali lagi. Oya, maaf, Ag. Gue nggak bisa terima cincin ini. ” Debo menarik tangan Agni lalu meletakkan cincin itu di telapak tangan Agni.
Agni melepaskan pelukannya ke Rio lalu memandang Debo dihadapannya. “ Cincin ini? Jadi, kamu kembaliin cincin ini, De? ”
“ Iya, Ag. Gue sadar kalo lo emang pantasnya buat Rio. Bukan untuk gue. Dan karena gue Rio jadi kayak gini. Maapin gue, Ag. ”
Agni tertawa. “ Hahaha, jadi orang sunda nggak bisa bilang F ya, De? ”
“ Siapa bilang orang Sunda nggak bisa bilang F? Pitnah! Percaya aja sama kayak gitu. ”
“ Dasar. ”
“ A… ”
“ Rio… ” Agni dan Debo menoleh ke Rio.
“ A…Ag… ” Rio perlahan membuka matanya yang daritadi tertutup rapat. Ia tersenyum manis ketika melihat Agni dan Debo.
“ Rio… akhirnya kamu sadar. ”  Agni langsung memeluk Rio dengan eratnya. Debo ikut tersenyum melihat sadarnya Rio.
“ Gimana lo bisa hidup lagi, Yo? ” tanya Debo.
“ Ceritanya panjang. Terus tadi gue ketemu Alvin. Tapi dia balik lagi. ”
“ Alvin? ” Agni melepaskan pelukannya. “ Ketemu dimana? ”
“ Ditempat yang indah banget. ”
“ Hmm… Yo. Maap ya kalo gue udah buat lo kayak gini. Gue janji nggak akan ganggu hubungan lo sama Agni lagi. ” Debo tersenyum.
“ Ketahuan sekarang. Lo nggak bisa bilang F ya? ”
“ Iya tuh, Io. Debo nggak bisa bilang F. katanya sih orang sunda nggak bisa bilang F. ”
“ Hah? Pitnah itu pitnah! Ngarang lo, Ag. ” ucap Debo.
“ Terserah. ”


****

“ Kalo lo bisa selingkuh sama Riko. Gue juga bisa selingkuh sama Agni. Jangan salahin gue, Shill. Kalo gue bakal pergi ninggalin lo. ”
“ GUE CINTA SAMA LO, AGNI! ” teriak Cakka.

BRAKKK…
Shilla membuka pintu UGD dengan kasarnya. Ia mendengar semua ucapan Cakka dari balik pintu. Shilla tak mengira bahwa Cakka akan seperti ini terhadap dirinya. Sakit hati yang Ia dapatkan.
“ Kalo cinta sama Agni kenapa pilih gue? Kenapa, Kka?! ” air mata Shilla mengalir.
“ S…shilla… ”
“ Dan asal lo tau, Cakka. Shilla itu nggak ada selingkuh sama gue. Shilla itu sayang banget sama lo, Cak. Ternyata lo bales kayak gini ke Shilla. ” Riko berdiri disamping Shilla.
“ Gue bisa jelasin semuanya. ”
“ Lo jahat! Gue pikir lo emang sayang sama gue, Kka. Ternyata lo mau nyakitin perasaan gue aja. ”
“ Hei… ini ide Alvin waktu sebelum study tour! Jangan salahin gue dong, Shill. ” ucap Cakka.
“ Maksud lo apa? Ide Alvin? Jadi lo dan temen-temen lo itu Cuma mau mainin perasaan anak-anak Five Girls? Iya? ”
“ Tahan emosi, Shill. ” bisik Riko pelan.
“ Iya, emang dari awal semuanya ide Alvin. ”
“ GUE MAU MEREKA SEMUA KUMPUL! ” teriak Shilla.
“ Oke, gue atur tempatnya. ”

****

@ Café StarClub

Five Boys dan Five Girls berkumpul.

“ Apa-apaan nih kita dikumpulin kayak gini? Gue baru keluar dari rumah sakit udah dikasih masalah kayak gini. ” protes Alvin.
“ Tau nih. Ada apaan coba dikumpulin gini? Nggak penting banget! ” ucap Rio sinis.

BRAKK—
Shilla memukul meja café penuh emosi. Ia memandang Alvin tajam.
“ Apa yang lo rencanain sama anak-anak FB? Bener lo dan temen-temen lo ini Cuma mau nyakitin perasaan anak Five Girls? Dan lo semua Cuma nyakitin perasaan kita. Iya? ” tanya Shilla.
“ Hah? Siapa yang ngasih tau semua ini? ” tanya Alvin tak percaya.
“ Gue… ” Cakka menunduk.
“ CAKKA!”

BERSAMBUNG—

Berawal Dari MOS-Part 43

Part 43: P-L-A-Y-G-I-R-L ! Bag. 1

***

“Gue nggak mau tau! Pokoknya gue mau liat kondisi Ify sekarang juga. Gue khawatir sama dia, Ton.” Debo beranjak dari meja kantin dan hendak kembali ke ruang UGD. Patton menahannya.

“Lo ngerti nggak sih, De? Dokter itu lagi periksa didalam ruangan. Lo nggak usah kayak gini dong. Ify juga butuh istirahat.”

“Lo nggak usah bawel deh. Gue lebih tau Ify daripada elo. Lo nggak usah ngelarang gue buat ketemu pacar gue.”

“Tapi...”

“Plis, nggak usah larang-larang gue! Ify itu pacar gue. Dan Dokter nggak perlu ngelarang gue buat ketemu Ify.”

“MASALAHNYA TADI NGGAK BOLEH ADA ORANG MASUK!” bentak Patton pada Debo.

“Lo mendingan diem! Nggak usah larang-larang gue. Orang Dokternya sendiri ngasih gue ngeliat Ify dan ngejaga tentang penyakit kanker otak yang dideritanya.”

Patton melompat mendengar ucapan Debo barusan. “Kanker otak?”

Debo menepuk jidatnya. “Enggak! Salah ngomong gue.”

“Bohong! Jawab gue, De. Ify kena kanker otak?” Patton menggoyangkan tubuh Debo.

“Iya! Kanker otak stadium 1. Puas lo?” Debo mendorong Patton lalu pergi dari kantin dan menuju ruang UGD.

“Jadi...”

“De, tunggu.” Patton berlari mengejar Debo.

@Depan UGD

“Apa sih yang disembunyiin Patton didalem? Penting amat rasanya. Perasaan Dokter Rani nggak ada ngasih tau gue.” Debo hendak membuka gagang pintu ruang UGD.

“De, jangan dibuka!” Patton menahan Debo dan berdiri tepat didepan pintu ruang UGD.

“Apaan sih lo, Ton? Gue mau liat Ify! Lo nggak usah ngalangin jalan gue deh.”

“Lo jawab dulu! Kenapa lo rahasiain ini semua ke Ify? Apa Ify nggak boleh tau tentang semua ini?”

Debo membekap mulut Patton. “Sst... Mulut lo jangan ember disini! Bisa kacau kalo ketahuan sama Ify. Minggir lo. Gue mau masuk dan pastiin ada Dokter atau nggak didalam.”

“Lo nggak boleh masuk!”

“Minggir!” Debo mendorong Patton dan langsung membuka pintu ruang UGD.

“Debo...” Ify nampak tersenyum melihat kedatangan Debo. Patton menghela nafasnya karena Lintar tidak ada disana.

“Fy, Dokternya mana?” tanya Patton.

“Dokter apaan? Nggak ada Dokter kok kesini.”

“Lo bohongin gue ya, Ton? Sialan lo!” Debo menoyor Patton.

“Oh... Mungkin Dokternya udah pergi, De.” ucap Patton sambil memegangi kepalanya.

Debo berjalan menghampiri Ify dan langsung duduk disamping Ify.

“Aauuuuwww...”

Ify melirik Patton. Ia nampak memberi isyarat bahwa Lintar ada dibawah kasur rumah sakit. Patton mengangguk dan menahan Debo.

“De, duduknya geseran dikit. Biar lebih deket sama Ify.” ucap Patton sambil mendorong kursi Debo. Debo hanya menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah Patton yang aneh.

“Ada yang kalian sembunyiin dari gue? Kok tadi gue denger suara rintihan? Jujur deh! Daripada ntar gue kesel sama lo berdua.”

Ify memegang tangan Debo. “Nggak kok, De. Nggak ada yang kita sembunyiin dari kamu. Paling tadi kamu cuma salah denger aja.”

“Oh...” Debo meraih handphone Ify. Tampak sebuah cincin jatuh tepat didepan kakinya.

“Cincin siapa nih?” Debo membungkuk dan hendak mengambil cincin itu.

“De...”

“Lintar...” Debo nampak kaget melihat Lintar bersembunyi dibawah kasur Ify. Lintar pun keluar dari tempat persembunyiannya.

“E... Aku bisa jelasin semuanya, De.” Ify memegang tangan Debo.

“Oh... Jadi daritadi Dokternya itu Lintar? Hebat ya akting kalian semua!” Debo menghempaskan tangan Ify.

“Gue kan udah bilang sama lo. Gue mau ketemu sama Ify. Tapi lo larang gue terus-terusan. Jadi terpaksa gue lakuin ini.” Lintar yang sedaritadi diam mulai angkat bicara.

“Maaf, De. Gue cuma disuruh sama mereka berdua.” Patton menunduk lesu.

“Pinter semuanya! Dan gue sendiri nggak nyangka kalo ternyata cewek gue itu adalah P-L-A-Y-G-I-R-L!”

Ify tersentak. “P...playgirl? Aku sama sekali nggak ada selingkuh sama Lintar, De.”

“Perang dunia ketiga terjadi.” Patton hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran dihadapannya itu.

“Terus apa maksudnya cincin ini? Lo terima cincin ini dari Lintar kan? Liat aja inisial namanya L dan I. Dasar playgirl!” Debo membanting cincin ditangannya itu dengan perasaan kesal. Ia tak pernah mengira bahwa Ify akan menghianatinya seperti ini.

“Eh, gue nggak ada ya nyari masalah sama lo! Apa maksud lo banting cincin pemberian gue ke Ify?” Lintar mendorong Debo dengan kasarnya.

BUUGGGHHH(?)
Debo menonjok pipi kanan Lintar. Emosinya berkecamuk didalam ruangan UGD itu. Dokter dan suster berdatangan menarik paksa Debo keluar dari ruangan UGD.

“Lepasin! Gue nggak mau Lintar segampang itu ngerebut Ify. Lepasin gue.” Debo memberontak. Namun, Ia tetap diseret paksa keluar dari rumah sakit.

“Brengsek! Liat aja nanti. Gue akan balas.” Debo meninggalkan rumah sakit dengan perasaan kesal.

@ruang UGD

Lintar dan Patton berusaha menenangkan Ify yang terus-terusan menangis karena ulah Debo.

“Fy, maaf. Gue datang malah menghancurkan semuanya. Bahkan gue ngehancurin hubungan lo sama Debo.” Lintar menunduk.

“Eh, emang lo ngomong apa aja sih sama Ify? Sampai-sampai tadi lo juga ngasih cincin kan ke Ify?” tanya Patton.

“Tadi gue cuma minta kesempatan kedua sama Ify. Dan Ify juga mau aja nerima gue. Makanya cincin itu tadi ada di Ify.” jawab Lintar.

“Jadi bener, Fy? Lo selingkuh sama Lintar?” Patton nampak tak percaya dengan semua ini.

“I...iya. Aku juga nggak tau kalo bakal jadi kayak gini. Sumpah! Aku nggak ada niat sama sekali buat selingkuhin Debo. Tapi, perasaanku nggak karuan. Aku juga bingung.”

“Terus sekarang mau kamu gimana, Fy? Aku bisa kok terima semua keputusan kamu.”

“Iya, Fy. Lo nggak bisa kayak gini! Lo udah menghianati kasih sayang Dede selama ini ke lo. Lo lebih pilih orang yang nggak jelas ini dibanding sama Dede. Kurang apalagi sih Dede dimata lo, Fy? Heran deh gue sama lo.” ucap Patton.

“STOP! Jangan buat gue makin pusing.” Ify memegangi kepalanya yang terasa pusing.

“Fy...” Lintar dan Patton nampak panik melihat Ify.

“Gu...g...” Ify menelan ludahnya. ‘Kok gue jadi susah ngomong gini ya?’

“Fy, lo kenapa?” tanya Lintar.

“A...a...k...”

“Dokter...” Patton berteriak memanggil Dokter. Dokterpun segera muncul.

“Ada apa ini?” tanya Dokter Rani.

“Ify kenapa, Dok? Kok dia kayaknya susah banget buat ngomong?” tanya Patton.

“Dok, sebenernya Ify sakit apa sih?” tanya Lintar penasaran.

“Adiknya Ify kemana?” tanya Dokter Rani.

“Adik?” Patton dan Lintar berpandangan.

“Iya, adiknya yang pipinya chubby itu.”

“Debo maksudnya? Tadi dia diusir satpam. Emang kenapa, Dok?”

“Enggak ada apa-apa.” Dokter itu mendekati Ify. “Coba bicara pelan-pelan.”

“A...a...ak...aku... S...” Ify memaksakan suaranya agar keluar. Namun, pita suara Ify terasa putus dan Ia tak sanggup untuk berbicara.

“Jangan dipaksain, Fy.” Lintar mengenggam tangan Ify.

“Hmm... Pasti akibat penyakit yang diderita Ify. Ini belum seberapa. Penyakit itu bisa-bisa melumpuhkan Ify. Bukan hanya tak akan bisa bicara. Tapi, Ify juga kemungkinan susah untuk berjalan dan bergerak.” Dokter Rani bicara perlahan pada Lintar dan Patton. Dokter Rani hanya tidak ingin Ify mendengar semua ini dan akan semakin memperburuk keadaan.

“Ify sakit apa, Dok?” tanya Lintar pelan.

“Kanker otak stadium 1.” jawab Patton.

“Darimana kamu tau?” Dokter Rani memandang Patton.

“Tadi dikasih tau sama Debo.”

“Rahasiakan semua ini pada Ify. Dokter tidak mau kondisi Ify semakin buruk hanya karena mendengar berita ini.” Dokter Rani menepuk pundak Lintar dan Patton.

“Pasti...”

“Jaga Ify baik-baik. Jangan memperburuk kondisi Ify. Kalo perlu ajak dia bicara perlahan. Jangan sampai penyakit ini mengakibatkan kehilangan suara indahnya.”

“Baik, Dokter.”

Dokter Rani tersenyum dan langsung keluar ruangan UGD.

“L...ll...in...” Ify mencoba memaksakan berbicara perlahan. Ia merasa aneh dengan semua yang menimpanya. Mulai dari rasa pusing dikepalanya dan sulit untuk berbicara.

“Fy, aku balik duluan ya. Aku juga nggak bisa lama-lama disini. Aku takut ntar Mami marah sama aku. Maafin aku ya, Fy. Cepet sembuh ya.” Lintar mencium punggung tangan Ify. Kemudian Ia beranjak meninggalkan rumah sakit itu. Kini hanya tinggalah Patton dan Ify yang berada diruangan itu.

“Fy, kita ijin pulang sama Dokter ya? Kondisi kamu gimana? Udah baikan?” tanya Patton.

Ify mengangguk. “I...ii...i...y...yy....a”

“Kamu kuat kan, Fy? E... Sebenernya kamu bisa pulang sendiri nggak? Soalnya aku ada urusan mendadak.”

Ify mengangguk. “I...i...ya... Ak...ak...ku bisa kok, T...tton.”

“Iya, aku panggilin Dokter sama taksi ya?”

“Tak...sinya ng...nggak usah... Aku mau Dede, Ton.” lirih Ify.

“Iya, aku coba hubungi Dede ya. Tunggu sebentar, Fy.”

“Hmm...”

Beberapa menit kemudian Dokter masuk ke ruangan dan melepas peralatan medis yang tertempel di tubuh Ify.

Patton menghampiri Ify. “Fy... Dede nggak bisa jemput kamu. Katanya dia nyuruh kamu pulang sama selingkuhanmu si Lintar. Maaf ya, Fy. Aku pulang duluan ya.” Patton mengecup kening Ify. Ify menoyor kepala Patton.

“A...as...al ny...osor aja.”

Patton nyengir dan kemudian beranjak pergi meninggalkan Ify.

‘Debo, Dimas, Lintar atau Patton?’ batin Ify. Ia beranjak pergi meninggalkan rumah sakit setelah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit.

Ify berjalan tertatih meninggalkan rumah sakit. Ia hanya berharap bisa bertemu dengan Debo. Pikirannya kacau dengan hadirnya banyak penganggu baru diantara hubungannya dengan Debo.

“De... Lo dimana sih?” Ify terus berjalan mencari keberadaan Debo.

Ify menghentikan langkahnya. Terlihat 2orang preman yang sebelumnya pernah bermasalah dengan Five Boys dan Five Girls.

“Gar, cewek yang waktu itu nih.”

Ify mundur beberapa langkah. Preman-preman itu mendekati Ify.

“Ceweknya cantik, Wan.”

“Yo’i. Ini kan ceweknya si cowok yang stylenya anak band itu kan? Yang rambutnya agak gondrong itu. Bener kan, Gar?”

“Kayaknya sih gitu.”

“Ja...j...jangan gang...ng..gu gue.”

“Ikut kita yuk. ”

‘Kuatkan aku Tuhan.’ batin Ify.

Ify menarik nafasnya panjang lalu berteriak. “TOLOOONNGGGG!!”

“Percuma lo teriak!” Preman itu membekap mulut Ify.

Seorang pengendara motor melintas melirik Ify yang sedang dibekap preman. Ia menghentikan motornya dan menghampiri preman-preman itu.

“Woy, kalo berani jangan sama cewek. Lawan gue!”

***

Drrrrttt...ddrrrttt...drrrttt...

BB Sivia bergetar. Nampak satu pesan masuk dari nomor yang tak dikenal. Ia membuka sms itu sembunyi-sembunyi dari Alvin.

” Sion kecelakaan! Kondisinya kritis. Antara hidup dan mati. Kalo lo emang pacarnya Sion. Lo buruan ke rumah sakit Wangaya. Dikontak HP Sion nama lo disave 'pacar tercinta'. Makanya gue sms lo. Kalo lo peduli sama Sion. Lo dateng ke rumah sakit sekarang juga.”

Sivia menghentikan langkahnya. Alvin menoleh dan menghampiri Sivia.

“Vi, lo kenapa?”

“Vin... Kamu tinggalin aku aja. Aku mau ke rumah sakit. Sepupuku kecelakaan.” Sivia menunduk.

“Sepupu? Bener? Kalo gitu aku anter ya?”

“Emm... Nggak usah deh, Vin. Aku sendiri aja. Lagian nggak enak ngerepotin kamu. Sekalian aku mau periksa tentang kehamilanku. Takutnya ntar malah ada kenapa-napa sama kandungan gue gara-gara nafsu lo itu.”

Alvin nyengir lalu mengelus perut Sivia. “Iya sayang. Jagain baik-baik calon dede bayinya. Pasti ntar cantiknya kayak kamu. Terus kalo cowok pasti cakepnya kayak aku.”

“Sst... Udah ya. Aku buru-buru.”

“Iya.”

Sivia beranjak meninggalkan Alvin. Ia berlari dengan cepat menyebrangi jalan untuk mencari taksi menuju rumah sakit.

Tiiinnn... Tiiinnn...

“Aaaaaaaaaaaaaaa...” Sivia memejamkan matanya. Ia merasa tubuhnya terhempas trotoar dan dirinya sedang dipeluk oleh seseorang.

“Sekarang buka mata kamu. Lain kali hati-hati kalo nyebrang.”

Sivia membuka matanya perlahan. Ia melihat sosok laki-laki tampan dihadapannya. Sivia terus menatap laki-laki itu.

“Hey...” laki-laki itu membuyarkan tatapan Sivia. Sivia melepaskan pelukan laki-laki itu.

“Makasih ya udah nolongin aku. ” Sivia tersenyum.

“ Aku Dayat. Nama kamu siapa? ”

“ Sivia. Panggil aja Via. Sekali lagi makasih ya udah nyelamatin nyawaku. Aku hutang nyawa sama kamu, Day. ”

Dayat tersenyum. “ Sama-sama, Vi. Oya, kamu mau kemana? Bareng aku aja yuk? Kan kasian cewek secantik kamu ntar celaka. ”

“ Aku mau ke rumah sakit. Emang kamu mau kemana? ”

“ Aku nggak kemana-mana sih. Cuma kebetulan tadi lewat aja. emang siapa yang sakit? ”

“ Sepupuku kecelakaan. ” jawab Sivia.

“ Oh.. ya udah yuk kita ke rumah sakit? Aku panggilin taksi dulu ya? ”

“ Iya. ”

Beberapa menit kemudian taksi pun muncul dihadapan Sivia. Sivia dan Dayat langsung memasuki taksi itu dan menuju rumah sakit yang dituju.

“ Oya, kamu kelas berapa, Vi? ” tanya Dayat.

“ Kelas 10. kamu? ”

“ Aku udah tamat. Hehe. ” Dayat nyengir.

“ Eh… aduh maaf kak aku tadi nggak sopan. ” Sivia tersipu malu dengan ucapannya tadi.

“ Santai aja kali. Nggak usah panggil kakak. Nggak enak banget didengernya. ” Dayat tersenyum.

‘ Ah… kenapa gue ngeliat sosok Alvin dalam diri Dayat? Aneh! ’ batin Sivia.

“ Vi… ”

“ Hah? Kenapa? ”

“ Udah sampai. Rumah sakit Wangaya kan? ” tanya Dayat.

“ Kok kamu tau? ”

“ Firasat aku mengatakan kalo tujuan kamu emang kesini. Tapi, firasatku mengatakan kalo kamu sedang terancam bahaya. Aku ikut sama kamu ya. Aku nggak mau ntar kamu kenapa-napa didalam. ”

“ Bahaya? ”

Dayat mengangguk. “ Iya, bahaya. Ya udah ayo kita turun. ” ajak Dayat.

“ Ya udah yuk. ”

Dayat dan Sivia turun dari taksi. Mereka mencari keberadaan Sion yang sedang dicari.

“ OH, BAGUS YA! ”

“ Alvin… ”

“ Dia siapa, Vi? Cowok kamu ya? ” tanya Dayat.

“ Jadi ini sepupu lo tercinta itu? Heran gue sama lo, Vi. Kurang gue kasih apalagi sih ke lo? Segalanya udah gue kasih ke lo. Tapi, kenapa lo nggak pernahbisa ngertiin perasaan gue? Kenapa, Vi? ” Alvin mengguncangkan tubuh Sivia. Sivia terdiam membisu.

“ Eh, lo siapa sih? Dateng-dateng main marahin Sivia. Sivia emang ada salah sama lo? ”

“ Lo mendingan diem deh! ” Alvin mendorong Dayat.

“ Maafin gue, Vin. Ini semua bukan seperti yang lo pikirin. ” Sivia menunduk. “ Gue dijebak sama Sion, Vin. ”

“ Apa? Dijebak Sion? Hahaha, mana mungkin! Jelas-jelas tadi Sion sms gue dan kasih tau kalo lo lagi selingkuh sama cowok lain. Dasar P-L-A-Y-G-I-R-L ! ”

Sivia tersentak. “ WHAT?! GUE PLAYGIRL? Hello, dia kan Cuma… ”

“ STOP! Jelasin semua dipengadilan. (?)” Alvin menarik paksa Sivia.

“ KAK DAYAT! Tolongin aku. ”

Dayat mencegat Alvin lalu menarik Sivia kesampingnya. “ Eh… gue peringatin sama lo ya! Jangan pernah kasar sama yang namanya cewek. Emang masalah lo sama Sivia apaan sih? Lo dateng-dateng kesini malah ngerusuhin semuanya. Heran deh. ”

“ Jelas gue punya urusan disini! SIVIA PACAR GUE. ” bentak Alvin.

“ Wow… jadi Sivia pacar lo? Nggak percaya gue! Masa ada cowok sekasar ini sama ceweknya. Dasar! Yuk cabut, Vi. Nggak penting diem disini. ” Dayat menarik tangan Sivia pergi meninggalkan Alvin.

“ DASAR PLAYGIRL! ” teriak Alvin.

“ Kasian deh lo! ” suara itu nampak mengagetkan Alvin.

“ Mau apa lagi lo? Udah puas lo sekarang liat hubungan gue sama Sivia hancur? ”

Sion terkekeh. “ Gue belum puas! Ini baru awal. Liat aja nanti apa yang akan terjadi sama Sivia. Makanya punya cewek itu dijagain. Malah dilepasin gitu aja. sungguh terlalu. ”

“ So what? ”

“ Cepat atau lambat hubungan lo sama Sivia akan hancur! Hahaha. ”

“ Lo jangan macem-macem ya. Mau lo itu apa sih? Ngapain coba lo nganggu hubungan gue sama Sivia? Hah? ” Alvin mendorong Sion kasar.

“ Mau gue? Lo dan Sivia berakhir. Karena gue nggak mau Sivia jatuh ke pelukan lo maupun cowok yang nggak jelas tadi. Mendingan lo putusin Sivia deh. Sebelum gue buat lo nyesel karena nggak nurutin kata-kata gue. ”

“ Lo pikir gue mau nurutin lo? SORRY YA! ” Alvin mendorong Sion lalu pergi meninggalkan rumah sakit. Perasaannya terasa hancur karena Sivia.

“Sivia jahat! Tega-teganya dia selingkuh dibelakang gue. Sialan banget.” Alvin terus-terusan marah disepanjang perjalanan. Ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

“ Kalo lo masih kayak gini terus. Terpaksa gue nanti harus jauhin lo dari cowok-cowok yang nggak bener. ”

Tiinnn…
Tiiiinnn…

Alvin melihat ke jalan. Sebuah mobil hendak menabraknya. Ia berusaha menghindar. Namun, semuanya terlambat.


***

“ SIAL! Kenapa sih hidup ini penuh dengan penganggu? Nggak enak banget. ” Debo berjalan disekitar kompleks perumahan.

BRUKK…

“ Auuww… ”

“ Eh… sorry sorry. ” Debo mendekati orang yang ditabraknya.

“ Debo… ”

“ Agni… ”

“ Kok lo ada disini? Ify mana? ” tanya Agni.

“ Sst… jangan sebut nama Ify lagi! Gue males denger namanya dia. ”

“ Lho kok gitu? ”

“ Dia selingkuh dibelakang gue. ”

“ Hah? Ify selingkuh? Sama siapa? ” tanya Agni ingin tahu.

“ Sama cinta pertamanya. Eh, ngomong-ngomong Rio kemana? Ntar dia malah marah lagi liat lo sama gue disini. ”

“ Mana gue tau. Orang gue aja pergi dia nggak tau. Dia kan lagi sibuk ngurusin dua cewek dirumahnya. ” ucap Agni.

“ Oh… Lo abis dari rumah Rio ya? Lo cantik banget, Ag. ”

“ Hah? ”

“ Lo cantik dengan gaun ini. ” bisik Debo ditelinga Agni.

“ Makasih. ” Agni tersipu.

Debo melirik cincin yang terpasang dijari manis Agni. “ Pasti cincin dari Rio ya? ”

“ Hmm… iya. Ini cincin tunangan, De. ”

“ Tunangan? Jadi lo udah tunangan sama Rio? ”

Agni mengangguk. “ Iya. ”

“ Kamu sayang banget ya sama Rio, Ag? ” tanya Debo.

“ Iya, sayang banget. Emangnya kenapa? ”

“ Aku sayang sama kamu, Ag. ”

“ What?! ”

Debo mengecup kening Agni. “Aku masih sayang banget sama kamu, Ag.”

“Eh, cewek lo selingkuh tuh.”

Debo dan Agni menoleh. Tampak terlihat Rio, Dea dan Zevana yang berjalan menghampiri Debo dan Agni.

“Apa-apaan maksud ini semua?”

“Sorry, Rio. Gue masih sayang banget sama Agni.” Debo menunduk dihadapan Rio.

“Maksud lo apaan sih, De? Lo mau nyakitin Ify dengan kembali lagi sama Agni? Nggak segampang itu! Agni udah jadi milik gue sekarang. Dan gue juga sayang banget sama Agni.”

“De, Io, udah. Nggak usah pakai acara berantem kayak gini! Dan jangan pernah lo sebut nama Ify lagi didepan Debo. Ify itu penghianat tau! Lo kalo emang suka sama Ify nggak usah nyari gue. Gue tau gue emang bukan cewek yang sesempurna Ify.” Agni melerai mereka berdua. Agni berdiri diantara Debo dan Rio.

“Gue emang suka sama Ify! Tapi, Debo kan udah jadi pacarnya Ify. Makanya gue nggak nyari Ify. Terus sekarang mau lo apa, Ag?”

“Idih... Ternyata bener dari awal lo udah suka sama Ify. Tapi, malah nyari Agni. Dasar!”

Agni menarik paksa cincin dijari manis Rio. “Mau gue? Cincin ini ada jari manis Debo.”

“Hah?”

Agni menarik tangan Debo lalu memasang cincin itu dijari manisnya. “Aku masih sayang sama kamu, De.”

Rio mendorong Agni lalu menarik kerah baju Debo. “Eh, gue peringatin sama lo. Kalo mau ngerebut Agni. Lo langkahin dulu gue. Gue nggak mau Agni balik lagi ke lo. Gue itu sayang banget sama Agni. Dan nggak segampang itu buat lo ngerebut Agni!”

“Oh ya? Liat aja nanti.”

BUUGGHHH(?)
Rio menonjok pipi kanan Debo. “Brengsek! Lo nggak boleh rebut Agni dari gue. Agni cuma buat gue dan bukan untuk lo. Makanya kalo punya cewek itu dijagain. Segampang itu nyari cewek. Nggak segampang yang lo pikirin tau!”

Debo memegangi pipinya. “Apa-apaan lo? Lo mau nyari ribut sama gue?”

“ Lo yang duluan nyari ribut sama gue! ” Rio mendorong Debo kasar.

Adegan itu terjadi. Rio dan Debo berantem di hadapan Agni. Debo jatuh tersungkur. Ia sudah tak berdaya dibuat Rio. Pukulan terakhir hendak diluncurkan Rio(?).

“ STOP! Rio lo gila ya? Lo nggak liat Debo udah kayak gitu. Gue nggak nyangka lo sejahat ini jadi cowok. ” Agni mendorong Rio lalu menghampiri Debo.

“ Ternyata gini toh seorang Mario Stevano Aditya Haling. ” Debo memegangi wajahnya yang biru-biru akibat pukulan dari Rio.

“ Lo yang nyari masalah sama gue. ” ucap Rio kesal.

“ Rio udah! Pergi lo darisini. Gue nggak mau liat lo disini. Tolong tinggalin gue. ” pinta Agni. Rio mendengus.

“ FINE! Kalo itu mau lo. Gue akan pergi dan nggak akan pernah ganggu lo berdua. Selamat bersenang-senang aja. Mungkin kalo emang ini kemauan kalian. Gue akan pergi untuk selamanya dari hidup kalian. ”

Rio meninggalkan Agni dan Debo. Agni merangkul Debo lalu membawanya ke rumah untuk mengobati luka memar disekitar wajahnya itu.

@Agni Home’s

“ Auww… ” Debo memegangi pipinya. Rasa sakit luar biasa dirasakannya.

“ Sakit ya, De? ”

“ Sakit banget nih, Ag. Si Rio kurang ajar banget. Nggak nyangka gue Rio kayak gini. ”

Agni mengela darah yang keluar dari sudut bibir Debo. “ Tahan ya, De. Agak sedikit perih ntar. ”

“ Ahhh… sakit, Ag. ” rintih Debo. #maaflebay._.

“ Eh, sorry. Gue pelan-pelan deh. ” Agni mengusap perlahan. Debo menatap dalam mata Agni.

“ Makasih ya, Ag. Maksud lo cabut cincin Rio dan masang ke gue apaan? ”

“ Gue…gue masih sayang sama lo, De. Gue masih belum bisa ngerelain lo sama Ify. Nggak rela gue. ”

“ Jadi, selama ini…. ”

“ Iya, gue nggak pernah bisa ngeliat lo mesra-mesraan sama Ify. Bahkan yang gue denger Ify lagi hamil kan, De? Gue sakit hati! ” Agni menunduk.

“ Hmm… Sorry, Ag. Tapi, sebenernya gue udah sayang banget sama Ify. Cuma perasaan gue ke lo nggak bisa hilang. ”

“ Gue pengen ulang semuanya, De. Tapi, semua udah terlambat. ” perlahan air mata Agni menetes.

“ Jangan nangis, Ag. Gue mohon. Gue nggak bisa liat cewek nangis. ”

Agni memeluk Debo. Tangisnya pecah seketika. “ Aku sayang sama kamu, De. ”

“ Ag, udah jangan nangis. Gue mohon, Ag. Jangan nangis! ” Debo menghapus air mata Agni.

“ Gu…gue… ”

“ Sst… udah ya. Jangan nangis lagi. Gue nggak bisa liat cewek nangis. ”

“ Hmm… oya, mau minum apa, De? ”

“ Nggak usah deh. Aku duluan ya, Ag. Jaga diri kamu baik-baik. Mungkin kalo Tuhan mengijinkan kita pasti bisa bersatu kembali. ” Debo tersenyum.

“ Hmm… kalo memang takdirnya aku untuk Rio dan kamu untuk Ify. Aku pasti relain semua ini, De. Makasih atas semuanya. ”

“ Thank’s ya, Ag. Aku pulang dulu ya. Nanti kita ketemu lagi. ” pamit Debo.

“ Iya. ”

Debo pun pergi dari rumah Agni.

:: Sungguh aku tak bisa sampai kapanpun tak bisa membenci dirimu ::

BB Agni berdering. Agni meraih BB-nya lalu mengangkat telpon itu.

“ Apa? Rio kecelakaan? ”


***

“ Amnestic syndrome Cakka bener-bener udah nyusahin. Bikin bete. ” Agni berjalan-jalan untuk mencari makan. Perutnya sudah tak karuan lagi untuk menahan rasa lapar.

“ Shilla… ”

‘ Nggak mungkin kalo Cakka. ’ batin Shilla.

“ Ini aku Riko. ”

Shilla membalikkan badannya. “ Eh… Riko. ”

“ Apa kabar, Shill? Makin cantik aja nih. ”

“ Baik kok. Lebay deh nih. Aku kan bukan cewek yang cantik, Rik. ”

“ Oya, kamu mau kemana? Kok sendirian? ” tanya Riko.

“ Aku mau cari makan. Kamu kok ada disini? ”

“ Bareng yuk. Aku juga mau makan nih. Tadi kebetulan aja lewat sini. ”

“ Ya udah deh. Yuk ”

Riko dan Shilla berjalan mencari warung makan terdekat disekitar sana.

@Masakan Padang ._.

“ Selera kamu bagus juga ya, Rik. Kamu suka makanan padang ya? ” tanya Shilla.

“ Hehe, kebetulan ini makanan favorit aku. Emang kenapa? Kamu biasa makan direstoran mahal ya, Shill? ”

“ Hah? Enggak kok. Aku juga suka sama masakan padang. Walau sebenernya aku lebih suka makan ayam betutu. ” ucap Shilla tersenyum.

“ Oh… kalo aku sukanya rendang. ”

“ Kok jadi ngomongin makanan sih? ” tanya Shilla.

“ Iya yah. Jadi ngomongin makanan kita. Aneh. ”

“ hmm… aku udah kenyang nih. Kamu mau kemana? ”

“ Aku nggak kemana-mana. Kamu dari rumah sakit kan? ” tanya Riko.

“ Iya, abis jengukin pacar aku. Kondisinya parah banget. Dia malah sekarang kena amnestic syndrome. ”

“ Amnestic syndrome? Apaan tuh? ” tanya Riko.

“ Itu penyakit aneh yang katanya kalo udah tidur suka lupa sama kejadian sebelumnya. Aneh banget kan? Jadi nyusahin. ”

Riko tertawa. “ Jadi pacar kamu kena penyakit amnestic syndrome? ”

“ Ih, malah diketawain. Iya, kena amnestic syndrome. Nyusahin banget jadinya. ”

“ Nggak boleh gitu ah. Pacar sendiri juga. ”

“ Hmm… ”

Riko tersenyum. “ Mau aku anter? Sekalian aku juga pengen kenal sama pacar kamu. ”

“ Hmm… boleh deh. Yuk. ”

Langsung aja ya-

@RS Sanglah bangsal Teratai kamar 13

“ Cakka… ”

“ Eh, Shilla. Abis darimana? Itu siapa? ” tanya Shilla sambil menunjuk Riko.

“ Abis makan tadi. Ini Riko, Kka. Orang yang sempet nolongin aku waktu ditodong perampok. ” jelas Shilla.

Riko mengulurkan tangannya. “ Riko Anggara. Panggil aja Riko. ”

“ Cakka Nuraga. Panggil aja gue Cakka atau Bieber. ” ucap Cakka nyengir sambil menjabat tangan Riko.

“ Haha, jangan didengerin, Rik. Panggil dia Cicak juga nggak apa-apa. ” ucap Shilla.

“ Ntar anak orang ngambek, Shill. ” Riko melepas jabatan tangan Cakka.

“ Nama gue CAKKA bukannya CICAK! ” ucap Cakka kesal.

“ Ampun, Kka. Cuma bercanda aja ngambek. Kalo dipuji sama Agni aja langsung bangga. ” sindir Shilla.

“ Agni? ”

“ Shill, inget rumah sakit. ” ucap Riko.

“ Iya. Gue juga tau kalo ini rumah sakit. Terus kenapa? ” tanya Shilla.

“ Nggak usah buat keributan dirumah sakit. ” Riko menarik tangan Shilla.

“ Eh… cewek gue dibawa kemana? ” tanya Cakka.

“ Pinjem sebentar. ” jawab Riko.

“ Jangan jadi P-L-A-Y-G-I-R-L ya, Shill. ”

“ BAWEL. ” teriak Shilla kesal.

Riko dan Shilla langsung keluar dari kamar Cakka dan menuju ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri sejenak.

@ Taman RS

Riko duduk didekat Shilla.

“ Lo pasti sayang banget ya sama si Cakka Bieber? ”

“ Bangetlah. Secara gitu udah ada si Casillas. ”

“ Casillas siapa? ” tanya Riko.

“ Adik angkat gue. Kan gue sama Cakka adopsi Casillas di panti. ” jawab Shilla.

“ Oh… gue ikut seneng deh liat lo bahagia kayak gini, Shill. ”

“ Emang kenapa sih? Kok lo jadi aneh kayak gini sih, Rik? ”

“ Hmm… nggak apa-apa. Aku Cuma ikut bahagia aja, Shill. ” ucap Riko.

“ Aneh deh. ”

“ Aneh apanya? Emang aku keliatan gitu dimata kamu? ”

“ Iya, lo tuh aneh. ”

Riko manyun. “ Hmm… emang kali ya nggak ada cewek yang mau sama aku. Karena aku ini bukan cowok sempurna dimata cewek-cewek cantik kayak kamu. ”

“ Maksudnya? ”

“ Aku suka sama kamu, Shill. Dari pertama kita ketemu. ” ucap Riko.

“ Tapi kan… ”

“ Iya, aku tau kamu udah jadi milik Cakka Bieber. ” potong Riko.

“ Cakka aja. nggak usah disambungin pakai Bieber. Jodoh itu ada ditangan Tuhan, Rik. Nggak mungkin Tuhan mau umatnya jomblo seumur hidupnya. Percaya deh! Kamu itu cakep kok, Rik. Masih banyak cewek diluar sana yang lebih baik dari aku. ” Shilla tersenyum manis.

“ Tapi kamu cewek yang dikirim Tuhan buat aku, Shill. ”

“ Bukan aku! ”

“ Kamu cewek itu, Shill. Aku suka sama kamu, Shilla. ”  Riko memandang Shilla.

“ Nggak, Rik. Aku yakin ada cewek diluar sana yang lebih baik dari aku. Dan cewek itu bukan aku. ” ucap Shilla.

“ Hmm… aku tau aku emang bukan cowok yang sempurna kayak Cakka. Tapi, apa aku nggak bisa buat milikin cewek seperti kamu, Shill? ”

“ Maaf, Rik. Aku nggak bisa. ”


****

@ Café CaPuzzy
Net net net net net tre net net (?)

Acha menutup hidungnya. Bau narkoba dan minuman keras tercium di café itu. Acha berjalan perlahan mencari sosok Ozy yang selama ini dirindukannya.

“ Pon, nggak salah nih lo ngajak gue ke café beginian? ” tanya Acha pada Nyopon.

“ Ya kagaklah! Ozy sering banget kesini kali, Cha. ”

“ Tapi, baunya sumpah jelek banget. Gue nggak kuat disini, Pon. ” ucap Acha.

“ Nah itu dia si Ozy. ”

" Mana? " tanya Acha.

" Itu. "

" Ozy mabuk-mabukan? " tanya Acha.

" Yuk kita samperin. "

@ meja cafe

" Hey, Zy. " sapa Nyopon.

" Hey. eh, lo bawa cewek ya. Cantik juga cewek lo. " Ozy mencolek Acha.

" Zy, ini gue Acha. "

" Acha... kemana aja kamu sayang? " Ozy memeluk tubuh Acha. Nyopon berusaha menjauhi Ozy dari Acha.

" OZY SADAR! "


TO BE CONTINUED
Yang udah baca tinggalkan jejak ya…
Jangan asal baca terus pergi ._.V
Makasih…

Part 44: P-L-A-Y-G-I-R-L ! Bag. 2