Part 44: P-L-A-Y-G-I-R-L!Bag. 2
***
Ozy masih mendekap erat Acha. Ia seakan kerasukan makhluk halus(?). Ozy sama sekali tak mau melepaskan pelukannya ke Acha. Pengaruh minuman keras benar-benar membuat Ozy seperti ini. Ia bahkan tak sadar akan perbuatan yang dilakukannya. Nyopon pun berusaha keras melepaskan Ozy dari Acha. Namun, apa daya yang bisa dilakukan? Ozy masih tidak mau melepaskan pelukannya ke Acha. Kini malah Ozy lebih mempererat pelukannya. Seakan Ozy tak mau Acha pergi meninggalkannya lagi.
Acha ingin menangis dan teriak. Namun, Ia
tahu bahwa sedang berada didalam sebuah café. Maka dari itu Acha lebih baik diam daripada membuat kericuhan didalam café itu. Tapi, seluruh pengunjung café kini tertuju pada Ozy yang sedang memeluk Acha. Bagi mereka, ini adalah merupakan tontonan langka yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam café. Acha pun pasrah dan membalas pelukan Ozy lalu membenamkan wajahnya didada Ozy. Ia juga merindukan pelukan hangat dari Ozy yang sebelumnya tak pernah dirasakannya. Air matanya pun menetes membasahi baju Ozy.
“Jangan nangis Acha sayang.” Ozy membelai lembut rambut Acha. Ozy benar-benar terlhat frustasi dan tidak mengurus dirinya sendiri karena Acha.
“Zy, berubah. Aku nggak suka liat kamu mabuk-mabukan dan konsumsi narkoba kayak gini.” Acha semakin terisak. Ia merasa tak kuat melihat Ozy seperti ini. Dari bau nafasnya saja sudah tercium bau minuman keras dan narkoba yang menyengat. Acha benar-benar tak kuat dengan Ozy yang seperti sekarang ini.
Acha mendorong paksa Ozy dengan penuh tenaga yang kuat. Ia sudah tidak tahan menghadapi Ozy yang seperti ini. Acha sangat tidak tahan berada didalam café yang penuh dengan bau minuman keras dan narkoba itu.
BRAAKK--
Ozy terdorong keras terkena meja. Ozy memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Acha berlari lalu menarik tangan Nyopon keluar dari café itu. Ia sudah tidak kuat lagi berada didalam café itu. Nafasnya seakan sesak karena terlalu lama didalam café.
“Tangkap cewek itu!” perintah Ozy pada orang-orang didalam café.
3orang di café itu keluar mengejar Acha dan Nyopon. Ozy mengacak-acak rambutnya penuh emosi. Ozy juga masih menyimpan rasa sayang yang dalam terhadap sosok Acha. Sungguh perasaan yang sulit dihilangkan. Ozy hanya bisa pasrah apabila Acha memang tak bisa kembali kedalam pelukannya lagi. Namun, Ia pasti bersyukur jika bisa memiliki Acha lagi.
Diluar café...
Acha masih terus berlari bersama Nyopon. Ia sadar bahwa kini sedang dikejar 3orang suruhan Ozy dari café CaPuzzy. Nafasnya tak beraturan dan terasa sesak. Namun, Ia
tetap berlari agar tidak tertangkap oleh orang suruhan Ozy. Acha tak pernah mengira bahwa Ozy benar-benar berubah jadi pemabuk dan pengguna narkoba. Padahal, itu bisa mencabut nyawa Ozy sendiri.
“Kita sembunyi disana.” Acha menarik Nyopon kedalam gubuk tua yang sudah tak terpakai. Ia berharap orang suruhan Ozy itu tak menemukannya didalam gubuk.
@Gubuk
“Kita pasti aman disini.” bisik Acha pelan.
“Kamu yakin? Semoga saja orang suruhan Ozy nggak ngejar kita sampai sini.” Nyopon bernafas lega.
“Ya, aku yakin. Udahlah! Percaya aja sama aku. Mereka kan
nggak mungkin curiga sama gubuk tua kayak gini.” Acha tersenyum manis pada Nyopon. Ia merasa lega karena bisa bersembunyi didalam gubuk. Acha hanya berharap orang suruhan Ozy tidak mengejar dirinya dan Nyopon lagi.
“Kayaknya udah nggak ada tanda-tanda dari orang suruhan Ozy deh.” ucap Acha.
“Iya deh. Aku sebelumnya juga udah peringatin kan
ke kamu. Bahaya kalo ketemu sama Ozy. Ozy itu udah berubah banget. Bukan seperti Ozy yang kamu kenal baik dulu. Dia sekarang jadi pemabuk dan pengguna narkoba gitu. Lupain aja Ozy, Cha. Dia itu nggak baik buat kamu.”
Acha menunduk lesu. “Hmm... Aku akan coba. Lagian aku juga kan
udah ada Deva, Pon. Tapi, sulit banget buat hilangin rasa sayangku ke Ozy. Aku itu udah terlanjur sayang banget sama Ozy.”
“Keep smile. Perlahan-lahan pasti kamu bisa hilangin rasa sayangmu ke Ozy. Ayo, kita pergi sekarang. Pasti orang suruhan Ozy udah pergi darisini.”
“Iya.”
Acha dan Nyopon keluar dari gubuk tua itu. Mereka melirik sekeliling dan berharap orang suruhan Ozy menghilang. Ternyata mereka sudah pergi dan tidak mengejar Acha dan Nyopon.
Acha berjalan disamping Nyopon dan pergi dari gubuk tua itu. Sorot mata nampak memperhatikan Acha dan Nyopon. Sosok misterius yang nampak mengincar Acha dan juga Nyopon.
Acha menyebrangi jalan kemudian disusul oleh Nyopon dibelakangnya.
“Acha...”
‘Mampus! Deva pakai acara lewat sini lagi. Bisa mati gue diliat pergi sama Nyopon.’ batin Acha.
Acha menelan ludahnya dan menghentikan langkah kakinya. Nyopon berdiri disamping Acha. Nyopon nampak aneh melihat tingkah Acha. Acha menunjuk perlahan pada Deva yang berjalan menghampiri dirinya dan Nyopon.
“Deva? Bisa gawat nih, Cha. Pasti dia salah sangka sama gue.” ucap Nyopon.
Acha mengangguk.
“Acha.” Deva langsung memeluk Acha yang berada dihadapannya itu.
“Wow... Main nyosor.” ucap Nyopon pelan tapi terdengar.
Deva melirik tajam ke arah Nyopon. Ia nampak curiga semenjak tadi dengan Nyopon yang berdiri disamping Acha. Deva melepaskan pelukannya lalu memandang Nyopon.
“Lo mau nyopet cewek gue ya?” Deva mendorong Nyopon. Emosinya meningkat ketika melihat Nyopon disamping Acha.
“Eh, santai dong! Gue ini temennya Acha. Bukannya mau nyopet. Asal nuduh aja lo. Gue bisa laporin lo ke polisi karena udah nuduh gue macem-macem.”
“STOP! Udah deh jangan pada berantem. Pon, thanks ya. Mendingan lo pulang dan tinggalin gue sama Deva disini.” Acha mendorong Nyopon perlahan. Acha hanya tidak ingin masalah ini semakin berkepanjangan hanya karena kesalah pahaman Deva terhadap Nyopon.
Nyopon pergi meninggalkan Acha. Ia juga tidak ingin apabila Deva semakin menuduhnya macam-macam karena pergi bersama Acha.
“Abis selingkuh sama dia?” Deva memegang kasar wajah Acha. Acha menggeleng.
“Nggak, Dev. Beneran. Aku nggak ada selingkuh sama dia.” Acha nampak meringis kesakitan. Acha tak pernah mengira bahwa Deva akan sekasar ini pada dirinya. Padahal, selama ini Acha mengira Deva adalah tipe cowok yang baik pada ceweknya.
“Sialan!” Deva mendorong Acha. Deva tak percaya dengan semua ucapan Acha. Mana mungkin cewek pergi dengan cowok kalau bukan pacaran? Aneh kan
! Itulah yang dipikirkan Deva terhadap Acha. Deva berpikiran negatif terhadap kekasihnya. Mungkin Deva terlalu berlebihan terhadap Acha. Deva kembali memeluk Acha. Emosinya mulai mereda.
“Dan asal kamu tahu. Semua ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Cowok tadi adalah sepupuku. Dia bukan selingkuhanku. Hanya karena semua ini kamu tega kasar seperti ini terhadap diriku. Aku tak pernah mengira bahwa cowok yang punya kasta Kesatria bisa berlaku kasar pada cewek yang nggak punya kasta kayak aku. Aku pikir kamu nggak akan pernah kasar sama yang namanya cewek. Ternyata dugaanku semua salah! Kamu itu cowok yang suka berpikiran negatif terhadap cewek. Dan kamu juga cowok yang kasar.” Acha menangis dalam pelukan Deva.
“Udah! Maafin aku ya, Cha. Aku terlalu emosi tadi. Aku percaya kok sama kamu. Karena kamu itu memang cewek yang baik dimata aku. Dan kamu nggak akan mungkin selingkuh dibelakang aku. Aku percaya kamu, Cha!” Deva membelai lembut rambut Acha. “Ayo kita pulang. Jangan nangis lagi.”
“Iya.”
***
Preman-preman itu mendorong Ify. Ify terjatuh dan terhempas ke tanah. Ia merintih kesakitan.
“Sialan lo berdua! Nggak bisa ya kalo nggak usah kasar sama cewek? Nggak punya hati banget sama cewek!” pengendara motor itu mendorong preman-preman itu dengan kasarnya.
“Sorry ya. Kita lagi nggak pengen cari ribut sama lo. Emang lo siapanya cewek ini?”
“Gue pacarnya! Puas? Mendingan lo berdua pergi deh. Malesin tau liat lo berdua disini.” usir pengendara motor itu.
Preman itupun langsung pergi tanpa memperdulikan Ify yang terjatuh. Pengendara motor itu menghampiri Ify.
“Kamu nggak apa-apa? Oya, kamu pernah kenal sama preman tadi? Kok kayaknya mereka kenal sama kamu sih?”
Ify tersenyum. “Thank’s ya, Kak. Mereka itu preman yang sebelumnya pernah nyari masalah juga sama temen-temenku. Tapi, kenapa kakak tadi tolongin aku? Aku kan
nggak kenal akrab sama Kak Gabriel.”
“Biasa aja kali. Kan sesama manusia harus saling tolong menolong. Kamu anak peserta MOS pacarnya yang anak broken home itu kan
?”
“Iya, kak. Hmm... Makasih ya kak. Aku jadi nggak enak sama kakak. Aku pikir tadi yang nolongin bukan kak Gabriel.” Ify tersipu malu. Baru pertama kali Ify merasa salah tingkah didepan Gabriel, sang ketua OSIS sekolahnya. Apalagi pertama kali Ify bisa bertatap mata dengan sosok Gabriel. Hal yang langka bagi Ify kali ini. Gabriel, seorang ketua OSIS yang terkenal disekolah. Semua bagaikan mimpi yang dirasakan Ify.
“Hei, kok ngelamun? Nama kamu Ify kan
?” Gabriel memandang Ify.
“Iya, kak. Namaku Ify.”
“Kamu cantik, Fy. Beruntung banget aku ditemuin cewek secantik kamu.” Gabriel semakin mendekat ke Ify.
“Emm... Mak...ma...makasih, kak.” Ify tersenyum manis.
Gabriel membelai rambut Ify. “Aku antar kamu pulang ya, Fy. Daerah sini rawan banget sama preman.”
“Iya kak.”
‘Gabriel, lo jatuh cinta sama anak peserta MOS? Jangan sampai.’ batin Gabriel sambil memandang Ify.
“Kak...” Ify membuyarkan lamunan Gabriel. Ify benar-benar aneh melihat tingkah Gabriel yang seperti ini terhadap dirinya.
“Eh...” Gabriel tersadar lalu membangunkan Ify. Gabriel benar-benar dibuat jatuh cinta dengan Ify saat ini. Perasaan Gabriel sangat tak karuan karena bertemu dengan Ify.
“Kak, kakak bisa bantuin aku jelasin ke Debo nggak? Plis.” Ify mengenggam tangan Gabriel.
“Jelasin apaan, Fy? Aku kan
nggak tau apa-apa tentang masalah hubungan kamu sama si anak broken home itu.” Gabriel merasa kesal dengan Ify yang menyebut Debo disituasi dan kondisi yang seperti ini. Gabriel juga merasa dirinya tersaingi dengan Debo.
“Kak, aku mohon. Debo itu berarti banget dalam hidupku kak.” Ify memeluk Gabriel. Ify tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa agar Debo bisa kembali lagi kepelukan Ify.
“Emang kamu ada masalah apa sih sama anak broken home itu?” tanya Gabriel.
“Debo kak. Jangan pernah sebut Debo anak broken home lagi.” Ify melepaskan pelukannya. Entah mengapa Ify merasa sangat kesal dengan Gabriel kali ini.
“Iya, Debo. Ada
masalah apa sih kamu sama dia? Kenapa kamu mesti minta bantuan ke aku?”
“Kalau hidupku udah nggak lama lagi. Orang pertama yang pengen aku ucapin selamat tinggal itu Debo. Karena Debo selama ini sangat berarti dalam hidupku. Aku salah kak. Aku sempet selingkuh dibelakang dia. Makanya dia marah sama aku. Aku cuma nggak mau dia pergi ninggalin aku. Aku sayang banget sama dia kak.” Tak terasa air mata Ify menetes membasahi pipi. Ia benar-benar ingin Debo ada disisinya dan menemaninya saat ini.
Hati Gabriel seakan hancur. Ternyata Ia
benar-benar salah telah jatuh cinta dengan Ify. Padahal, ini adalah kisah Gabriel yang pertama kalinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Sungguh tragis yang dialaminya. Balasan cinta pun tak didapatkannya. Hanya rasa sakit hati yang dirasakan Gabriel saat ini. Sakit hati ketika Ify menyebut nama Debo.
“Oke, aku akan coba jelasin ke Debo. Tapi, apa coba yang mesti aku jelasin ke dia? Dia tau kan
kalo kamu selingkuh? Kalo dia tau kamu selingkuh jadi susah untuk jelasinnya. Itu artinya dia udah terlanjur sakit hati punya cewek kayak kamu.”
“Kak... Aku mohon. Aku juga nggak siap kalau aku harus pergi ninggalin dunia hari ini. Aku belum ketemu sama Debo. Kalau Tuhan panggil aku sekarang. Aku mau pergi dalam pelukan Debo.”
Gabriel memandang Ify. “Kamu apa-apaan sih, Fy? Kenapa kamu ngomong kalo kamu bakal pergi? Hey, hidup dan mati itu udah diatur sama Tuhan. Kamu nggak usah ngomong yang aneh-aneh kayak gini. Yang ada ntar kamu malah kepikiran terus sama kata-kata kamu. Come on, nggak usah negatif thinking!”
“Hmm... Anterin aku ke rumah Debo, kak. Bantuin aku buat jelasin semuanya. Ntar kalo kakak berhasil buat Debo nggak marah lagi sama aku. Aku bakal kasih kakak hadiah spesial yang nggak akan bisa kakak lupain seumur hidup,”
“Ya udah deh. Aku akan bantuin kamu. Ayo, kita ke rumah pacar kamu itu.” ajak Gabriel.
“Yuk.”
***
“ Agni. Ify. Agni. Ify. Agni. Ify. Ya ampun… ribet! ”
Debo mengacak-acak rambutnya yang agak gondrong itu. Ia merasa pusing dengan perasaannya. Ify dan Agni yang menghantui hatinya itu(?). Debo bingung harus memilih siapa diantara dua cewek yang dua-duanya memang disayanginya. Galau kini menyiksa dirinya. Galau karena memikirkan Agni dan Ify. Hmm… Ify dan Agni. 2 cewek cantik yang bersatu dalam grup Five Girls. Debo juga sebenarnya tidak ingin menghianati Rio. Karena jujur selama ini Debo juga suka curhat-curhat tentang Ify maupun Agni ke Rio
.
Debo bingung harus melakukan apa. Harapan Debo cuma satu. Semuanya kembali seperti semula dan bisa bersama-sama lagi dengan Five Boys maupun Five Girls. Hanya bisa menunggu kapan saatnya tiba semuanya kembali seperti semula. Hmm... Rasanya tidak mungkin untuk bisa akur kembali antara Five Boys dan Five Girls. Permasalahan di study tour adalah penyebab permusuhan diantara Five Boys dan Five Girls.
“Andai aja mulut Cakka nggak ember didepan temen-temen. Pasti semua akan baik-baik aja. Gue baik sama Agni dan Rio sama Ipy. Tapi, kini semuanya hancur. Ditambah lagi Rio ngerebut Agni dengan cara licik. Kalo Rio bisa licik. Aku juga bisa licik.” Debo tersenyum puas. Ia bertekad akan membalaskan dendamnya pada Rio. Dendam yang selama ini Ia kubur dalam-dalam dihatinya. Kini kembali akan Ia balaskan dendam yang terpendam ke Rio. Perlahan tapi pasti. Debo pasti akan merebut Agni kembali dari pelukan Rio. Bagaimanapun cara yang harus dilakukannya, Debo akan tetap melakukan cara itu demi mempertahankan Agni maupun Ify.
“ Yaampun… kesambet setan apa ya gue? Ipy kan lagi di rumah sakit dan menderita penyakit yang parah. Masa sih gue bisa-bisanya selingkuh sama Agni Cuma untuk balas dendam sama Rio? Ah, tapi kan Ipy juga selingkuh sama si Morgen itu. Hmm… tapi emang sih. Selingkuh nggak mesti dibalas dengan ikut selingkuh juga. Aku harus temuin Ipy. Semoga aja dia mau maapin aku. Aku jadi nggak tega liat kondisi Ipy yang berjuang melawan ganasnya penyakit kanker otak. Walaupun Ipy sakit kayak gitu. Bahkan dia mampu tersenyum buat gue. Tapi, apa balasan gue ke dia? Gue malah bisa-bisanya lagi terima cincin dari Agni. Masa gue harus jadi tunangannya Agni? Gue jadi ngerasa bersalah sama Rio. Padahal dia udah sayang banget sama Agni. Tapi, gue dateng malah ngerusak kebahagiaan Rio-Agni yang baru aja dimulai. Gue emang keterlaluan! Pasti Ipy bakalan benci sama gue. Maapin gue, Py. Gue mungkin emang nggak bisa jadi yang terbaik buat lo. Dan gue akan terus berusaha buat jadi yang terbaik. Karena gue sayang sama lo, Py. Dan gue juga sayang sama Agni. Gue akan coba sebisa mungkin ngelepasin Agni buat Rio. Gue bersungguh-sungguh. Agni memang pantasnya untuk Rio. Bukan ditakdirkan untuk gue. ”
Debo beranjak pergi dari kamarnya. Perih diwajahnya masih terasa akibat pukulan keras yang diluncurkan Rio(?). Debo masih tak menyangka bahwa Rio akan melakukan ini semua terhadap dirinya. Debo juga ingin segera mengembalikan cincin tunangan Rio-Agni sebelum Ify mengetahui semua ini. Debo tidak mau Ify menjadi salah sangka lagi terhadap dirinya.
:: Biarlah orang berkata apa… ooooo… manusia tiada yang sempurna… ::
HP Debo berdering. Ia menghentikan langkahnya lalu mengangkat telpon masuk itu. Terlihat nama penelpon yang menghubunginya. ‘Agni’. Debo berpikir sejenak. Untuk apa Agni menelponnya saat ini? Semua ini sungguh aneh. Disaat seperti ini Agni tiba-tiba menghubunginya. Debo mengangkat telpon itu. Mungkin aja penting, pikir Debo.
“ Apa?! Rio kecelakaan? Kondisinya kritis, Ag? Oke, gue ke rumah sakit sekarang. ”
Debo dengan segera pergi menuju rumah sakit. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri apabila terjadi apa-apa dengan Rio. Semua ini salah Debo. Debo yang mengakibatkan Rio ingin mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini. Semua ulah gue, batin Debo. Andai saja Debo tidak bertemu dengan Agni. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan Rio tidak mungkin berada dirumah sakit apabila Debo tidak merusak kebahagiaan Rio-Agni.
****
“ Day, kalo sampai terjadi sesuatu sama Alvin. Aku nggak akan bisa maafin diriku sendiri. Semua ini salahku! Aku yang buat Alvin sampai kecelakaan dan kondisinya kritis. Alvin… ” Sivia terus-terusan menangis. Ia tak mengira bahwa Alvin mengalami kecelakaan. Sivia sangat menyesal. Seharusnya dia tadi tidak pergi meninggalkan Alvin. Sivia merasa bodoh karena lebih mementingkan bersama Dayat dibandingkan bersama Alvin, kekasihnya.
Dayat memeluk Sivia. Dayat ikut-ikutan bingung karena Sivia. Dayat bingung harus melakukan apa untuk semua ini. Dayat juga tidak tahu bahwa akan terjadi seperti ini. Alvin kecelakaan karena ulah Dayat. Andai saja Dayat tidak mengajak Sivia pergi meninggalkan Alvin. Semua pasti akan baik-baik saja. Penyesalan memang selalu datang belakangan.
**
“ Mama… ” Alvin menemui Mamanya. Alvin berada ditempat yang indah bagaikan istana. Alvin melihat Mamanya. Tampak semua orang disana memakai pakaian serba putih termasuk Alvin. Alvin merasa sangat senang bisa bertemu Mamanya ditempat ini. Walau sebenarnya Alvin tidak tahu tempat apa yang sedang dikunjunginya saat ini.
Mama Gracia memeluk Alvin. Airmatanya jatuh seketika melihat kedatangan Alvin. Lama sudah Mama Gracia tidak bertemu dengan anaknya itu. Dan sekarang Mama Gracia bisa tersenyum melihat kedatangan Alvin ditempat bagaikan istana itu.
“ Alvin… kamu mau ikut sama Mama ya disini? ” Mama Gracia tersenyum manis.
“ Eng… Alvin… Alvin nggak mau tinggalin Sivia, Ma. Kasian Sivia ntar sedih kalo harus kehilangan Alvin. Alvin belum siap buat semua ini, Ma. Jangan bawa Alvin pergi. Ntar Ce Tasya sama Ce Tania bisa sedih. Alvin nggak mau orang-orang yang Alvin sayang itu sedih. Alvin nggak mau, Ma. ”
“ Hmm… tapi, apa kamu masih sanggup untuk ngejalanin semuanya? Malaikat sebentar lagi datang menjemputmu, Alvin. Kamu tega biarin Mama disini sendirian, Vin? Apa kamu udah nggak sayang lagi ya sama Mama? ”
Alvin menggeleng lemah. “ Bukannya gitu, Ma. Tapi, Alvin ini kan juga masih muda. Emang Tuhan nggak ngijinin Alvin buat hidup satu kali lagi? Alvin sayang Mama. Alvin sayang Ce Tasya, Ce Tania, Papa dan juga Oma. Alvin juga sayang banget sama Sivia. Apa Mama tega liat mereka sedih dan nangisin Alvin? Alvin juga nggak bisa tenang disini! Alvin nggak mau mereka semua sedih, Ma. Tolong bantuin Alvin. Alvin masih pengen nikmatin masa muda Alvin bersama temen-temen dan juga Sivia. Apa Mama tega ngerusak kebahagiaan Alvin? Alvin memang pengen ikut sama Mama karena Cuma Mama yang peduli sama Alvin. Tapi, Alvin juga nggak bisa kalo harus ngeliat orang-orang nangisin Alvin. Bantuin Alvin dong, Ma. Alvin mohon. ”
“ Baiklah… kamu kembali sana. Kekuatan cinta pasti akan mengalahkan segalanya. Mama percaya kamu masih bisa bertahan. Mama sayang sama kamu Alvin. ” Mama Gracia memeluk Alvin. Kerinduan yang mendalam pada Alvin telah lama tak dirasakannya. Kali ini Mama Gracia merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan anaknya itu.
Alvin terdiam membisu dan membalas pelukan Mamanya. Sudah lama Ia tak merasakan kasih sayang seorang Mama. Alvin sangat merindukan sosok Mamanya yang selama ini dirindukannya. Alvin ingin ikut pergi bersama Mamanya agar rasa sakit yang dirasakannya hilang. Namun, Alvin juga tidak ingin melihat Sivia sedih. Alvin juga tidak mau orang-orang disekitarnya sedih.
Mama Gracia melepaskan pelukannya. Ia memandang wajah Alvin. Airmatanya mengalir deras karena Alvin. Rindunya seorang Mama pada anaknya.
“ Jaga diri kamu baik-baik ya, Alvin. Mama sayang sama kamu. Mungkin kalau nanti Mama lahir kembali ke dunia. Mama akan lahir jadi anak kamu. ”
“ Mama serius? ” Alvin tersenyum penuh keceriaan mendengar ucapan Mamanya.
“ Iya. Jadi, kamu mau ikut Mama atau nggak? Mama juga bentar lagi udah nggak ada disini lagi. Ntar kamu malah kesepian tanpa Mama disini. ”
Dari kejauhan…
“ Alvin… ”
Rio berlari menghampiri Alvin dan Mama Gracia. Ia merasa senang bisa bertemu dengan Alvin disana. Daritadi Rio celingak-celinguk mencari sosok orang yang dikenalnya. Beruntung Alvin ada disana bersama mamanya. Rio merasa sangat senang.
“ Rio… ” Alvin memeluk Rio. Alvin tak menyangka bisa bertemu dengan Rio ditempat indah itu.
“ Kamu kenapa bisa ada disini? ” tanya Mama Gracia pada Rio.
Rio melepas pelukannya ke Alvin. “ Saya nggak tau, Tante. Saya juga nggaktau kenapa bisa ada disini. Tapi, saya ngerasa seneng banget ada disini. Seakan saya bahagia banget. ”
“ Nggak kasian sama Agni, Yo? Ntar kalo dia sedih karena lo, gimana? ” Alvin memandang Rio. Alvin tahu bahwa Rio sedang dilanda masalah besar saat ini.
“ Agni nggak peduli lagi sama gue. Agni kan lebih peduli sama Debo. Buat apa juga dia nangis mikirin gue. Dia kan udah ada Debo. ”
“ Waktu kalian disini sebentar lagi habis. Kalian mau gimana? Cepetan ambil keputusan yang jelas. ” Mama Gracia menghapus airmatanya.
“ Alvin nggak bisa ikut, Ma. Alvin nggak mau ninggalin Sivia. ”
Rio mengangguk. “ Aku ikut. Aku nggak kuat ngerasain sakit karena ngeliat Agni sama Debo. Aku boleh ikut ya, Tante? ”
“ Ya sudahlah. Alvin, kamu kembali saja. Kalo kamu memang belum siap untuk semuanya. ”
“ Selamat tinggal, Ma. Jaga diri baik-baik. Terus jaga diri baik-baik ya, Yo. Gue pasti bakal rindu banget sama lo. ”
“ Hmm… ”
***
“ Si…si…sivia… ”
Dokter yang memeriksa Alvin langsung kaget melihat Alvin yang tersadar dari tidurnya. Padahal, Dokter itu hendak mengabarkan Sivia bahwa Alvin tidak bisa diselamatkan lagi. DOkter itu segera keluar menghampiri Sivia.
Di luar…
“ Dia selamat. Keajaiban datang menghampirinya. Dia tersadar dari tidurnya. ” ucap Dokter itu.
Dayat melepaskan pelukannya. Sivia langsung menghapus airmatanya karena mendengar berita ini.
“ Alvin masih hidup kan, Dok? Alvin masih bisa diselamatin kan? ”
“ Dia selamat. Kalian boleh masuk sekarang. Tapi, jangan menganggu kesehatan pasien ya. Dia juga masih butuh istirahat yang cukup. ”
“Baik, Dok. ”
Dayat dan Sivia memasuki ruang UGD itu. Sivia nampak tersenyum melihat Alvin yang tersadar dari tidurnya. Alvin nampak tidak menyukai kehadiran Sivia bersama Dayat. Ia tidak bisa melihat pemandangan yang menyakitkan itu dihadapannya.
“ Alvin… ” Sivia langsung memeluk tubuh Alvin. Alvin tersenyum tipis.
“ Kamu masih deket-deket sama dia toh. ” sindir Alvin.
“ Dia? Siapa? ” tanya Sivia bingung.
“ Siapa aja boleh. ” jawab Alvin sinis.
“ Kak Day, kakak tinggalin Sivia disini sama Alvin. Maaf kalo Via udah ngerepotin Kak Dayat. ”
Dayat tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan Sivia dan Alvin. Dayat juga tidak ingin menganggu hubungan Alvin-Sivia.
Alvin memandang Sivia.
“ Aku kembali kesini untuk kamu. Karena aku sayang sama kamu, Sivia. Aku nggak mau tinggalin kamu sendirian. Tadi, aku ketemu sama Mama, Vi. ”
“ Mama? Bukannya… ”
“ Iya, tadi Mama mau ngajak aku pergi. Tapi, jadinya Rio yang ikut sama Mama. ” potong Alvin.
“ Hah? Rio? Emang dia kenapa sampai ikut sama Mama kamu? ” tanya Sivia.
“ Entahlah… coba kamu tanya Agni aja. aku males nanyanya. Soalnya katanya Rio kesel liat Agni sama Debo. Apa terjadi sesuatu sama Rio? ”
“ Ssst… jangan berpikiran negative! Rio pasti baik-baik aja kok. Dia kan bisa jaga dirinya sendiri. ” ucap Sivia.
“ Iya juga sih. ”
“ Kenapa kamu kembali buat aku? Bukannya kamu pengen banget liat Mama kamu? ” tanya Sivia.
“ Aku nggak mau orang-orang disekitarku sedih. Mama bilang dia akan lahir kembali. Dan dia akan jadi anak kita nanti, Sivia. ” ucap Alvin sambil mengelus lembut perut Sivia.
“ Hah? Serius, Vin? ”
“ Iya, Mama tadi bilang gitu sama aku. ”
“ Hmm… ”
“ Kenapa, Vi? ”
“ Nggak apa-apa.”
****
“ Rio… rio bangun. Jangan tinggalin Ni, Io. ” Agni terus-terusan menangis memeluk tubuh Rio. Debo ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Agni. Ia bingung harus melakukan apa agar tidak sedih berkelanjutan.
“ Ag, Rio pasti bertahan buat lo. Dia nggak pergi tinggalin lo kok. ” Debo menahan airmatanya agar tidak tumpah.
“ De, jawab gue. Omongan Dokter tadi nggak bener kan? Rio nggak ninggalin gue kan, De? Dia masih hidup kan? Rio nggak mungkin tega ninggalin gue! Semua ini salah gue. ” Agni masih menangis memeluk tubuh Rio.
“ Nggak, Ag. Omongan Dokter tadi emang nggak bener kok. Rio masih hidup kok. Dia pasti bertahan buat lo. ” ucap Debo sambil menenangkan Agni.
“ Io… Io bangun. Bangun Rio. Jangan tinggalin aku. ”
“ Ag, udah jangan nangis terus. Kita berdoa aja supaya Rio diberikan hidup sekali lagi. Oya, maaf, Ag. Gue nggak bisa terima cincin ini. ” Debo menarik tangan Agni lalu meletakkan cincin itu di telapak tangan Agni.
Agni melepaskan pelukannya ke Rio lalu memandang Debo dihadapannya. “ Cincin ini? Jadi, kamu kembaliin cincin ini, De? ”
“ Iya, Ag. Gue sadar kalo lo emang pantasnya buat Rio. Bukan untuk gue. Dan karena gue Rio jadi kayak gini. Maapin gue, Ag. ”
Agni tertawa. “ Hahaha, jadi orang sunda nggak bisa bilang F ya, De? ”
“ Siapa bilang orang Sunda nggak bisa bilang F? Pitnah! Percaya aja sama kayak gitu. ”
“ Dasar. ”
“ A… ”
“ Rio… ” Agni dan Debo menoleh ke Rio.
“ A…Ag… ” Rio perlahan membuka matanya yang daritadi tertutup rapat. Ia tersenyum manis ketika melihat Agni dan Debo.
“ Rio… akhirnya kamu sadar. ” Agni langsung memeluk Rio dengan eratnya. Debo ikut tersenyum melihat sadarnya Rio.
“ Gimana lo bisa hidup lagi, Yo? ” tanya Debo.
“ Ceritanya panjang. Terus tadi gue ketemu Alvin. Tapi dia balik lagi. ”
“ Alvin? ” Agni melepaskan pelukannya. “ Ketemu dimana? ”
“ Ditempat yang indah banget. ”
“ Hmm… Yo. Maap ya kalo gue udah buat lo kayak gini. Gue janji nggak akan ganggu hubungan lo sama Agni lagi. ” Debo tersenyum.
“ Ketahuan sekarang. Lo nggak bisa bilang F ya? ”
“ Iya tuh, Io. Debo nggak bisa bilang F. katanya sih orang sunda nggak bisa bilang F. ”
“ Hah? Pitnah itu pitnah! Ngarang lo, Ag. ” ucap Debo.
“ Terserah. ”
****
“ Kalo lo bisa selingkuh sama Riko. Gue juga bisa selingkuh sama Agni. Jangan salahin gue, Shill. Kalo gue bakal pergi ninggalin lo. ”
“ GUE CINTA SAMA LO, AGNI! ” teriak Cakka.
BRAKKK…
Shilla membuka pintu UGD dengan kasarnya. Ia mendengar semua ucapan Cakka dari balik pintu. Shilla tak mengira bahwa Cakka akan seperti ini terhadap dirinya. Sakit hati yang Ia dapatkan.
“ Kalo cinta sama Agni kenapa pilih gue? Kenapa, Kka?! ” air mata Shilla mengalir.
“ S…shilla… ”
“ Dan asal lo tau, Cakka. Shilla itu nggak ada selingkuh sama gue. Shilla itu sayang banget sama lo, Cak. Ternyata lo bales kayak gini ke Shilla. ” Riko berdiri disamping Shilla.
“ Gue bisa jelasin semuanya. ”
“ Lo jahat! Gue pikir lo emang sayang sama gue, Kka. Ternyata lo mau nyakitin perasaan gue aja. ”
“ Hei… ini ide Alvin waktu sebelum study tour! Jangan salahin gue dong, Shill. ” ucap Cakka.
“ Maksud lo apa? Ide Alvin? Jadi lo dan temen-temen lo itu Cuma mau mainin perasaan anak-anak Five Girls? Iya? ”
“ Tahan emosi, Shill. ” bisik Riko pelan.
“ Iya, emang dari awal semuanya ide Alvin. ”
“ GUE MAU MEREKA SEMUA KUMPUL! ” teriak Shilla.
“ Oke, gue atur tempatnya. ”
****
@ Café StarClub
Five Boys dan Five Girls berkumpul.
“ Apa-apaan nih kita dikumpulin kayak gini? Gue baru keluar dari rumah sakit udah dikasih masalah kayak gini. ” protes Alvin.
“ Tau nih. Ada apaan coba dikumpulin gini? Nggak penting banget! ” ucap Rio sinis.
BRAKK—
Shilla memukul meja café penuh emosi. Ia memandang Alvin tajam.
“ Apa yang lo rencanain sama anak-anak FB? Bener lo dan temen-temen lo ini Cuma mau nyakitin perasaan anak Five Girls? Dan lo semua Cuma nyakitin perasaan kita. Iya? ” tanya Shilla.
“ Hah? Siapa yang ngasih tau semua ini? ” tanya Alvin tak percaya.
“ Gue… ” Cakka menunduk.
“ CAKKA!”
BERSAMBUNG—