***
Ify memulai harinya kembali. Hari dimana ia hidup sebagai seorang cewek ‘PLAYGIRL’. Sebenarnya, kemarin adalah saat dimana Ify ingin memutuskan hubungannya bersama Gabriel. Namun, entah mengapa Ify merasa ini belum saatnya untuk Gabriel. Jelas, Ify tidak mungkin menyia-nyiakan popularitas menjadi pacar seorang model terkenal. Siapa yang nolak?
Ify menyadari bahwa dirinya memang sangat tidak pantas untuk bersama Gabriel. Namun, apa mau dikata. Ify hanya ingin mempertahankan status ‘PLAYGIRL’-nya saat ini. Dan sosok Gabriel memang sangat pas untuk Ify. Walau jujur, Ify masih sangat penasaran dengan sosok Debo yang misterius.
Siapa dia? Siapa? Mengapa dia sangat membenci Ify? Sebegitu besarkan salah Ify terhadap dirinya? Entahlah! Ify sendiri bingung dengan semua ini. Bingung dengan sikap misterius Debo terhadapnya. Awalnya, Ify sangat ingin menjadikan Debo target selanjutnya. Tapi, rasanya Ify akan menarik kembali kata-kata itu.
“Sebenarnya apa sih maunya dia?” Ify terdiam sambil duduk di atap rumahnya. Memang kebiasaan Ify, selalu nekat dalam hal apapun. Tak peduli sebesar apapun bahaya yang menghampiri, Ify akan melawan sebisa mungkin. Ify termasuk sosok gadis yang tanggung dan penuh dengan perjuangan. Apapun yang ia ingin tidak didapatkan, Ify akan berusaha untuk mendapatkannya. Bagaimanapun caranya!
I’d like to tell myself, If you showed up tonight, I’d tell you to go to hell, And get on with my life. Handphone Ify berdering. Lagu Still Don’t Stop Me – Jessica Simpson, selalu berdering setiap ada pesan singkat yang masuk ke handphone Ify.
Ify meraih handphone dari sakunya kemudian tersenyum ketika melihat siapa orang yang mengirimkan pesan singkat tersebut.
From: Gabriel Prikitiew^_^
Good evening, my sweet heart :*
Ify tersenyum tipis lalu membalas sms kekasihnya itu.
To: Gabriel Prikitiew^_^
Good evening, too :*
Ify memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku. Tiba-tiba…
“Huaaaaaaa…” tubuh Ify jatuh terperosok kepinggir atap rumahnya. Ia hanya berpegangan pada ujung genteng yang berada dipinggir. Pikirannya kacau. Yang ada di pikiran Ify hanyalah selamat dari maut yang akan mengancamnya kini.
“Eh, kamu ngapain gelantungan diatas genteng?” laki-laki itu menghentikan langkah kakinya tepat di belakang rumah Ify. Ia hanya heran memandang Ify yang bergelantungan memegangi genteng rumahnya.
“Tolongin gue! Gue takut jatuh. Tolongin gue…” Ify memejamkan matanya. Ia takut akan sesuatu buruk yang akan menimpa dirinya hari ini. Padahal, baru tadi ia merasakan kebahagiaan bersama Gabriel. Namun, kini ketakutan yang dirasakan Ify. Ify Acro-phobia alias phobia ketinggian.
“Emang aku pikirin! Kamu mati juga aku nggak peduli. Aku cuma numpang lewat. Eh… nggak nyangka ternyata rumah gadis ‘PLAYGIRL’ ada disini toh.” Debo masih dengan tampang cuek, dingin dan misteriusnya nampak sangat tidak peduli dengan hal yang akan menimpa Ify. Debo-hanya-numpang-lewat. Bukan ingin menolong Ify.
“Tolong… tolongin aku, Debo! Please, aku acro-phobia.” Ify terus-terusan berusaha meminta pertolongan pada Debo. Namun, apa yang didapatkannya? Sikap cuek dari dalam diri Debo!
“Aku nggak peduli! Karena aku nggak kenal sama kamu. Tolong, jangan masuk ke dalam kehidupanku lagi!” Debo berlalu dari rumah Ify. Ia tak ada niat sama sekali untuk menolong Ify. Gadis seperti Ify nggak pantas untuk hidup! Pikirnya.
“MAMAAAAA… TOLONGIN IFY!” Ify berteriak kencang dari belakang rumahnya. Ia hanya berharap semua ini cepat berakhir. Ify masih ingin hidup. Masih ingin melanjutkan status ‘PLAYGIRL’-nya. Jadi, Ify nggak mau mati sia-sia cuma karena jatuh dari ketinggian.
“Yaampun… Non Ify. Non lompat darisana biar Pak Jojo nangkap. Ayo lompat, Non.” Tukang kebun Ify datang karena mendengar teriakan Ify yang cukup kencang di rumah.
“Pak Jojo, tolong! Ify takut ketinggian.” Ify berusaha menoleh ke bawah. Alhasil, Ify pun…
‘BRUK’. Ify terjatuh dalam dekapan Debo. Ia membuka matanya perlahan kemudian memandang sosok yang mendekapnya kini.
‘Debo?’ Ify menelan ludahnya. Ia berpikir bahwa Pak Jojo yang menyelamatkan dirinya. Tapi, kenapa bisa Debo? Apa maksudnya dia seperti ini?
Debo pun menurunkan Ify kemudian ia berlalu dari hadapan Ify. Ia nampak bingung sendiri mengapa dirinya bisa dengan cepatnya menolong gadis itu. Entahlah…
“Dingin dan misterius. Tapi… cueknya kemana?” Ify masih memandang kepergian Debo yang sudah menjauh dari hadapannya itu. Sikap Debo benar-benar membuat Ify semakin penasaran.
“Non, nggak ada yang luka kan? Laki-laki itu siapa?” tanya Pak Jojo. Ify pun tersadar dari lamunannya. Ia juga nampak bingung mengapa tiba-tiba Debo yang cuek seperti itu bisa peduli kepada dirinya.
“Nggak tau, Pak. Oya, aku nggak apa-apa kok.” Kata Ify sambil tersenyum tipis.
“Ya sudah, Pak Jo tinggal ya? Pak Jo lagi ada kerjaan di kebun.”
“Oh iya, silahkan, Pak. Maaf ya udah ngerepotin.”
Pak Jojo pun berlalu dari pandangan Ify. Ify terdiam sejenak lalu kemudian masuk kembali ke dalam rumahnya. Ia semakin dibuat penasaran oleh sosok Debo. Siapa sebenarnya dia?
***
“Pemandangannya indah banget ya, Vi.” Rio membelai lembut rambut Sivia yang berterbangan kesana kemari di tiup segarnya angina di sore hari. Rio baru saja tiba di bukit indah di daerah Jakarta. Sudah lama sekali ia ingin menunjukkan keindahan alam ciptaan Tuhan ini pada Sivia. Namun, baru hari ini akhirnya Rio bisa mengajak Sivia jalan berdua diatas bukit yang indah dan sejuk ini.
“Sumpaaah! Ini indah banget, Yo. Aku baru pertama kalinya ngeliat bukit indah kayak gini. Rumput hijau yang indah terus juga bunga-bunga yang bermekaran. Ini indah banget.” Sivia terkagum-kagum melihat indahnya panorama alam di depannya. Sungguh, Sivia baru pertama kalinya mengunjungi tempat yang seperti ini bersama kekasihnya. Bukit, akan dijadikan tempat favorit Sivia yang kedua. Tempat favorit Sivia yang pertama adalah rumah pohon. Tempat dimana pertama kali Rio menyatakan cintanya. Tepatnya 7 tahun yang lalu.
“Aku seneeeng banget liat kamu bahagia kayak gini, Vi. Rasanya hatiku berdesir hebat waktu liat kamu bahagia. Ini kedua kalinya aku ngerasa seneng seperti ini, Vi.” Rio merangkul Sivia disampingnya. Memang, kedua kalinya Rio merasa senang melihat Sivia tersenyum bahagia. Moment yang tidak akan pernah dilupakan oleh Rio dalam hidupnya. Cepat atau lambat, Rio pasti akan membicarakan ini semua kepada kedua orang tuanya dan juga orang tua Sivia.
“Kamu tau nggak, Yo? Kamu itu… cowok yang sempurna dimataku! Kamu selalu buat aku tersenyum bahagia seperti ini. Aku sayang sama kamu,”
Rio tersenyum lalu melingkarkan tangannya di pinggang Sivia. “Aku juga sayang sama kamu. Aku nggak akan pernah lupain semua ini. Dan… aku harap sepulang dari Bali, kita bisa bicarain semua ini sama Mama dan Papa ya? Aku harap mereka setuju dengan semua ini.”
“Aku juga berharap seperti itu. Dan Bali akan aku pakai sebagai tempat favorit yang ketiga.” balas Sivia sambil tersenyum.
‘Kamu tau, Vi. Aku itu nggak sanggup buat kehilangan kamu.’ Batin Rio sambil memandang Sivia disampingnya. Ia tidak ingin hari ini berakhir dengan begitu cepat.
***
“Kka, aku tadi nolongin gadis itu.” Debo tersenyum kecut lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur Cakka.
“Hah? Gadis itu? Siapa?” tanya Cakka ingin tahu. Cakka memang tidak mengetahui segalanya tentang Debo. Cakka hanya tahu sedikit tentang penyakit yang dialami Debo. Girl-phobia(?) semacam penyakit phobia sama yang namanya cewek. Semua itu diakibatkan karena kejadian menyakitkan dimasa lalu Debo.
“Ify! Gadis itu. Aku nggak kenal siapa dia. Tapi, kenapa dia ganggu aku terus, Kka? Tadi dia hampir jatuh dari atas genteng.”
Cakka terkejut. Cakka memang juga tidak mengenal siapa Ify sebenarnya. Ify yang notabene-nya adalah seorang ‘PLAYGIRL’. Playgirl yang terkenal se-Jakarta karena keseringannya ganti-ganti pasangan. “Lo nolongin dia? Kok bisa?”
“Aku kebetulan aja lewat sana, Kka. Awalnya aku nggak peduli mau dia jatuh atau mati sekalian. Tapi, hati kecilku berkata kalau aku harus nolongin dia. Makanya, tiba-tiba aja aku udah nangkap dia dalam pelukanku. Aku bingung dengan semua ini.”
“Phobia lo gimana? Udah sembuh atau tambah parah? Kasian gitu Shilla elo jutekin terus.” Cakka tersenyum masam.
“Nggak ada hubungannya sama phobia-ku! Sampai saat ini aku masih belum bisa menghilangkan girl-phobia. Yang namanya cewek bener-bener bikin aku pusing. Termasuk juga aku pusing sama pacar kamu itu. Shilla itu bawel ya.”
Cakka meringis kemudian tertawa perlahan. “Apa? Shilla bawel? Shilla itu bukannya bawel. Tapi, dia itu bisa berpikiran dewasa. Bukannya elo! Jamannya sekarang masih aja pakai aku-kamu. Lo kata jaman apaan. Jadi anak gaul dikit dong, De.”
“Gaul? Kata-kata itu sangat nggak pantas untuk diucapkan. Gaul itu nggak ada di dalam hidupku, Kka. Lagian lebih enak juga pakai bahasa indonesia yang baik dan benar.”
Cakka mencibir. “Up to you deh. Terus gimana lagi tentang gadis itu?”
“Hah?” Debo gelagapan lalu duduk di samping Cakka. “Siapa?”
“Heehhh... Ify! Gadis yang kini status-nya berpacaran dengan Gabriel Stevent Damanik. Gabriel yang notabene-nya adalah seorang model terke...”
“Aku udah tau!” Debo membekap mulut Cakka agar tak berkomentar panjang lebar mengenai Ify dan juga Gabriel. “Don’t say about Ify and Gabriel again.”
Cakka menurunkan tangan Debo. “Terus, yang jadi masalah disini apa? Lo ngapain peduli sama dia? Kemana sikap cuek lo selama ini?”
“AKU TERPAKSA! Aku terpaksa ngelakuin semua itu. Semua ini bukan keinginanku. Tapi, semua ini kemauan hatiku. Entah kenapa tiba-tiba hatiku itu mengarah masuk ke rumah gadis itu.”
Cakka tersentak. “Rumah? Lo lewat rumahnya dia?”
Debo menggeleng cepat. Ia hanya tidak mau Cakka menuduhnya yang bukan-bukan. Debo-hanya-lewat-di belakang-rumah-Ify. Bukannya sengaja lewat. “Aku cuma numpang lewat di belakang rumahnya. Eh... Nggak taunya aku liat dia gelantungan di genteng. Awalnya aku udah mau pergi dari rumah itu menuju rumahmu. Nggak tau kenapa aku langsung nyamperin rumahnya.”
“Cieee... Jatuh cinta sama Ify ya?”
“What? Nggak mungkin! Gila aja aku jatuh cinta sama playgirl kayak dia. Aku itu nggak suka sama yang namanya cewek. Ingat kata-kataku.”
Cakka tersenyum meledek. “Oh ya? Gue pegang omongan lo, De. Jangan sampai suatu saat nanti gue temuin lo pacaran sama Ify.”
Buukkk.-.
Debo melempar bantal guling tepat ke arah wajah Cakka. “Enak aja! Aku nggak akan pacaran sama cewek kayak dia. Idih... Say no to Ify deh.”
“Yee... Maaf. Gue kan cuma bercanda. Jadi, lo serius beneran benci sama Ify dan juga Gabriel?” tanya Cakka.
“What do you think? I will always hate Ify and Gabriel.”
“Lo emang keras kepala ya! Ck. Percuma aja saran Shilla selama ini ke lo.”
“Shilla? What happen with her?”
Cakka cekikikan. “Lo jaman banget bahasa inggris ya.”
Debo tersenyum. “Kka, pinjem kamar mandi ya?”
Cakka mengangguk sambil menepuk pundak Debo pelan. “Yee... Orang pada matic lo masih manual aja.”
“Biarin!” Debo pun langsung pergi meninggalkan Cakka.
***
“Siapa dia sebenarnya, Iel? Dia bikin aku pusing kayak gini.” Ify kini bersama Gabriel. Ia memang sengaja menyuruh Gabriel datang ke rumahnya. Ify tidak suka apabila memendam masalah ini sendirian. Dan karena Debo, Ify jadi 2x lipat benci sama yang namanya ketinggian.
“Cowok yang waktu itu di deket pasangan Cakka-Shilla?” tanya Gabriel.
Ify mengangguk. “Iya, dia si cowok misterius itu. Dia yang udah buat aku nangis waktu itu, Iel. Dan dia juga yang nolongin aku waktu mau jatuh dari atap.”
“Wow, dia itu bener-bener misterius ya. Ada cowok yang kayak gitu. Sayangnya, dia itu sulit di tebak. Ya udahlah, lagian dia juga nggak suka liat kita kan? Ngapain juga ngurusin dia.”
Ify berpikir sejenak. “Ikut aku, Iel.”
“Kemana?”
“Ke tempat kontes ajang pemilihan best couple.”
Gabriel melotot. “Buat apalagi kesana?”
“Nyari informasi. Ayo...”
Gabriel pun mengikuti langkah kekasihnya itu. Apa yang mau dilakukan Ify? Gabriel sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu.
OKE, ini part 2.
Dilike+coment yaa :D