Selasa, 12 Juli 2011

Secret Of Love #2


*** 

Ify memulai harinya kembali. Hari dimana ia hidup sebagai seorang cewek ‘PLAYGIRL’. Sebenarnya, kemarin adalah saat dimana Ify ingin memutuskan hubungannya bersama Gabriel. Namun, entah mengapa Ify merasa ini belum saatnya untuk Gabriel. Jelas, Ify tidak mungkin menyia-nyiakan popularitas menjadi pacar seorang model terkenal. Siapa yang nolak? 

Ify menyadari bahwa dirinya memang sangat tidak pantas untuk bersama Gabriel. Namun, apa mau dikata. Ify hanya ingin mempertahankan status ‘PLAYGIRL’-nya saat ini. Dan sosok Gabriel memang sangat pas untuk Ify. Walau jujur, Ify masih sangat penasaran dengan sosok Debo yang misterius. 
Siapa dia? Siapa? Mengapa dia sangat membenci Ify? Sebegitu besarkan salah Ify terhadap dirinya? Entahlah! Ify sendiri bingung dengan semua ini. Bingung dengan sikap misterius Debo terhadapnya. Awalnya, Ify sangat ingin menjadikan Debo target selanjutnya. Tapi, rasanya Ify akan menarik kembali kata-kata itu. 

“Sebenarnya apa sih maunya dia?” Ify terdiam sambil duduk di atap rumahnya. Memang kebiasaan Ify, selalu nekat dalam hal apapun. Tak peduli sebesar apapun bahaya yang menghampiri, Ify akan melawan sebisa mungkin. Ify termasuk sosok gadis yang tanggung dan penuh dengan perjuangan. Apapun yang ia ingin tidak didapatkan, Ify akan berusaha untuk mendapatkannya. Bagaimanapun caranya! 

I’d like to tell myself, If you showed up tonight, I’d tell you to go to hell, And get on with my life. Handphone Ify berdering. Lagu Still Don’t Stop Me – Jessica Simpson, selalu berdering setiap ada pesan singkat yang masuk ke handphone Ify. 
Ify meraih handphone dari sakunya kemudian tersenyum ketika melihat siapa orang yang mengirimkan pesan singkat tersebut. 

From: Gabriel Prikitiew^_^ 

Good evening, my sweet heart :* 

Ify tersenyum tipis lalu membalas sms kekasihnya itu. 

To: Gabriel Prikitiew^_^ 

Good evening, too :* 

Ify memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku. Tiba-tiba… 

“Huaaaaaaa…” tubuh Ify jatuh terperosok kepinggir atap rumahnya. Ia hanya berpegangan pada ujung genteng yang berada dipinggir. Pikirannya kacau. Yang ada di pikiran Ify hanyalah selamat dari maut yang akan mengancamnya kini. 

“Eh, kamu ngapain gelantungan diatas genteng?” laki-laki itu menghentikan langkah kakinya tepat di belakang rumah Ify. Ia hanya heran memandang Ify yang bergelantungan memegangi genteng rumahnya. 

“Tolongin gue! Gue takut jatuh. Tolongin gue…” Ify memejamkan matanya. Ia takut akan sesuatu buruk yang akan menimpa dirinya hari ini. Padahal, baru tadi ia merasakan kebahagiaan bersama Gabriel. Namun, kini ketakutan yang dirasakan Ify. Ify Acro-phobia alias phobia ketinggian. 

“Emang aku pikirin! Kamu mati juga aku nggak peduli. Aku cuma numpang lewat. Eh… nggak nyangka ternyata rumah gadis ‘PLAYGIRL’ ada disini toh.” Debo masih dengan tampang cuek, dingin dan misteriusnya nampak sangat tidak peduli dengan hal yang akan menimpa Ify. Debo-hanya-numpang-lewat. Bukan ingin menolong Ify. 

“Tolong… tolongin aku, Debo! Please, aku acro-phobia.” Ify terus-terusan berusaha meminta pertolongan pada Debo. Namun, apa yang didapatkannya? Sikap cuek dari dalam diri Debo! 

“Aku nggak peduli! Karena aku nggak kenal sama kamu. Tolong, jangan masuk ke dalam kehidupanku lagi!” Debo berlalu dari rumah Ify. Ia tak ada niat sama sekali untuk menolong Ify. Gadis seperti Ify nggak pantas untuk hidup! Pikirnya. 

“MAMAAAAA… TOLONGIN IFY!” Ify berteriak kencang dari belakang rumahnya. Ia hanya berharap semua ini cepat berakhir. Ify masih ingin hidup. Masih ingin melanjutkan status ‘PLAYGIRL’-nya. Jadi, Ify nggak mau mati sia-sia cuma karena jatuh dari ketinggian. 

“Yaampun… Non Ify. Non lompat darisana biar Pak Jojo nangkap. Ayo lompat, Non.” Tukang kebun Ify datang karena mendengar teriakan Ify yang cukup kencang di rumah. 

“Pak Jojo, tolong! Ify takut ketinggian.” Ify berusaha menoleh ke bawah. Alhasil, Ify pun… 

‘BRUK’. Ify terjatuh dalam dekapan Debo. Ia membuka matanya perlahan kemudian memandang sosok yang mendekapnya kini. 

‘Debo?’ Ify menelan ludahnya. Ia berpikir bahwa Pak Jojo yang menyelamatkan dirinya. Tapi, kenapa bisa Debo? Apa maksudnya dia seperti ini? 

Debo pun menurunkan Ify kemudian ia berlalu dari hadapan Ify. Ia nampak bingung sendiri mengapa dirinya bisa dengan cepatnya menolong gadis itu. Entahlah… 

“Dingin dan misterius. Tapi… cueknya kemana?” Ify masih memandang kepergian Debo yang sudah menjauh dari hadapannya itu. Sikap Debo benar-benar membuat Ify semakin penasaran. 

“Non, nggak ada yang luka kan? Laki-laki itu siapa?” tanya Pak Jojo. Ify pun tersadar dari lamunannya. Ia juga nampak bingung mengapa tiba-tiba Debo yang cuek seperti itu bisa peduli kepada dirinya. 

“Nggak tau, Pak. Oya, aku nggak apa-apa kok.” Kata Ify sambil tersenyum tipis. 

“Ya sudah, Pak Jo tinggal ya? Pak Jo lagi ada kerjaan di kebun.” 

“Oh iya, silahkan, Pak. Maaf ya udah ngerepotin.” 

Pak Jojo pun berlalu dari pandangan Ify. Ify terdiam sejenak lalu kemudian masuk kembali ke dalam rumahnya. Ia semakin dibuat penasaran oleh sosok Debo. Siapa sebenarnya dia? 

*** 

“Pemandangannya indah banget ya, Vi.” Rio membelai lembut rambut Sivia yang berterbangan kesana kemari di tiup segarnya angina di sore hari. Rio baru saja tiba di bukit indah di daerah Jakarta. Sudah lama sekali ia ingin menunjukkan keindahan alam ciptaan Tuhan ini pada Sivia. Namun, baru hari ini akhirnya Rio bisa mengajak Sivia jalan berdua diatas bukit yang indah dan sejuk ini. 

“Sumpaaah! Ini indah banget, Yo. Aku baru pertama kalinya ngeliat bukit indah kayak gini. Rumput hijau yang indah terus juga bunga-bunga yang bermekaran. Ini indah banget.” Sivia terkagum-kagum melihat indahnya panorama alam di depannya. Sungguh, Sivia baru pertama kalinya mengunjungi tempat yang seperti ini bersama kekasihnya. Bukit, akan dijadikan tempat favorit Sivia yang kedua. Tempat favorit Sivia yang pertama adalah rumah pohon. Tempat dimana pertama kali Rio menyatakan cintanya. Tepatnya 7 tahun yang lalu. 

“Aku seneeeng banget liat kamu bahagia kayak gini, Vi. Rasanya hatiku berdesir hebat waktu liat kamu bahagia. Ini kedua kalinya aku ngerasa seneng seperti ini, Vi.” Rio merangkul Sivia disampingnya. Memang, kedua kalinya Rio merasa senang melihat Sivia tersenyum bahagia. Moment yang tidak akan pernah dilupakan oleh Rio dalam hidupnya. Cepat atau lambat, Rio pasti akan membicarakan ini semua kepada kedua orang tuanya dan juga orang tua Sivia. 

“Kamu tau nggak, Yo? Kamu itu… cowok yang sempurna dimataku! Kamu selalu buat aku tersenyum bahagia seperti ini. Aku sayang sama kamu,” 

Rio tersenyum lalu melingkarkan tangannya di pinggang Sivia. “Aku juga sayang sama kamu. Aku nggak akan pernah lupain semua ini. Dan… aku harap sepulang dari Bali, kita bisa bicarain semua ini sama Mama dan Papa ya? Aku harap mereka setuju dengan semua ini.” 

“Aku juga berharap seperti itu. Dan Bali akan aku pakai sebagai tempat favorit yang ketiga.” balas Sivia sambil tersenyum. 

‘Kamu tau, Vi. Aku itu nggak sanggup buat kehilangan kamu.’ Batin Rio sambil memandang Sivia disampingnya. Ia tidak ingin hari ini berakhir dengan begitu cepat. 

*** 

“Kka, aku tadi nolongin gadis itu.” Debo tersenyum kecut lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur Cakka. 

“Hah? Gadis itu? Siapa?” tanya Cakka ingin tahu. Cakka memang tidak mengetahui segalanya tentang Debo. Cakka hanya tahu sedikit tentang penyakit yang dialami Debo. Girl-phobia(?) semacam penyakit phobia sama yang namanya cewek. Semua itu diakibatkan karena kejadian menyakitkan dimasa lalu Debo. 

“Ify! Gadis itu. Aku nggak kenal siapa dia. Tapi, kenapa dia ganggu aku terus, Kka? Tadi dia hampir jatuh dari atas genteng.” 

Cakka terkejut. Cakka memang juga tidak mengenal siapa Ify sebenarnya. Ify yang notabene-nya adalah seorang ‘PLAYGIRL’. Playgirl yang terkenal se-Jakarta karena keseringannya ganti-ganti pasangan. “Lo nolongin dia? Kok bisa?” 

“Aku kebetulan aja lewat sana, Kka. Awalnya aku nggak peduli mau dia jatuh atau mati sekalian. Tapi, hati kecilku berkata kalau aku harus nolongin dia. Makanya, tiba-tiba aja aku udah nangkap dia dalam pelukanku. Aku bingung dengan semua ini.” 

“Phobia lo gimana? Udah sembuh atau tambah parah? Kasian gitu Shilla elo jutekin terus.” Cakka tersenyum masam. 

“Nggak ada hubungannya sama phobia-ku! Sampai saat ini aku masih belum bisa menghilangkan girl-phobia. Yang namanya cewek bener-bener bikin aku pusing. Termasuk juga aku pusing sama pacar kamu itu. Shilla itu bawel ya.” 

Cakka meringis kemudian tertawa perlahan. “Apa? Shilla bawel? Shilla itu bukannya bawel. Tapi, dia itu bisa berpikiran dewasa. Bukannya elo! Jamannya sekarang masih aja pakai aku-kamu. Lo kata jaman apaan. Jadi anak gaul dikit dong, De.” 

“Gaul? Kata-kata itu sangat nggak pantas untuk diucapkan. Gaul itu nggak ada di dalam hidupku, Kka. Lagian lebih enak juga pakai bahasa indonesia yang baik dan benar.” 

Cakka mencibir. “Up to you deh. Terus gimana lagi tentang gadis itu?” 

“Hah?” Debo gelagapan lalu duduk di samping Cakka. “Siapa?” 

“Heehhh... Ify! Gadis yang kini status-nya berpacaran dengan Gabriel Stevent Damanik. Gabriel yang notabene-nya adalah seorang model terke...” 

“Aku udah tau!” Debo membekap mulut Cakka agar tak berkomentar panjang lebar mengenai Ify dan juga Gabriel. “Don’t say about Ify and Gabriel again.” 

Cakka menurunkan tangan Debo. “Terus, yang jadi masalah disini apa? Lo ngapain peduli sama dia? Kemana sikap cuek lo selama ini?” 

“AKU TERPAKSA! Aku terpaksa ngelakuin semua itu. Semua ini bukan keinginanku. Tapi, semua ini kemauan hatiku. Entah kenapa tiba-tiba hatiku itu mengarah masuk ke rumah gadis itu.” 

Cakka tersentak. “Rumah? Lo lewat rumahnya dia?” 

Debo menggeleng cepat. Ia hanya tidak mau Cakka menuduhnya yang bukan-bukan. Debo-hanya-lewat-di belakang-rumah-Ify. Bukannya sengaja lewat. “Aku cuma numpang lewat di belakang rumahnya. Eh... Nggak taunya aku liat dia gelantungan di genteng. Awalnya aku udah mau pergi dari rumah itu menuju rumahmu. Nggak tau kenapa aku langsung nyamperin rumahnya.” 

“Cieee... Jatuh cinta sama Ify ya?” 

“What? Nggak mungkin! Gila aja aku jatuh cinta sama playgirl kayak dia. Aku itu nggak suka sama yang namanya cewek. Ingat kata-kataku.” 

Cakka tersenyum meledek. “Oh ya? Gue pegang omongan lo, De. Jangan sampai suatu saat nanti gue temuin lo pacaran sama Ify.” 

Buukkk.-. 
Debo melempar bantal guling tepat ke arah wajah Cakka. “Enak aja! Aku nggak akan pacaran sama cewek kayak dia. Idih... Say no to Ify deh.” 

“Yee... Maaf. Gue kan cuma bercanda. Jadi, lo serius beneran benci sama Ify dan juga Gabriel?” tanya Cakka. 

“What do you think? I will always hate Ify and Gabriel.” 

“Lo emang keras kepala ya! Ck. Percuma aja saran Shilla selama ini ke lo.” 

“Shilla? What happen with her?” 

Cakka cekikikan. “Lo jaman banget bahasa inggris ya.” 

Debo tersenyum. “Kka, pinjem kamar mandi ya?” 

Cakka mengangguk sambil menepuk pundak Debo pelan. “Yee... Orang pada matic lo masih manual aja.” 

“Biarin!” Debo pun langsung pergi meninggalkan Cakka. 

*** 

“Siapa dia sebenarnya, Iel? Dia bikin aku pusing kayak gini.” Ify kini bersama Gabriel. Ia memang sengaja menyuruh Gabriel datang ke rumahnya. Ify tidak suka apabila memendam masalah ini sendirian. Dan karena Debo, Ify jadi 2x lipat benci sama yang namanya ketinggian. 

“Cowok yang waktu itu di deket pasangan Cakka-Shilla?” tanya Gabriel. 

Ify mengangguk. “Iya, dia si cowok misterius itu. Dia yang udah buat aku nangis waktu itu, Iel. Dan dia juga yang nolongin aku waktu mau jatuh dari atap.” 

“Wow, dia itu bener-bener misterius ya. Ada cowok yang kayak gitu. Sayangnya, dia itu sulit di tebak. Ya udahlah, lagian dia juga nggak suka liat kita kan? Ngapain juga ngurusin dia.” 

Ify berpikir sejenak. “Ikut aku, Iel.” 

“Kemana?” 

“Ke tempat kontes ajang pemilihan best couple.” 

Gabriel melotot. “Buat apalagi kesana?” 

“Nyari informasi. Ayo...” 

Gabriel pun mengikuti langkah kekasihnya itu. Apa yang mau dilakukan Ify? Gabriel sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu. 


OKE, ini part 2. 
Dilike+coment yaa :D

Secret Of Love #1


***

“Dan… Pemenang kontes pemilihan best couple Tahun 2011 adalah…”

Ify mulai gemetaran. Ia terus mengenggam jemari kekasihnya. Ia sudah tidak sabar ingin menjadi pemenang best couple tahun ini bersama kekasihnya –Gabriel–. Ify sudah tidak sabar ingin mendapatkan tiket jalan-jalan gratis ke Bali bersama Gabriel. Tahun lalu, Ify bersama mantan kekasihnya –Alvin– sukses meraih hadiah ajang kontes couple yang sama. Akan tetapi, tahun lalu Ify mendapat tiket jalan-jalan ke Singapura. Jujur, Ify sudah sangat bosan pergi ke luar negeri. Maka dari itu, Ify tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk pergi ke Pulau Dewata Bali. Pulau yang terkenal dengan 1000 Pura, Pantai yang indah dan juga tempat wisatanya masih banyak lagi*promosi.com*. Ify juga belum pernah sama sekali mengunjungi Pulau Bali. Apalagi, kini Ify perginya bersama Gabriel. Gabriel yang notabenenya adalah seorang model yang sedang naik daun.

“Ify-Iel, kalian pasti bisa!”
Teriakan fans couple Ify-Gabriel mulai terdengar di panggung terbuka di Jakarta. Ify tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya pada orang-orang yang berkerumunan di depan panggung terbuka itu. Ify menghentikan lambaian tangannya ketika ia dilirik oleh sesosok cowok cuek dan misterius di dekat panggung. Ia menelan ludahnya lalu memalingkan wajahnya pada Gabriel.

“Say, kita pasti menang kan?” bisik Ify pelan.

Gabriel merangkul Ify lalu tersenyum tipis. “Pasti! Kita pasti bisa kok ngalahin pasangan-pasangan lainnya.”

Ify kembali tersenyum. Ia begitu semangat apabila Gabriel merangkulnya. Entah mengapa Ify merasa aneh bersama Gabriel. Padahal, Ify cuma memakai Gabriel hanya untuk dimanfaatkan sesaat. Sama kasusnya seperti mantan-mantan Ify yang sebelumnya. Ify hanya menggunakan cowok hanya untuk kepuasan sesaat. Setelah itu, Ify akan membuang cowok itu dengan gampangnya. Ify di cap ‘PLAYGIRL’  kelas atas oleh semua teman-teman dan keluarganya. Namun, Gabriel sama sekali tidak mengetahui bahwa Ify adalah seorang PLAYGIRL. Maka dari itu, Ify mencoba menyembunyikan status PLAYGIRL-nya di depan Gabriel.

“Ify-Iel. Selamat! Kalian berhasil memenangkan kontes best couple tahun ini. 2 hari lagi kalian akan diberangkatkan menuju Pulau Dewata Bali. Semoga kalian tetap menjadi best couple forever.” Kata MC acara itu.

“Iel, kita menang! Kita pergi ke Bali.” Ify tersenyum puas dengan kemenangan yang di terimanya. Ia merasa sangat senang sekali karena akan berkunjung ke Pulau Dewata Bali.

“Akhirnyaaa…” Gabriel ikut tersenyum. “Kita pergi ke Bali, Fy.”

Ify melompat kegirangan. “Iya. Aku pengen ke Kuta, Lovina terus Nusa Dua dan Ubud. Eh… nggak lupa juga ada Tanah Lot dan Sanur yang indah banget di Bali.”

Gabriel tersenyum tipis. Ia terdiam sesaat ketika pasangan lainnya mulai berjalan untuk memberikan selamat kepada best couple tahun ini.

“Selamat ya, bro. Lo berdua emang pantas kok jadi best couplenya. Gue sama Sivia juga jadi runner-upnya. Jadi, sampai ketemu di Bali.” Pasangan runner-up itu berjalan lalu memberikan selamat kepada Ify dan Gabriel yang menjadi pemenang kontes best couple.

“Thank’s.” ucap Ify dan Gabriel serempak.

Pasangan ketiga melewati Ify-Gabriel dengan tatapan sinis. Mereka berlalu tanpa memberi selamat pada Ify-Gabriel. Kesal, itulah yang ada di benak mereka. Karena akibat Ify dan Gabriel, pasangan itu tidak mendapat tiket pergi ke Bali.

“Idih, siapa juga yang mau dikasih selamat sama elo. Najis!” gumam Ify sambil melirik ke arah dua pasangan yang ternyata menghampiri sosok cowok cuek, dingin dan misterius itu.

“Buat pasangan Ify-Gabriel dan Rio-Sivia, kalian akan berangkat ke Bali pada hari yang sama. Terus… buat pasangan Cakka-Shilla, kalian jangan berkecil hati. Masih ada tahun depan untuk menjadi pemenang best couple. Dan sekarang, kalian boleh pulang.”

Ify masih mematung memandang cowok misterius yang juga memandangnya itu. Tatapan sinis diperlihatkan cowok itu. Ify benar-benar penasaran dengan cowok misterius di dekat panggung. Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Ify seperti itu?

“Fy…” Gabriel menyadarkan lamunan Ify. “Kenapa ngelirik mereka bertiga? Cakka-Shilla kan emang nggak pernah terpilih jadi pasangan best couple! Karena mereka emang nggak cocok untuk dibilang sebagai best couple.”

“Dingin dan misterius.” Ucap Ify pelan namun terdengar Gabriel.

“Apa? Siapa yang dingin dan misterius?”

Ify menoleh. “Hah? Bu..bukan siapa-siapa kok. Mau pulang sekarang?”

“Ya iya lah. Emangnya kamu mau diem disini terus? Kita kan udah menang, Fy!”

“ Kita kesana yuk, Iel. Aku nggak enak sama mereka bertiga.” Ajak Ify sambil menunjuk arah di dekat panggung.

“Ngapain? Kok kamu peduli banget sih sama mereka?” Tanya Gabriel curiga.

Ify mulai gelagapan. Ia sendiri nampak bingung mengapa harus peduli pada Cakka-Shilla dan cowok misterius itu. “Plis…”

Gabriel menyipitkan matanya lalu tersenyum. “Ya udah. Jangan lama-lama ya!”

“Kamu ikut dong?”

Gabriel menggeleng. “Nggak. Aku tunggu disini aja. Jangan lama-lama ya.”

“Ya udah deh,” kata Ify berlalu sambil memanyunkan bibirnya.

Ify berjalan perlahan mendekati pinggir panggung. Ia menyunggingkan senyumannya pada pasangan Cakka-Shilla dan juga cowok misterius itu.

“Hey, kalian pengen ke Bali juga kan? Kalian ikut kita aja,” ajak Ify sambil tersenyum.

Cowok misterius itu bangkit lalu menatap tajam Ify. “Kamu pikir dengan ngomong gitu semuanya selesai! Asal kamu tahu, Ify! Kita nggak butuh tiket gratis buat pergi ke Pulau Bali. Kamu jadi cewek nggak usah belagu dan sok eksis. Mentang-mentang pacaran sama model aja belagu.”

Ify mengerutkan dahinya. “Maksud kamu apa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku? Memangnya aku punya salah sama kamu?”

“Kamu nggak tau siapa aku? Kemana aja? Aku ini Debo. Dan karena kamu dan cowok kamu itu, Cakka sama Shilla jadi nggak bisa pergi ke Bali. Puas kan kamu? Iya? Puas kan?” Debo memandang sinis Ify. Hatinya kesal. Benar-benar kesal hanya karena cewek nggak penting seperti Ify.

“Maaf, tapi aku nggak bermaksud seperti itu.” Ify menunduk. Ia merasa sangat dipermalukan oleh cowok misterius seperti Debo.

“Kamu pikir aku nggak tau ya? Cowok kamu itu bilang Cakka-Shilla pasangan yang nggak cocok, kan? Mau kamu apa sih? Kamu nggak puas dengan tiket ke Bali sampai menghina sahabatku?”

Cakka menahan emosi Debo. Ia tidak ingin keributan semakin menjadi-jadi akibat ulah Debo. “Heh… lo pergi deh darisini! Gue nggak mau lihat wajah elo lagi.” Usir Cakka pada Ify.

Ify berlari meninggalkan Debo, Cakka dan Shilla. Air matanya perlahan-lahan menetes membasahi pipi. Sungguh! Ify baru kali ini dipermalukan hanya karena masalah tiket gratis ke Bali. Bisa-bisa status Ify sebagai ‘PLAYGIRL’ kelas atas jadi hilang hanya karena masalah kecil seperti ini.

“FY, IFY TUNGGUIN AKU!” Gabriel mengejar langkah kaki Ify yang semakin menjauh meninggalkannya. Ia bingung mengapa tiba-tiba Ify berlari sambil menangis. Lirikannya mengarah pada arah dekat panggung. Lalu tiba-tiba ia mengeluarkan kedua jari tengahnya ke arah Debo, Cakka dan Shilla.

***

Rio berjalan-jalan bersama Sivia di sekitar Taman indah di kota Jakarta. Sudah lama sekali Rio tidak membawa Sivia mengunjungi tempat-tempat seperti ini. Ia merindukan saat-saat romantic berdua bersama Sivia. Saat, ketika Rio menyatakan cintanya pada Sivia. Rio mengajak Sivia duduk di taman itu. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya berdua dengan Sivia.

‘Senyummu mengalihkan duniaku, Sivia. Sungguh baiknya Tuhan menciptakan makhluk cantik seperti dirimu.’ Batin Rio sambil tersenyum memandang Sivia.

“Yo, aku harap ini bukan saat terakhir buat kita ya. Aku nggak mau saat indah yang ku lalui bersamamu berakhir begitu saja.”

Rio kaget. Ia menatap Sivia dalam-dalam. Ia bingung kenapa Sivia bisa mengatakan itu semua. Rio sayang Sivia. Itu yang diucapkan Rio sekitar 7 tahun yang lalu. Namun, kini sama sekali jarang di ucapkan oleh Rio.

“Kenapa?” Tanya Rio.

“Kenapa apanya?”

Rio mendengus lalu melipat kedua tangannya di dada. “Kenapa kamu bicara seperti itu? Rio sayang Sivia!”

Sivia menoleh. “Apaan sih, Yo? Itu kan jadul banget. Itu kata-kata kamu ucapin waktu kita kelas 2 SMP kan? Waktu umur kita 13 tahun. Tapi, nggak apa-apa deh. Sivia juga sayang sama Rio.”

Rio tersenyum lalu memandang langit yang nampak cerah pada sore hari itu. ‘Tuhan, aku percaya semua pada-Mu. Semoga saja Sivia adalah jodoh yang Tuhan kirim untukku.’

“Aku sayang banget sama kamu, Yo. Semoga aja nanti pas kita ke Bali, kita bisa bicarain semua sama Mama dan Papa ya? Aku nggak mau kehilangan kamu.” Sivia memeluk Rio.

Rio tersenyum manis lalu membalas pelukan Sivia. “Aku akan bicarain semuanya sama Mama dan Papa. Lagian, mereka juga udah tau kita pacaran. Selama ini mereka juga baik-baik aja. Nggak ada komentarin tentang hubungan kita, kan?”

Sivia mengangguk. “Iya, nggak ada sih. Tapi, firasatku nggak enak. Aku takut kalau mereka ngelarang kita cuma karena kita beda agama, Yo. Aku nggak mau semua itu terjadi.”

“Kamu tenang aja! Kamu emang nggak mau jadi agama Kristen? Kalau kamu emang nggak mau, aku juga nggak bisa maksa kamu.”

Sivia sontak melepaskan pelukannya. “Kamu kenapa bicara seperti itu? Aku emang nggak bisa untuk pindah keyakinan.Tapi, apa kamu nggak sayang sama aku? Kalau kamu sayang sama aku, cari jalan keluar untuk semua ini.”

Rio berdiri menghadap Sivia. “Jalan satu-satunya adalah pindah keyakinan. Tapi, kalau kamu nggak bisa, kita nggak akan bisa bersatu, Vi.”

“Aku tak percaya semua ini! Maafkan perpisahan ini. Semua ini bukan keinginanku. Keyakinan itu membuat kita jauh. Tapi, ingat selalu aku sayang sama kamu, Rio.”

Rio menganga. Ia tak percaya semua ini. Rio tak percaya dengan semua ucapan yang dilontarkan seketika dari mulut kekasihnya sendiri. Perpisahan? Keyakinan? Mengapa harus keyakinan yang memisahkan semua ini?

“Maaf, Yo. Lebih baik kita putus aja.”

“Apa? Putus? Tapi, kenapa? Dua hari lagi kan kita akan pergi ke Bali, Vi. Kamu tega ninggalin aku?” Tanya Rio.

Sivia terdiam. Ia sendiri bingung harus melakukan apa. Kenapa keyakinan yang harus memisahkan cinta Rio-Sivia?

“Vi… jawab!” pinta Rio.

Sivia tertawa seketika. Ia tersenyum puas karena telah berhasil mengerjai kekasihnya itu. “Hahaha… aku cuma bercanda kali, Yo. Aku nggak serius sama ucapanku. Kalaupun keyakinan memisahkan kita berdua, Tuhan pasti punya jalan untuk menyatukan cinta kita. Asal… kalau kamu memang jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku,”

Rio memanyunkan bibirnya beberapa cm. Ia merasa kesal dikerjai oleh kekasihnya sendiri. Sivia sukses membuat Rio begitu panic dengan ucapannya barusan.

“Lucu deh liat ekspresi kamu barusan. Ternyata kamu lupa kalau aku punya penyakit jahil. Dari SMP kan kita bareng terus, Yo. Masa kamu lupa sama penyakitku?” Sivia terkekeh.

“NGGAK LUCU! Aku pikir ucapan kamu semua itu serius makanya aku panic. Aku nggak mau kehilangan kamu hanya karena keyakinan kita berbeda. Aku sayang sama kamu, Sivia. Jangan mainin perasaanku ini.”

Sivia menghentikan tawanya lalu menunduk. “Maaf, aku nggak tau kalau kamu bener-bener panic. Aku pikir semua itu cuma candaan kamu.”

“Candaan? WOW! Thank’s banget. Dengan itu aku sadar bahwa kamu…”

Sivia memeluk Rio dengan eratnya. Ia menyesal! Sangat menyesal mengucapkan semua ucapannya barusan. “Maafin aku. Maafin aku, Yo. Aku nyesel udah ngucapin itu.”

“Dengan itu aku sadar bahwa kamu adalah cewek yang benar-benar indah di mataku.” Lanjut Rio.

“RIOOOO! Nyebelin ih.”

Rio melepaskan pelukan Sivia lalu tertawa penuh kemenangan. “Satu sama. Emangnya kamu aja yang bisa jahil. Aku juga bisa, lho.”

“Rio jahat ih! Via kesel sama Rio.” Sivia memanyunkan bibirnya.

“Kamu cantik luar dan dalam. Kamu juga cantik kalau lagi manyun kayak gitu.”

Sivia menutup wajahnya yang kini mulai memerah. “Rio udah! Aku malu nih. Itu kata-kata SMP. Jangan di ulangin lagi. Kita ini udah kuliah, Yo.”

“Nggak suka ya, Vi?” Tanya Rio.

“Bukannya nggak suka, aku malu. Malu banget kalau udah dirayu kayak gini sama cowok.”

“Vi… kamu itu anugrah terindah yang pernah ku miliki. Aku sayaaang banget sama kamu.”

Sivia membalikkan badannya. “Rio… udah! Aku malu.”

Rio memeluk Sivia dari belakang. “Jangan tinggalin aku ya.”

“Aku nggak akan pernah tinggalin Pangeran Chitatoku.” Ujar Sivia sambil tersenyum.

“Aku juga nggak akan ninggalin Princess Sweety-ku.”

 “SIVIYO FOREVER!” ucap mereka serempak.

***

Ify memeluk Gabriel dihadapannya. Semua tangis dan kekesalan ia lampiaskan pada Gabriel. Ify kecewa, penasaran dan juga kesal dengan semua ini. Ify memang masih sangat penasaran dengan sosok Debo. Sebenarnya, Ify ingin sekali menjadikan Debo sebagai target berikutnya. Akan tetapi, Ify juga tidak bisa meninggalkan Gabriel. Ia tidak mungkin begitu saja menyia-nyiakan seorang model terkenal yang digemari banyak orang. Gabriel Stevent Damanik. Semua orang kenal dan jelas tahu nama Gabriel.

“Cerita dong, say. Kamu diapain sama mereka? Apa perlu aku labrak mereka?” Gabriel berusaha menenangkan hati Ify. Gabriel benar-benar bingung sendiri melihat Ify yang seperti ini. Cengeng dan lemah.

“A…aku…a…aku nggak apa-apa.”

Gabriel mengeryitkan keningnya. Heran! Benar-benar cewek yang aneh. “Come on, bebhy. I don’t like if you cry. Please tell me, beibh.”

Ify menghapus airmatanya lalu melepaskan pelukannya pada Gabriel. “I want go to home. I’m fine! Don’t ask me again, please!”

“Oh yeah, okay. Come on, go to your home. Are you okay, bebhy?”

Ify mengangguk. “I’m okay.”

Gabriel tersenyum tipis lalu mengajak Ify untuk ke mobil.

***

“Aku benci mereka, Kka! Sampai kapan pun aku akan tetap membenci pasangan Ify-Gabriel.” Debo memecah keheningan. Ia tidak suka apabila ada orang yang membuat sahabatnya –Cakka- sedih. Debo paling tidak suka melihat ada orang yang sedih dihadapannya. Ia jadi ikut terbawa suasana.

“De, lo kan tau Gabriel itu model terkenal. Terus Ify juga ‘PLAYGIRL’ kelas atas yang suka ganti-ganti pasangan. Nggak sepantasnya lo benci mereka berdua. Mereka kan nggak punya salah sama lo.” Shilla terus berusaha merayu Debo. Tapi, percuma! Nggak ada artinya semua rayuan Shilla terhadap Debo.

“Hhh… emang sih, gue sama Shilla emang niat banget buat pergi ke Bali. Tapi, masa elo benci mereka cuma karena gue ama Shilla kalah? Nggak masuk akal banget, De!”

Debo mendengus. Memang nggak masuk akal benci orang hanya karena emosi sesaat. Tapi, kalau benci mau diapain lagi. Benci ya tetap benci! “I hate Ify-Gabriel, you understand? And please, don’t forbid me!”

“Hellooo, Debo, If you hate Ify and Gabriel. You will get problem with them. Please, I hope you don’t hate Ify and Gabriel. I hope it, De.” Shilla memandang Debo dengan penuh permohonan. Shilla hanya berharap Debo tidak benar-benar membenci Ify dan Gabriel. Bisa gawat urusannya.

“Yeah, in your dream!” sahut Debo lalu pergi meninggalkan Cakka dan Shilla.

“Kka, gimana nih?” Tanya Shilla.

“Nyerah aku, Shill. Kamu tau kan Debo itu gimana? Susah buat dikasih taunya. Keras kepala banget dia.”

Shilla mengangguk. “Bener, emang keras kepala. Ya udah, biarin dianya aja deh. Capek hati juga ngadepin sikapnya yang nggak bisa berubah. Tuh gara-gara dia tobat jadi playboy. Jadi gitu deh.”

“Emang pas jadi playboy dia gimana? Sama aja kan? Dia sama aja dingin dan cuek kayak gitu. Dianya aja yang ngebingungin. Playboy kok dingin sama cewek.”

Shilla menaikkan bahunya lalu berjalan perlahan meninggalkan Cakka.

“Woy, kodok tungguin aku dong!”

***

“Makasih ya, beibh. Maaf ya kalau aku bikin kamu kecewa hari ini.” Ify menunduk lesu.

Gabriel tersenyum lalu mengangkat wajah Ify. “That’s all for you. Aku tau mood kamu memang lagi kurang baik hari ini. Ya udah, istirahat yang banyak. Jangan terlalu capek. Aku nggak mau kamu sakit.”

Ify tersenyum tipis lalu memencet hidung Gabriel perlahan. “Kamu itu cowok yang bawel ya! Tenang aja deh. Aku pasti akan jaga diriku sendiri. Ya udah, kamu pulang sana. Ntar dicariin sama anak Gabriel Fans Club lagi.”

“Apaan sih? Kok jadi bawa-bawa GabrielFC? Nggak ada hubungannya sama hubungan kita. Lagian, mereka kan udah setuju, Fy.”

“Iya juga sih. Ya udah, sana pulang. Nggak enak aku juga sama mereka. Ntar disangka-sangka aku manfaatin kamu ini itu lagi.”

Gabriel tersenyum lalu mengecup kening Ify. “Aku pulang ya. Jaga dirimu baik-baik. Aku sayang kamu.”

Got me looking so crazy right now, your love's 

Got me looking so crazy right now (in love)

Got me looking so crazy right now, your touch

Got me looking so crazy right now (your touch)


Got me hoping you'll page me right now, your kiss 

Got me hoping you'll save me right now 

Looking so crazy in love's,

Got me looking, got me looking so crazy in love.
 

Ify mengangguk. “Thank’s for today. I love you.”

“I love you, too.” Gabriel tersenyum kemudian berlalu dari hadapan Ify.

Ify mengembangkan senyumnya kemudian masuk ke dalam rumahnya. Entah mengapa ia merasa sangat senang bersama Gabriel hari ini. Tapi, kesenangan itu hanya sesaat bagi Ify. Cowok itu nggak pantas dicintai! Cowok pantasnya untuk disakiti!

Song: Crazy In Love.

Okey, ii part 1. minta like+comentnya yaa :)