Sabtu, 13 Oktober 2012

When I Fall... #1


All people will say 'Love Is Blind'.
But, love is beauty if you feel and meet someone who can touch your heart.
Can you hear me? You're the one in my heart. Only you!
Why? You leave me alone before i know all about you!
I'm stupid! Yeah, stupid!
I hope my dream come true. I only want to be with you now and forever.
I believe, you will always love me.
And... In the last, i just wanna say.... I LOVE YOU, girl!

-Mariosanggalau.blogspot.com-

#sumpahbahasanyangacoabiissss!!

***

“Baby, where are you now? I miss you so much.”

Pemuda itu terdiam sambil memandangi foto kenangan dirinya bersama seorang gadis. Yah, gadis masa lalu yang sangat dicintainya itu. Seandainya, dulu ia tidak gegabah dalam mengambil suatu keputusan. Pasti hari ini akan menjadi ke-5 tahun anniversarynya. Namun, apa yang bisa dilakukan pemuda itu? Menangis? Mungkin bodoh jika ia menangis dan meratapi semuanya dalam kesedihan. Yang bisa ia lakukan hanya dua, pasrah atau mencoba untuk berpindah kelain hati. Dan ia memutuskan untuk memilih pilihan yang kedua.

“Ah! Percuma aku berlarut terlalu lama dalam kesedihan dimasa lalu. Emangnya gadis itu masih peduli terhadapku? Aku yakin dia lebih bahagia bersama pemuda lain yang lebih baik dibanding aku. Aku memang orang bodoh yang menyia-nyiakan gadis seperti dia. Kamu sangat bodoh, Mario!” lirihnya pelan sambil memandang wajahnya didepan sebuah cermin.

Bodoh? Kata itu yang kini hanya sanggup pemuda itu ucapkan. Mungkin ia memang harus secepatnya melupakan kenangan buruk masa lalunya. Jika terlalu lama... Otaknya bisa meledak dan ia menjadi sedikit tidak waras. Move on! Hanya itu satu-satunya cara yang harus dilakukan Mario. Karena... Gadis masa lalunya mungkin sudah melupakan Mario. Buat apa ia terus-terusan berlarut dalam masa lalu yang buruk? Hanya membuat waktu tersita bukan?

“I'm sorry, girl. I will forget all memories with you.” ucapnya lagi dan memulai membakar foto kenangan bersama gadis masa lalunya satu-persatu.

Perlahan-lahan wajah gadis cantik itu memudar dan menjadi abu. Kali ini, kenangan itu harus benar-benar terhapus hingga tidak ada sama sekali yang membuatnya kembali ke masa lalu yang pahit. Sekarang ia harus berubah kembali menjadi Mario yang periang atau tetap menjadi Mario yang terlarut di masa lalu.

***

“Menurutmu aku salah ya, Vin?” suara seorang gadis memecah keheningan di sebuah bukit bintang. Ia memutar-mutar kembali ingatannya. Persis! Hal itu pula yang sebelumnya dilakukan oleh Mario.

Pemuda bernama Alvin itu tertawa renyah. Ia mengelus perlahan puncak kepala gadis disampingnya itu. “Kamu salah apa? Keputusanmu itu kan ada alasannya. Sudahlah, buat apa juga kamu mengingat kembali masa lalu kamu? Memangnya dia mikirin kamu? Belum tentu juga kan?”

“Jadi... Dalam hal ini aku sama sekali nggak bersalah?” tanya gadis itu lagi.

“Menurutmu?”

“Yah, aku tau itu. Aku harus mencoba buat melupakan kenangan buruk itu kan, Vin?”

Alvin tersenyum sambil mengangkat perlahan dagu gadis itu. “Yeah, it's true. Lupain masa lalu kamu itu ya. Lihat sekarang... Dihadapan kamu, seseorang yang sangat mencintai dirimu apa adanya.”

Gadis itu membisu seketika ketika mendengar ucapan yang dilontarkan pemuda dihadapannya. Alvin mencintainya? Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi? Apakah ia harus menerima Alvin untuk melupakan sosok Mario?

“Aku tau! Aku tau apa yang ada dipikiranmu saat ini. Aku bakalan tunggu sampai tiba saatnya kamu akan menjawab semuanya. Aku akan selalu menunggumu, Shill.”

“Thank's.”

***

Gandhi International School.

Tap..tap..tap..

Langkah kaki itu semakin cepat memasuki koridor sekolah elite di kota Jakarta. Telat! Mario nyaris telat memasuki hari pertama di sekolah itu. Ia baru saja pindah dari Australia. Sekolah terburuk selama masa hidupnya adalah di Australia. Tempat ia dan gadis masa lalunya bertemu.

“Adaawwww!” rintih Mario sambil menghentikan langkah kaki cepatnya.

Ia menggerutu kesal karena rambut yang sudah ditatanya rapi selama berjam-jam kini hancur berantakan. Amarah pun tak terelakkan, ia melihat seorang gadis dihadapannya yang sibuk merapikan barang bawaan yang terjatuh di lantai.

“Woy, anak udik! Lo jalan liat-liat orang dong! Lo nggak liat rambut yang udah gue tata rapi selama berjam-jam jadi hancur berantakan gini. Hancur diri gue disekolah elite kayak gini.”

Gadis itu tidak memperdulikan ocehan yang keluar dari mulut pedas seorang Mario Stevano. Siapa yang tidak kenal Mario? Ayahnya adalah pemilih perusahaan terbesar di Jakarta. Dan kebanyakan cewek menyukai gaya hidup seorang Mario yang fashionable.

“Sorry, Kak. Aku nggak sengaja. Aku buru-buru. Permisi.” gadis itu berlalu dari hadapan Mario.

Mario tertegun. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Yang ada dipikirannya kini hanyalah sebuah tanda tanya besar. Ia baru pertama kalinya merasakan hal yang dahsyat yang selama ini belum dirasakannya. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi terhadap gadis yang menabraknya itu.

“Aneh... Biasanya cewek-cewek kebanyakan histeris. Tapi, kenapa dia beda sama cewek-cewek matre yang cuma ngincar harta kekayaanku?” Mario bertanya-tanya pada dirinya. Ia harus mencari tahu siapa gadis yang baru menabraknya tadi.

***

Gandhi International School merupakan sebuah sekolah tinggi yang sangat populer di Jakarta. Gedungnya bertingkat dan berderet satu dengan yang lainnya. Terdiri atas SMP, SMA dan Universitas. Mario sendiri baru melepas masa remajanya dan mulai memasuki tahap untuk mulai meninggalkan masa remajanya yang kelabu.

Awalnya, ia sangat tidak ingin untuk memasuki sekolah teraneh yang pernah ia temui. Sekolah yang ia masuki sekarang memang sangat jauh berbeda dengan sekolahnya dulu di Australia. Namun, apa yang bisa dilakukan oleh Mario? Ia hanya bisa menuruti kemauan kedua orang tuanya yang keras kepala. Bahkan, kedua orang tua Mario melarangnya untuk mendekati lawan jenisnya. Parah bukan?

X.1...

“Selamat pagi anak-anak unggulan di Gandhi International School. Kalian kedatangan murid baru pindahan dari Australia. Ayo, perkenalkan diri kamu.”

Mario tersentak. Ia yang sedaritadi menyibukkan diri sendiri tiba-tiba saja ingin mengetahui sosok makhluk hidup yang sedang berdiri di depan kelasnya. Ia berharap semua tidak seperti yang ada dipikirannya. Namun.... Ternyata dugaannya benar. Gadis masa lalunya telah kembali.

“Nama gue Ashilla Zee. Kalian cukup panggil gue Shilla. Nice to meet you all.”

Guru disebelah gadis bernama Shilla itu tersenyum. “Ada yang ditanyakan lagi anak-anak?”

Seorang laki-laki angkat tangan dari kejauhan lalu berteriak. “Shill, nama twitter lo apa?”

Shilla tersenyum lalu berkata, “Follow gue di @ZeeAshilla.”

“Oke, Ashilla. Kamu bisa duduk disebelah... Mario.”

Shilla tercekat. Ia baru menyadari bahwa dirinya salah memasuki sekolah. Ternyata, anak seorang pengusaha terkaya di Jakarta sekolah di tempatnya kini berdiri. Mario... Apakah Mario sosok pemuda dimasa lalunya?
Shilla memandangi seluruh siswa dan siswi dalam ruangan itu. Dan benar! Tepat dugaannya. Ia memang benar-benar terjebak dalam situasi yang sulit!

***

“Kenapa? Kenapa kamu kembali lagi disaat aku udah mencoba buat ngelupain semua kenangan 'kita'?” Mario memecah keheningan di dalam ruang kelas yang mulai kosong. Ia menundukkan kepala karena sangat takut. Yah! Ia sangat takut untuk menatap gadis disebelahnya itu.

Shilla mendengus. Ia menggigit bibirnya. Ingin rasanya ia lari dari situasi ini. “Apa lo nggak nyadar? Gue juga udah mencoba lupa sama kenangan itu. Perlahan tapi pasti. Gue sekarang udah bener-bener menemukan pasangan hidup yang memang cocok ditakdirkan buat hidup gue di Aussie nanti. Dan gue juga nggak pengen sama sekali terjebak dalam situasi buruk ini.”

Mario menoleh ke arah Shilla perlahan. “Really? Bukannya selama ini kamu yang emang ngotot pengen mengakhiri semuanya? Itu kan karena ego kamu tinggi! Aku nggak pernah sama sekali nyesel terjebak dalam situasi seperti ini. Coba kamu sedikit berpikir dewasa. Apa kamu nyesel sama kejadian dimasa lalu?”

Shilla mendesis. Suarannya meninggi. “Ego? Itu masa lalu! Lupakan saja semua hal yang udah sangat nggak penting untuk kita ingat. Sekarang jalanin saja kehidupan kita masing-masing dengan pujaan hati yang baru. Lebih baik juga kita berteman daripada mesti melanjutkan hubungan yang nggak jelas.”

“Oh, Okay! Aku ngerti sekarang. Baiklah, lagian gue juga nggak ngarep tuh buat balikan sama elo. Gue harap lo bahagia dengan pacar baru lo di Aussie sana. Dan lo mungkin juga udah ngelupain semua masa lalu lo yang buruk sama gue. Tapi, yang harus lo tau adalah... Semakin lo ada di deket gue, semakin gue sulit buat ngelupain kenangan itu.”

***

Tidak! Itu tidak boleh terjadi lagi Shilla! Kenangan itu harus dilupakan!

Shilla menepuk-nepuk kepalanya. Ia sangat kesal dengan kejadian buruk yang menimpanya hari ini. Seandainya saja Mamanya tidak dipindahkan kerja ke Indonesia! Pasti hidupnya akan bahagia bersama Alvin di Australia. Memang kisah hidup seseorang sangat sulit untuk di tebak.

::Don't leave me... Don't leave me alone::

Handphone di tangan Shilla bergetar seiring dengan irama lagu kenangan yang dinyanyikan Alvin sebelumnya. Tertera jelas dilayar handphonenya bahwa Alvin pasti akan menghubunginya dihari pertama ia memasuki sekolah buruk itu.

“Hallo... Yes, i'm fine... Aduh, gws ya bebhy... Vin, gue satu sekolah sama Mario... Iya, gue nggak akan nakal... Siipp.. Love you too...”

Itulah percakapan singkat yang terjadi diantara Shilla dan Alvin. Ia sama sekali tidak bisa konsen dalam menjalani hubungannya bersama Alvin apabila ditengah-tengahnya masih ada Mario. Sebenarnya apa yang spesial dari Mario? Shilla mengakui bahwa Mario memang keren dan pantas untuk dijadikan seorang pendamping karena keluarganya berada.
Namun, dari segi ia membandingan Mario dengan Alvin, Shilla jauh memilih Mario dibanding Alvin.
Baginya, Mario bisa berpikir sedikit lebih dewasa dibandingkan Alvin yang masih kekanak-kanakan dan terlalu overprotektif terhadapnya.

“Kenapa elo mesti kembali disaat gue udah sama Alvin? Kenapa sekarang gue jadi susah buat ngelupain kenangan kita? Lo itu bukan siapa-siapa! Lo cuma masa lalu yang nggak penting!”

***

Pemuda itu menyeduh secangkir teh hijau lalu perlahan menyeruput teh ditangannya. Masih terlintas kejadian yang baru saja dialaminya pagi tadi. Gadis masa lalunya kini kembali masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Seakan-akan gadis itu selalu mengetahui keberadaan Mario dimanapun ia berada.
Bayangkan saja! Sedetikpun Mario tidak diberikan kebahagiaan. Padahal, insiden tabrakan tadi pagi merupakan kejadian luar biasa yang baru dialami Mario. Gadis misterius. Anak SMP Gandhi International School. Seandainya... Ia berhasil mengetahui identitas gadis misterius itu! Pasti ia tidak akan terlarut dalam gadis masa lalunya yang sangat tidak penting untuk diingat.

“Sabar aja deh! Kalo gue sama gadis misterius itu memang jodoh, pasti gue sama dia akan bertemu kembali. Kenapa sih Shilla mesti kembali disaat gue mencoba untuk lupain dia? Bisa-bisa gue susah buat lupain dia kalo dia terus-terusan ada disamping gue.” Pemuda itu menggerutu kesal. Ia mengacak-acak lukisan wajah gadis misterius tadi pagi. Ilustrasinya untuk melukis hilang sudah karena ingatannya tentang Shilla, gadis masa lalunya yang buruk. Kenapa? Kenapa gadis itu mesti kembali? Kembali disaat ia berusaha untuk melupakan semua kenangan 'kita'.


Okay, ini part one.
Don't forget to like and comment in this part ;)
Nice to meet you again all..

Jumat, 12 Oktober 2012

When I Fall... (sinopsis)


Siapa yang tidak mengenal sosok Mario? Anak salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Namun, kekayaan itu semua bukan milik Mario tetapi milik orang tuanya. Apakah Mario bisa menerima kenyataan karena ternyata semua cewek yang mendekatinya hanya mengincar kekayaannya saja?

Semenjak kehadirannya di SMA Gandhi Internasional, Mario menjadi semakin terkenal. Namun, satu yang harus diterima seorang Mario Stevano, keluarganya hancur. Perusahaan satu-satunya milik Ayahnya tiba-tiba bangkrut. Hal ini membuat Mario down!

Kehadiran gadis itu membuat Mario kembali bangkit dari keterpurukannya. Apakah Mario bisa menerima kenyataan bahwa dirinya kini miskin? Akankah gadis itu bisa menerima keadaan Mario seperti ini?


Yang mau kelanjutannya dilike yah =)

Selasa, 09 Oktober 2012

Writting

Menulis...

Menulis bukan sekedar mengetik sebuah kata atau rangkaian kalimat menjadi suatu cerita. Namun, menulis memerlukan sebuah inspirasi dan bahkan suatu motivasi hidup bagi seseorang. Terkadang dari menulis kita mendapatkan suatu manfaat yang besar. Akan tetapi, ada juga yang menganggap menulis atau menumpahkan isi hati hanya menghabiskan waktu senggang diluar aktivitas kampus atau sekolah. Tapi, ada pula yang menganggap menulis itu asyik dan sangat menyenangkan.


Sebagian orang mungkin berpikir, apa sih bagusnya menulis? Memangnya dapat penghargaan apa kalau menulis? Sebenarnya menulis itu simple. Tidak harus dalam perasaan senang atau sedih. Menulis kadang membuat kita terhanyut dalam setiap baris dan kata yang diketik atau ditulis menggunakan alat tulis. Kadang pula apabila menulis dalam keadaan sedang emosi atau marah kurang lebih terasa dalam memaknai tulisan yang dibuat seseorang tersebut.


Mungkin bagi sebagian orang malas untuk menghabiskan waktunya untuk menulis. Kebanyakan orang lebih suka membaca daripada menulis. Sebenarnya bagaimana cara menikmatinya dengan nyaman saja. Lebih suka membaca atau menulis dan menciptakan suatu karya dari hasil yang ditulis. Seperti sebuah cerpen atau dicetak menjadi buku.


And...



Keep writting!