Part 54: Dukun bego!--Sixth Sense
***
ckiiittt...
Aren menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah gubuk tua. Aren memberi isyarat pada teman-temannya untuk keluar dari mobil dan tidak akan membuat kacau sama sekali. Karena bisa fatal akibatnya.
Anak FMIF dan SNG pun mengikuti langkah kaki Aren yang mulai memasuki gubuk tua yang nampak menyeramkan itu. Tak lupa Aren memberi aba-aba agar mereka semua tidak gegabah dalam mengambil langkah.
" SIAPA DISANA? SIAPA ORANG YANG KACANG MENGINJAK WILAYAHKU? " seseorang berteriak dari dalam gubuk tua.
Anak FMIF menahan tawanya. Dan masih tetap mengikuti langkah kaki Aren.
" SIAPA DISANA? "
" Aren dan temen-temen, Mbah. " jawab Aren.
" Mau apa kau kemari? Kutuk apa kau datang kemari menemuiku? " tanya Dukun itu lagi.
Tawa anak FMIF pun pecah. Mereka sudah tak kuasa menahan tawa akibat ucapan dukun gila itu. Bisa-bisanya Aren memilih dukun seperti itu. Pantasnya ikut audisi srimulat saja!
" Sst... Kalian jangan berisik! Bahaya! " Aren berusaha menenangkan tawa anak FMIF. Aren hanya tidak ingin Mbah Dukun Nyai Ageng Rai Putri Kusuma Diningrat marah karena ulah anak-anak FMIF.
" hmmppfftt... Abisnya itu dukun ngelawak. " ucap Alvin sambil berusaha menahan tawanya.
" SIAPA KALIAN BERANI MENERTAWAKANKU? " Mbah Dukun itu pun keluar dari gubuk tua itu. Anak FMIF dan SNG bergidik ngeri kecuali Aren.
" Maafkan mereka, Nyai Ageng. Mereka kurang mematuhi peraturan. Saya datang kemari ingin meminta bantuan Nyai untuk menemukan teman kami yang hilang secara misterius. " jelas Aren.
" Apa? Kalian datang kesini hanya ingin meminta saya menemukan PERMEN? Kalian ini apa-apaan? Nyai tidak mau membantu kalian menemukan permen. TITIK! " ucap Nyai Ageng pada Aren dan kawan-kawan.
" Nyai... Saya mohon tolong temukan TEMAN saya. " ucap Cakka kesal sambil menekankan suaranya pada kata TEMAN. Benar-benar dukun ini pembawa emosi manusia.
" Gila! Ini dukun sama banget kayak lo, Cha. " ucap Deva sambil nyengir pada Acha.
Acha memukul pundak Deva perlahan. " Resek lo! "
" Dimana teman kalian hilang? "
" Di sekolah, Nyai. Dia menghilang secara misterius. Apa Nyai bisa menemukan mereka? " tanya Aren.
" Menemukan siapa? Neraka? Untuk apa Nyai menemukan neraka untuk kalian? "
PLOOKK--
Anak FMIF menepuk jidatnya masing-masing. Lama-lama bisa stress menghadapi dukun bego seperti ini. Maklum saja tidak nyambung diajak bicara. Umur Nyai Ageng sudah mencapai 65 tahun.
" Menemukan teman saya, Nyai. " ucap Aren sekali lagi.
" Oh, baiklah. Ehm... " Nyai Ageng menatap satu-persatu anak FMIF dan SNG. " Kau dan kau. Mari ikut kedalam. Kalian berdua akan dibuka mata batin. Dan kalian harus siap mental apabila mata batin kalian sudah dibuka. " tunjuk Nyai Ageng pada Debo dan juga Acha.
" Hah? " Debo dan Acha berpandangan.
" Ikut aja apa kata Nyai Ageng. " ucap Aren.
Debo dan Acha pun mengangguk pasrah lalu mengikuti langkah Nyai Ageng masuk ke dalam gubuk tua.
" Ren, lo yakin? " tanya Ify.
" Santai aja. Debo sama Acha aman kok di dalem. Mereka cuma dibuka mata batinnya aja. Biar mereka bisa melihat dunia alam ghaib yang nggak bisa kita lihat. Dengan itu, kita bisa dengan gampangnya menemukan Shilla. Intinya kayak semacam six sense. " jelas Aren.
" Apa nggak bahaya? Nggak akan celakain Debo kan? " tanya Sivia khawatir. Alvin dan Ify mendelik tajam ke arah Sivia. Sivia nampak tak peduli dengan pandangan Alvin dan Ify terhadapnya.
" Udahlah! Debo sama Acha akan baik-baik aja. Percaya deh! " ucap Aren menenangkan teman-temannya.
Selang beberapa menit, Debo dan Acha pun keluar dari dalam gubuk tua itu. Hawa aneh mulai dirasakan Debo dan Acha.
" R...rr...rio... Cha, kupingnya Rio dijilatin. " ucap Debo pada Acha sambil menunjuk sosok Rio.
" Deb, gue takut. Gue nggak berani, Deb. " Acha bergidik ngeri sambil ikut-ikutan menatap Rio.
Rio yang ditatap pun melirik. " Apaan sih kalian berdua nunjuk-nunjuk gue? Ada masalah? " Rio nampak kesal karena terus-terusan dipandang Debo-Acha.
" Itu... Kuping lo. " tunjuk Acha pada kuping Rio.
Agni melirik Rio. " Kuping? Perasaan kuping Rio baik-baik aja deh. Apa-apaan sih kalian? "
" Sst... Ini reaksi dari kita membuka mata batin. Pasti Debo sama Acha ngeliat apa yang nggak bisa kita lihat. Deb, Cha, kalian liat apa dalam diri Rio? " Aren mencoba menjelaskan maksud Sixth sense pada teman-temannya.
" Itu cewek ngejilatin kupingnya Rio. " ucap Debo.
Rio bergidik ngeri lalu menoleh ke arah depan-belakang-kanan-kiri. " Mana? Gue nggak liat! "
" Eehhh... Viiii... Awaaasss... "
Brruuukkk...
Debo pun jatuh menimpa Sivia. Mata mereka beradu. Tatapan yang dalam penuh arti. Debo pun dengan cepat berdiri dan melupakan sejenak ke-saltingannya.
" Ada apaan sih, De? " tanya Sivia.
Debo menutup matanya lalu menunjuk perlahan pada sesuatu yang berada diatas pohon. " Itu... Ada setan bawa golok diatas. Tadi dia ngelempar goloknya turun dan tepat diatas lo. Jadi, gue dorong lo. Sorry ya... "
" Bilang aja mau nyari kesempatan! " ucap Alvin dan Ify serempak.
" Sst... Mendingan sekarang kita balik ke sekolah. " ajak Aren.
" Hah? Ke sekolah? Ngapain? " tanya Alvin.
" Nyari Shilla. Ayo, buruan! " ajak Aren.
Semuanya pun menurut perkataan Aren. Mereka semua langsung berangkat menuju sekolah.
Dalam mobil...
" Ag, jangan mepet ke Rio. Lo ngeganggu orang pacaran tuh. " ucap Debo pada Agni.
" Hah? Apaan sih? Siapa lagi yang mepet ke Rio! " Agni menjauhkan jaraknya dari Rio. Ia merasa tidak suka dengan ucapan Debo.
" Lo udah inget nama kita semua, De? " tanya Deva pada Debo.
" Hah? Nama? Nggak semuanya kok. Gue kan cuma sekedar tau aja. Bukan berarti gue sembuh dari amnesia. " jelas Debo.
" Oh... "
" AREEENNN!! AWAAASSS!! "
braaakkk...
Lagi-lagi itu terjadi. Acha melihat jelas bahwa Aren hendak menabrak anak kecil. Dengan terpaksa, Aren mengerem mendadak yang membuat semuanya merasa terantuk dengan kursi mobil.
" Apaan sih, Cha? Nggak ada apa-apa kok! " protes Aren kesal.
" Ih... Sumpah! Tadi itu elo nabrak anak kecil. " kata Acha menjelaskan.
" Anak kecil apaan? Gue tau lo itu baru punya sixth sense. Tapi, nggak usah bikin orang-orang takut deh. Tugas elo cuma bantuin kita nemuin Shilla di sekolah. " ucap Aren lalu melanjutkan laju mobilnya.
Acha mendengus sebal. " Up to you deh. "
" Ren, perasaan kok kita muter-muter dijalan ini terus sih? " tanya Debo bingung.
" Jalan apaan sih, Deb? Ini itu di jalan mau ke sekolah. Jangan bawel deh! "
" Huh... Dibilangin ngeyel. " Debo pun merasa kesal dan nampak tak memperdulikan apapun yang akan terjadi. Karena tugasnya hanya satu yaitu menemukan Shilla.
" Ren... "
" Sst... Jangan ngomong macem-macem lagi! " ucap Aren kesal dan benar-benar tak mau di ganggu.
" REN, SEKOLAHNYA KELEWATAN! " teriak Cakka di telinga Aren.
Ckiiittttt...
Aren mengerem mendadak mobilnya. " Hah? Lewat? Kok bisa? "
" Elonya sih nggak konsentrasi sama jalan. " sungut Patton kesal.
" Kok jadi gue yang disalahin? " tanya Aren.
" Udah! Balik aja. Susah amat buat balik. "
Aren pun memutar balik kembali mobilnya ke area sekolah. Aren pun memarkirkan mobilnya di dalam sekolah. Anak FMIF dan SNG pun keluar dari mobil Aren.
" Debooo... "
" Achaaa... "
Debo memegangi leher belakangnya. Perasaannya pun takut seketika. Keberaniannya tiba-tiba menciut ketika mendengar suara aneh yang menyebut-nyebut namanya. Benar-benar misterius!
" Deb, Cha, kemana nih? " tanya Aren pada Debo dan Acha.
" TOLOONGGG! "
" SHILLA! " ucap Debo dan Acha serempak.
" Dimana? "
***
Bersambung...
Like+coment yaa :D