Selasa, 21 Juni 2011

Berawal Dari MOS--Part 54

Part 54: Dukun bego!--Sixth Sense

***

ckiiittt...
Aren menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah gubuk tua. Aren memberi isyarat pada teman-temannya untuk keluar dari mobil dan tidak akan membuat kacau sama sekali. Karena bisa fatal akibatnya.

Anak FMIF dan SNG pun mengikuti langkah kaki Aren yang mulai memasuki gubuk tua yang nampak menyeramkan itu. Tak lupa Aren memberi aba-aba agar mereka semua tidak gegabah dalam mengambil langkah.

" SIAPA DISANA? SIAPA ORANG YANG KACANG MENGINJAK WILAYAHKU? " seseorang berteriak dari dalam gubuk tua.

Anak FMIF menahan tawanya. Dan masih tetap mengikuti langkah kaki Aren.

" SIAPA DISANA? "

" Aren dan temen-temen, Mbah. " jawab Aren.

" Mau apa kau kemari? Kutuk apa kau datang kemari menemuiku? " tanya Dukun itu lagi.

Tawa anak FMIF pun pecah. Mereka sudah tak kuasa menahan tawa akibat ucapan dukun gila itu. Bisa-bisanya Aren memilih dukun seperti itu. Pantasnya ikut audisi srimulat saja!

" Sst... Kalian jangan berisik! Bahaya! " Aren berusaha menenangkan tawa anak FMIF. Aren hanya tidak ingin Mbah Dukun Nyai Ageng Rai Putri Kusuma Diningrat marah karena ulah anak-anak FMIF.

" hmmppfftt... Abisnya itu dukun ngelawak. " ucap Alvin sambil berusaha menahan tawanya.

" SIAPA KALIAN BERANI MENERTAWAKANKU? " Mbah Dukun itu pun keluar dari gubuk tua itu. Anak FMIF dan SNG bergidik ngeri kecuali Aren.

" Maafkan mereka, Nyai Ageng. Mereka kurang mematuhi peraturan. Saya datang kemari ingin meminta bantuan Nyai untuk menemukan teman kami yang hilang secara misterius. " jelas Aren.

" Apa? Kalian datang kesini hanya ingin meminta saya menemukan PERMEN? Kalian ini apa-apaan? Nyai tidak mau membantu kalian menemukan permen. TITIK! " ucap Nyai Ageng pada Aren dan kawan-kawan.

" Nyai... Saya mohon tolong temukan TEMAN saya. " ucap Cakka kesal sambil menekankan suaranya pada kata TEMAN. Benar-benar dukun ini pembawa emosi manusia.

" Gila! Ini dukun sama banget kayak lo, Cha. " ucap Deva sambil nyengir pada Acha.

Acha memukul pundak Deva perlahan. " Resek lo! "

" Dimana teman kalian hilang? "

" Di sekolah, Nyai. Dia menghilang secara misterius. Apa Nyai bisa menemukan mereka? " tanya Aren.

" Menemukan siapa? Neraka? Untuk apa Nyai menemukan neraka untuk kalian? "

PLOOKK--
Anak FMIF menepuk jidatnya masing-masing. Lama-lama bisa stress menghadapi dukun bego seperti ini. Maklum saja tidak nyambung diajak bicara. Umur Nyai Ageng sudah mencapai 65 tahun.

" Menemukan teman saya, Nyai. " ucap Aren sekali lagi.

" Oh, baiklah. Ehm... " Nyai Ageng menatap satu-persatu anak FMIF dan SNG. " Kau dan kau. Mari ikut kedalam. Kalian berdua akan dibuka mata batin. Dan kalian harus siap mental apabila mata batin kalian sudah dibuka. " tunjuk Nyai Ageng pada Debo dan juga Acha.

" Hah? " Debo dan Acha berpandangan.

" Ikut aja apa kata Nyai Ageng. " ucap Aren.

Debo dan Acha pun mengangguk pasrah lalu mengikuti langkah Nyai Ageng masuk ke dalam gubuk tua.

" Ren, lo yakin? " tanya Ify.

" Santai aja. Debo sama Acha aman kok di dalem. Mereka cuma dibuka mata batinnya aja. Biar mereka bisa melihat dunia alam ghaib yang nggak bisa kita lihat. Dengan itu, kita bisa dengan gampangnya menemukan Shilla. Intinya kayak semacam six sense. " jelas Aren.

" Apa nggak bahaya? Nggak akan celakain Debo kan? " tanya Sivia khawatir. Alvin dan Ify mendelik tajam ke arah Sivia. Sivia nampak tak peduli dengan pandangan Alvin dan Ify terhadapnya.

" Udahlah! Debo sama Acha akan baik-baik aja. Percaya deh! " ucap Aren menenangkan teman-temannya.

Selang beberapa menit, Debo dan Acha pun keluar dari dalam gubuk tua itu. Hawa aneh mulai dirasakan Debo dan Acha.

" R...rr...rio... Cha, kupingnya Rio dijilatin. " ucap Debo pada Acha sambil menunjuk sosok Rio.

" Deb, gue takut. Gue nggak berani, Deb. " Acha bergidik ngeri sambil ikut-ikutan menatap Rio.

Rio yang ditatap pun melirik. " Apaan sih kalian berdua nunjuk-nunjuk gue? Ada masalah? " Rio nampak kesal karena terus-terusan dipandang Debo-Acha.

" Itu... Kuping lo. " tunjuk Acha pada kuping Rio.

Agni melirik Rio. " Kuping? Perasaan kuping Rio baik-baik aja deh. Apa-apaan sih kalian? "

" Sst... Ini reaksi dari kita membuka mata batin. Pasti Debo sama Acha ngeliat apa yang nggak bisa kita lihat. Deb, Cha, kalian liat apa dalam diri Rio? " Aren mencoba menjelaskan maksud Sixth sense pada teman-temannya.

" Itu cewek ngejilatin kupingnya Rio. " ucap Debo.

Rio bergidik ngeri lalu menoleh ke arah depan-belakang-kanan-kiri. " Mana? Gue nggak liat! "

" Eehhh... Viiii... Awaaasss... "

Brruuukkk...

Debo pun jatuh menimpa Sivia. Mata mereka beradu. Tatapan yang dalam penuh arti. Debo pun dengan cepat berdiri dan melupakan sejenak ke-saltingannya.

" Ada apaan sih, De? " tanya Sivia.

Debo menutup matanya lalu menunjuk perlahan pada sesuatu yang berada diatas pohon. " Itu... Ada setan bawa golok diatas. Tadi dia ngelempar goloknya turun dan tepat diatas lo. Jadi, gue dorong lo. Sorry ya... "

" Bilang aja mau nyari kesempatan! " ucap Alvin dan Ify serempak.

" Sst... Mendingan sekarang kita balik ke sekolah. " ajak Aren.

" Hah? Ke sekolah? Ngapain? " tanya Alvin.

" Nyari Shilla. Ayo, buruan! " ajak Aren.

Semuanya pun menurut perkataan Aren. Mereka semua langsung berangkat menuju sekolah.

Dalam mobil...

" Ag, jangan mepet ke Rio. Lo ngeganggu orang pacaran tuh. " ucap Debo pada Agni.

" Hah? Apaan sih? Siapa lagi yang mepet ke Rio! " Agni menjauhkan jaraknya dari Rio. Ia merasa tidak suka dengan ucapan Debo.

" Lo udah inget nama kita semua, De? " tanya Deva pada Debo.

" Hah? Nama? Nggak semuanya kok. Gue kan cuma sekedar tau aja. Bukan berarti gue sembuh dari amnesia. " jelas Debo.

" Oh... "

" AREEENNN!! AWAAASSS!! "

braaakkk...
Lagi-lagi itu terjadi. Acha melihat jelas bahwa Aren hendak menabrak anak kecil. Dengan terpaksa, Aren mengerem mendadak yang membuat semuanya merasa terantuk dengan kursi mobil.

" Apaan sih, Cha? Nggak ada apa-apa kok! " protes Aren kesal.

" Ih... Sumpah! Tadi itu elo nabrak anak kecil. " kata Acha menjelaskan.

" Anak kecil apaan? Gue tau lo itu baru punya sixth sense. Tapi, nggak usah bikin orang-orang takut deh. Tugas elo cuma bantuin kita nemuin Shilla di sekolah. " ucap Aren lalu melanjutkan laju mobilnya.

Acha mendengus sebal. " Up to you deh. "

" Ren, perasaan kok kita muter-muter dijalan ini terus sih? " tanya Debo bingung.

" Jalan apaan sih, Deb? Ini itu di jalan mau ke sekolah. Jangan bawel deh! "

" Huh... Dibilangin ngeyel. " Debo pun merasa kesal dan nampak tak memperdulikan apapun yang akan terjadi. Karena tugasnya hanya satu yaitu menemukan Shilla.

" Ren... "

" Sst... Jangan ngomong macem-macem lagi! " ucap Aren kesal dan benar-benar tak mau di ganggu.

" REN, SEKOLAHNYA KELEWATAN! " teriak Cakka di telinga Aren.

Ckiiittttt...
Aren mengerem mendadak mobilnya. " Hah? Lewat? Kok bisa? "

" Elonya sih nggak konsentrasi sama jalan. " sungut Patton kesal.

" Kok jadi gue yang disalahin? " tanya Aren.

" Udah! Balik aja. Susah amat buat balik. "

Aren pun memutar balik kembali mobilnya ke area sekolah. Aren pun memarkirkan mobilnya di dalam sekolah. Anak FMIF dan SNG pun keluar dari mobil Aren.

" Debooo... "

" Achaaa... "

Debo memegangi leher belakangnya. Perasaannya pun takut seketika. Keberaniannya tiba-tiba menciut ketika mendengar suara aneh yang menyebut-nyebut namanya. Benar-benar misterius!

" Deb, Cha, kemana nih? " tanya Aren pada Debo dan Acha.

" TOLOONGGG! "

" SHILLA! " ucap Debo dan Acha serempak.

" Dimana? "

***

Bersambung...
Like+coment yaa :D

Berawal Dari MOS--Part 53

Part 53: Where Are You, SHILLA?

***

Ashilla Zahrantiara~sakit. Bagaimana mungkin? Kenapa papan absen di kelas bisa terisi secara misterius? Dan kenapa juga Pak Duta berbicara pada pintu yang jelas-jelas sama sekali tidak ada orang. Pertanyaan itulah yang kini ada di benak anak FMIF dan juga SNG. Teriakan Shilla juga misterius. Shilla menghilang tanpa jejak yang jelas. Bahkan, disaat kondisi Shilla belum pulih benar. Cakka tidak menjaga Shilla dengan baik. Kalau terjadi apa-apa, siapa yang mau tanggung jawab? Cakka!

Menghilangnya Shilla secara misterius benar-benar membuat seluruh anak-anak SMA IDOLA BERSINAR bingung. Sudah 4 jam anak FMIF dan juga SNG mencari keberadaan Shilla. Namun, hasilnya nihil. Shilla sama sekali tak ditemukan semenjak teriakan itu. Kemanakah perginya Shilla? Apa yang sebenarnya terjadi pada Casillas? Kenapa Shilla menyebut nama CASILLAS lagi? Entahlah. Mungkin hanya Shilla dan Tuhan yang tahu kenapa semua itu bisa terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi pada SMA IDOLA BERSINAR? Kenapa sekolah itu menyimpan begitu banyak misteri.

Dimana keberadaan Shilla? Itulah yang ditanyakan anak-anak FMIF dan SNG. Menghilangnya Shilla secara misterius. Ditambah Debo yang mulai ikutan linglung dengan masalah yang terjadi. Belum lagi masalah yang terjadi diantara Alvin-Ify dan Debo-Sivia. Kapan FMIF dan SNG bisa tenang dan damai? Hanya waktu yang bisa menjawab. Begitu banyak permasalahan yang terjadi. Pertengkaran tak henti-henti. Ditambah lagi misteri hilangnya Shilla dan tertulisnya nama Ashilla Zahrantiara di papan absen. Apa maksud semua ini?

" Casillas meninggal, Kka? " tanya Alvin.

Cakka menghela nafasnya. Andai saja pertengkarannya dengan Shilla tidak pernah terjadi. Pasti Casillas sekarang masih hidup bahagia bersama Cakka-Shilla. Namun, takdir berkata demikian. " Casillas... Meninggal karena pertengkaran gue sama Shilla. Dan yang nabrak Casillas adalah Oik. Mantan gue sendiri. Kondisi Shilla belum pulih. Kata Dokter, Shilla masih depresi berat karena belum siap kehilangan Casillas. Gue khawatir banget sama Shilla. Gue takut dia kenapa-napa. "

" Hmm, lo juga sih. Siapa suruh bertengkar di depan anak kecil. Terus sekarang gimana? Mau lanjut nyari Shilla? Gue juga penasaran sama misteri papan absen misterius. " ucap Agni pada Cakka.

" Udahlah, Kka. Jangan menyesali diri lo sendiri. Ini semua udah takdir yang diatas. " Rio mencoba menenangkan Cakka.

" AAAAAAAAAAAAA... "

" Pak Duta. "

Pak Duta menghampiri Cakka. " Selamatkan! Selamatkan dia! Jauhkan dia dari anak kecil itu! Dia dalam bahaya! Uhuuukkk... "

Brukkk...
Pak Duta pun jatuh tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari mulutnya. Apa yang sudah terjadi? Apa yang dimaksud dengan anak kecil dan dia? Siapa yang dimaksud Pak Duta? Dan kenapa Cakka yang harus menjadi sasarannya? Apa maksud dari semua ini? (puyeengg sumpah --')

" Kka, Pak Duta meninggal. " ucap Deva.

" Hah? " Cakka tak percaya dengan semua ini. Kenapa semua ini terjadi? Kenapa Pak Duta menjadi korbannya juga? Apa maksud misteri papan absen di kelas itu? Dan kemana Shilla?

" Astaga! Ada apa sih dengan semua ini? Siapa orang dibalik semua misteri ini? Maunya apa? " tanya Acha kebingungan.

" Lo liat nggak waktu Pak Duta ngomong sama pintu? " tanya Debo yang mulai mengerti maksud semua ini dan mencoba melupakan amnesianya.

" Iya, gue liat tadi. Pak Duta itu ngomong pakai nyebut... CASILLAS! " Cakka nampak teringat sesuatu tentang Casillas. Misteri ini harus segera diselesaikan. Casillas. Casillas dalang dibalik semua ini. Tapi, apa maksud Casillas melakukan ini?

" Kenapa sama Casillas, Kka? " tanya Sivia ingin tahu maksud dari semua misteri ini. Semua ini pasti ada hubungannya dengan Casillas.

" Gue... Gue pisah sama Shilla. Mungkin karena itu Casillas ngelakuin semua ini. " ucap Cakka asal nebak.

" Yakin lo? Terus masalah papan absen? Dan ini, Pak Duta? Kenapa dia jadi korbannya? " tanya Alvin.

" Kka, mendingan kita harus nyari dukun atau sejenis paranormal deh. Gue yakin dengan begitu semua misteri ini cepat terselesaikan. " usul Aren.

" Nah, kalo itu gue setuju. " ucap Patton mulai angkat bicara.

Alvin mendelik tajam ke arah Patton. Patton terdiam membisu dan nampak tak memperdulikan Alvin.

" Gue pikir-pikir dulu deh. " ucap Cakka lesu.

***

@pemakaman

" Pak, maafin saya ya. Maaf karena saya Bapak menjadi seperti ini. Seharusnya Bapak tidak perlu ikut campur dalam masalah saya dan Shilla. Mungkin itu membuat Bapak menjadi seperti ini. Saya minta maaf, Pak. " Cakka mengelus perlahan nisan yang bertuliskan nama Pak Duta. Cakka benar-benar merasa bersalah atas semua ini. Misteri yang membingungkan!

" Kka, udah. Biarin Pak Duta tenang diatas sana. Lo jangan nyalahin diri lo sendiri dong. Semua ini mungkin takdir Tuhan dan nggak ada hubungannya sama lo. " ucap Rio sambil menenangkan Cakka.

" Pak Dutaaaa... Hiks, siapa lagi yang akan nanyain tentang Ibu Kota Austria? Kenapa Bapak tega secepat ini meninggalkan saya? Saya tidak mau kehilangan Bapak. Saya merasa kesepian karena tidak ada pertanyaan Ibu Kota Austria lagi. " Alvin memeluk nisan Pak Duta yang membuat anak-anak lainnya menatapnya dengan tatapan tak percaya. Alvin aneh!

" Vin... Malu-maluin deh! " ucap Ify sambil menarik Alvin untuk berdiri disampingnya.

" Hehe, gue berlebihan ya? Lagian, kan ntar nggak ada lagi yang nanyain Ibu Kota Austria selain Pak Duta. Gue ngerasa kehilangan, Fy. " ucap Alvin sok sedih.

" Anak-anak, sudah. Kita doakan saja semoga Pak Duta bisa tenang di atas sana dan arwahnya diterima disisi Tuhan. " ucap Bu Ira menenangkan siswa-siswinya.

" Amiin... "

" Astungkara. " ucap Deva yang lain daripada teman-temannya.

" Sekarang kita pulang ke rumah masing-masing. Anggap saja hidup dan mati itu memang sudah menjadi kehendak-Nya. "

" Iya, Bu. "

***

" Kak Dimaasss... Debo pulang. " Debo berteriak ketika ia tiba di rumah kediaman Dimas.

" Eh, adikku tercinta udah pulang rupanya. Kok cepet pulangnya? " tanya Dimas.

" Tadi, ada kejadian dikit di sekolah. Makanya dipulangin. Kakak kenapa sendirian dirumah? Ayah sama Bunda mana? " tanya Debo sambil celingukan mencari sosok Ayah dan Bunda Dimas.

" Mereka kan kalo jam segini biasanya ngantor. Udah sana, ganti baju terus makan dan jangan lupa tidur siang. " ucap Dimas sambil mengacak-acak rambut Debo. Entah mengapa niat jahat Dimas jadi berkurang. Dimas ingin sekali memiliki adik laki-laki yang seperti Debo.

" Iya, Kak. Debo ke kamar dulu ya. " ucap Debo sambil meninggalkan Dimas.

Dimas tersenyum tipis lalu membiarkan Debo pergi dari hadapannya.

***

" Ren, dimana lo bilang dukun yang bagus? " tanya Cakka yang semenjak tadi mengikuti Aren untuk mencari dukun. Anak-anak FMIF dan SNG lainnya pun mengikuti mereka terkecuali Debo dan Shilla.

" Udahlah! Lo ngikut aja. Nggak usah bawel. Lagian juga lo semua udah numpang di mobil gue. " ucap Aren kesal.

" Masih jauh nggak sih? Panas tau! " ucap Alvin.

" Eh iya, Debo kemana? " tanya Ify.

" Ngapain lo nanya Debo? " tanya Sivia curiga. Alvin memandang Ify.

" Emm... Cuma nanya doang! Biasanya kan elo selalu pergi kemana-mana berdua sama Debo. " sindir Ify pada Sivia.

Alvin yang berada ditengah-tengah Ify dan Sivia mulai menutup matanya karena perdebatan yang akan terjadi.

" Oh, jadi lo masih peduli sama Debo? Terus kenapa elo mutusin dia? Perasaan Ayah dalam kandungan elo itu Debo deh bukannya Alvin. Terus, kenapa coba elo ngerebut Alvin? " ucap Sivia tak mau kalah.

" So? Lo juga kan? Kenapa Debo? Kan ada Rio, Cakka, Deva dan juga Patton. Kenapa harus Debo? " tanya Ify.

" Karena cuma dia yang bikin hati gue tenang. " jawab Sivia.

Ckkiiiittttt...
Braaakkk...

" AREEENNNN! "

" Gue nabrak sesuatu deh. " ucap Aren panik.

" Hah? Nabrak? " Patton nampak melihat keluar. Namun, sia-sia. Ia tak bisa melihat keluar dari dalam mobil.

Anak FMIF dan SNG pun keluar dari dalam mobil Aren. Mereka ingin melihat dengan jelas apa yang ditabrak Aren barusan. Benar-benar misterius!

" Ren, mana? Lo mau memperhambat waktu ya? " protes Cakka pada Aren.

" Sumpaaah! Tadi gue nabrak orang. Anak kecil. Sumpah deh gue nggak bohong. " ucap Aren sambil celingukan mencari sosok yang ditabraknya.

" Ah, ngarang lo! " sungut Alvin kesal.

" Ren, udah ah! Jangan main-main. Cepet ke rumah dukun dan temuin Shilla. " ucap Agni pada Aren.

" Tapi tadi... "

" REN! " bentak Cakka berapi-api. Emosinya cukup sudah dipermainkan Aren.

" Iya, iya. Ayo masuk ke mobil. " ucap Aren pasrah lalu kembali menjalankan mobilnya.

***

BERSAMBUNGGG...
like+coment yaaa :D

Senin, 20 Juni 2011

Berawal Dari MOS--Part 52

Part 52: OMG?! ALVIN SAMA SIVIA KENAPA?

***

Hari itu kembali terjadi. FMIF dan SNG pun telah kembali ke sekolah. SMA IDOLA BERSINAR, sekolah yang kata orang-orang paling the best dan terpopuler. Padahal, bagi FMIF sekolah mereka nggak ada bagus-bagusnya. Dari segi bangunan terlihat memang bagus dan sempurna. Namun, dari belakang bangunan sangat kotor dan sama sekali kurang dirawat. Katanya, dulu ada cleaning service sekolah yang udah berhasil ngebersihin halaman belakang sekolah. Tapi, besoknya masih tetap ada sampah-sampah kotor itu. Hii... (?)

" Debo kemana sih? Perasaan dia kan lagi amnesia. Tapi, kenapa dia nggak keliatan ya? Emangnya dia tau jalan buat ke sekolah? " Sivia nampak celingukan mencari sosok Debo yang tak kunjung tiba. Rasa khawatir juga menghampiri Sivia. Ia hanya takut Debo tidak sampai rumah karena kemarin anak FMIF dan SNG meninggalkannya dipinggir jembatan.

" Hey, temennya Agni kan? "

Sivia tersadar dari lamunannya kemudian memandang orang yang menyapanya barusan. " Debo... "

" Nama kamu siapa? Kok sendirian disini? " tanya Debo sambil tersenyum.

" Sivia. Aku lagi nungguin kamu kok disini. Aku kan tau kamu itu lagi amnesia. Jadi, nggak baik anak amnesia itu jalan sendirian. " jawab Sivia sambil tersenyum juga.

" Oh, Sivia. Nungguin aku? Seriusan? "

" Seriuslah. Lagian ngapa... " Sivia menghentikan ucapannya ketika melihat Alvin bergandengan tangan bersama Ify. Sungguh sulit dipercaya. Ternyata ucapan Alvin sebelumnya serius dan bukan main-main.

" Siv... Sivia... " Debo mengibaskan tangannya di depan wajah Sivia. Ia mengerutkan dahinya lalu melihat tujuan mata Sivia. Tak disangka, ternyata itu yang membuat Sivia terdiam. Debo pun ikut tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya. Ify bersama Alvin. Apa kata dunia?

" Agni sama cowok itu? Ihh... Kenapa dia deketin Agni sih? " Debo melipat kedua tangannya di dada karena kesal.

" Deb, rangkul gue sekarang. Kita harus pura-pura pacaran di depan mereka. Pokoknya se-mesra mungkin biar mereka percaya kalo kita pacaran. " pinta Sivia pada Debo.

Debo menganga tak percaya. Bagaimana mungkin? Bisa-bisanya Sivia meminta hal seperti itu. Lagian itu harus dilakukan Debo hanya untuk Alvin-Ify? Hmm...

" De, cepet! "

Debo mengangguk lalu dengan cepat ia merangkul Sivia dan merapatkan tubuhnya. Perlahan-lahan, tangannya juga bergerak mengelus-elus pipi Sivia. Entah kenapa Debo juga merasa kesal melihat Alvin-Ify bergandengan tangan.

Sesaat kemudian, Debo melingkarkan tangannya dipinggang Sivia karena Alvin dan Ify menghampiri mereka. Sivia pun merapikan rambut dan posisinya.

" Hey DeVia. " sapa Alvin dan Ify serempak.

" Hey... "

" Lo berdua udah jadian? " tanya Alvin sambil menunjuk tangan Debo yang melingkar di pinggang Sivia.

" Udah dong. Kita berdua udah jadian. Mau bukti? " Debo menaikkan sebelah alisnya. Ia kini memandang Ify. " Lo jadian sama cowok ini, Ag? "

" Ify! Bukan Agni. Iya, gue jadian sama Alvin. " ucap Ify.

" Gue juga jadian sama Debo. " ucap Sivia tak mau kalah.

" Lo bisa buktiin kalo lo sama Sivia udah jadian? " tanya Alvin sedikit tak percaya dengan ucapan Debo-Sivia.

" Tentu. " Debo mendekatkan wajahnya ke Sivia. Lalu dengan cepat ia mencium pipi Sivia dengan lembutnya.

Sivia terdiam sesaat karena perlakuan Debo. Sivia memang meminta Debo untuk terlihat se-mesra mungkin di depan Alvin. Tapi, bukan berarti Debo bisa melakukan seperti itu terhadapnya.

" Udah kan? Mau bukti lagi? " tanya Debo.

" Eng... Enggak deh! Gue duluan ya. " ucap Alvin sambil menarik tangan Ify.

Alvin berjalan perlahan disamping Sivia lalu membisikkan sesuatu. " PENGHIANAT! "

Sivia tercekat lalu menjauh dari Debo. Air matanya perlahan meleleh karena ucapan Alvin. Apa yang sudah dilakukannya? Kenapa Sivia harus melakukan semua ini? Membalaskan dendamnya karena perbuatan Alvin?

Dari kejauhan, Cakka-Shilla, Rio-Agni, Patton-Aren dan Deva-Acha memandang Debo-Sivia dengan tatapan bingung. Mungkin ini semua memang tampak sangat membingungkan.(saya sendiri bingung --')

" Vi, sorry ya. Itu semua biar mereka berdua juga percaya. Dan sekarang aku yakin kalo cewek itu emang bukan Agni. " ucap Debo sambil berusaha menenangkan Sivia.

Sivia menghapus air matanya perlahan. Menangis untuk Alvin? Cukup! Cukup sudah Sivia membuang air matanya hanya untuk Alvin. " Maafin aku juga ya, De. Aku udah bikin masalah kayak gini. Liat tuh, mereka semua di depan pasti juga bingung. Udah yuk. Balik ke kelas. " ajak Sivia.

' Ternyata lo nggak seburuk yang gue duga, Vi. ' batin Debo sambil tersenyum tipis lalu mengikuti langkah Sivia kembali ke kelas.

@ Classroom

" Gue mau pindah tempat duduk! " ucap Sivia pada Alvin.

" Heh... Peraturan sekolah emang kayak gitu. Kalo dari awal udah ditentuin, mana bisa pindah. Oh, lo mau duduk sama Debo? Silahkan! Kalo lo emang niat dihukum sama kepsek. "

" BUKANNYA ELO SEMUA DI SKORS? " teriak Sivia yang membuat anak FMIF lainnya melotot ke arahnya.

" Hahaha... Siapa bilang? Yang di skors cuma KETUA OSIS kebanggaan lo itu. Dia kan ketahuan bawa rokok ke sekolah. " ucap Alvin sinis.

" KAK GABRIEL? "

" WOY, NGGAK USAH TERIAK! " bentak Alvin.

Anak FMIF dan SNG pun bangun dari tempat duduknya lalu melerai pertengkaran yang terjadi diantara Alvin-Sivia.

" Heh... Lo jangan berani ya bentak-bentak pacar gue! " ucap Debo pada Alvin.

" Hah? Pacar? "

" Alvin-Sivia kalian kenapa sih? " tanya Cakka.

Shilla nampak tak memperdulikan keributan yang terjadi. Pandangan Shilla tertuju ke arah pintu. " Casillas... " ucap Shilla tak percaya. Ia pun berlalu dari kelas. Dan nampak tak ada seorang pun yang mengetahui kepergian Shilla dari kelas.

" Kenapa jadi pada tukeran pasangan? " tanya Agni.

" Yee... Siapa yang tukaran? Gue sama Sivia udah putus! Emang ada larangan buat gue? Lagian Ify-Debo juga udah putus. " jelas Alvin pada anak FMIF lainnya.

" Eh, gue kan udah bilang! Nggak ada satu pun anak FMIF yang boleh pacaran sama anak SNG. Emang kalian nggak dengerin apa peraturan yang gue buat? Kalian mau berhianat sama FMIF? " tanya Patton sambil menatap anak FMIF satu-persatu.

" Eh... " Alvin menarik kerah baju Patton dengan kasarnya. " Elo bukan ketua FMIF! Dan nggak akan pernah jadi ketuanya! Ngerti lo! "

" Vin... Udah! Guru udah dateng! " ucap Rio pada Alvin sambil menunjuk Pak Duta yang berjalan memasuki kelas mereka.

Semuanya pun kembali ke tempat duduk. Cakka baru menyadari bahwa Shilla tidak ada di kelas. Perasaannya pun terasa tidak enak dan khawatir dengan keadaan Shilla yang masih depresi kehilangan Casillas.

" Selamat pagi anak-anak. " sapa Pak Duta.

" Pagi Pak... "

" Sekarang siapa yang tahu apa Ibukota Austria? " tanya Pak Duta.

" Saya tau, Pak. Saya tau. " anak FMIF serempak mengangkat tangannya.

" Ehm, ya coba... Alvin. " tunjuk Pak Duta.

Alvin menghela nafasnya sesaat lalu menjawab. " Ibu Kota Austria adalah Wina. (senyum-senyum sendiri. Wkwk) "

" Nah, betul! Tau darimana kamu? " tanya Pak Duta.

" Ya jelas tau. Orang kan Bapak sebelumnya udah pernah jelasin kalo Ibu Kota Austria itu Wina. "

Sementara Pak Duta-Alvin berdebat tentang Ibu Kota Austria, Cakka nampak sibuk mencari sosok Shilla yang tak kunjung kelihatan. Cakka mencolek punggung Rio yang berada di depannya.

" Sst... Yo, lo liat Shilla nggak? " tanya Cakka.

Rio menoleh ke belakang. " Shilla? Bukannya tadi sama elo? "

" Iya, tadi emang sama gue. Tapi, lo liat nggak waktu dia pergi ninggalin gue? Gue khawatir nih dia kenapa-napa. "

" Meneketehek! " ucap Rio sambil menaikkan bahunya.

" AAAAAAAAAAAAAA... "

" Shilla... " anak SNG pun berdiri serempak. Pak Duta dan Alvin menghentikan perdebatannya lalu menoleh.

" Ada apa kalian berdiri? " tanya Pak Duta.

" Shilla, Pak. Itu tadi teriakannya Shilla. " ucap Aren mulai panik.

" Iya, Pak. Shilla kalo teriak berarti dia dalam bahaya. " jelas Acha.

" Kalian ini apa-apaan? Bapak sama sekali tidak mendengar teriakan yang kalian maksud. Kalian jangan membuat alasan macam-macam. Jelas-jelas di papan absen tertulis Ashilla Zahrantiara itu sakit. " ucap Pak Duta sambil melihat papan absen hari ini.

Cakka kaget. Semua ini diluar dugaan. Bagaimana mungkin papan absen itu terisi sendiri? Padahal, jelas-jelas Shilla adalah sekretaris di kelas. Jadi, tidak mungkin dia menulis dirinya sendiri sakit. Semua diluar dugaan.

" Pak, tadi itu Shilla hadir dan nggak sakit. Dan saya juga yakin bahwa teriakan tadi adalah teriakan Shilla. " ucap Cakka berdiri.

" Cakka, kamu jangan membohongi saya! Jelas-jelas Shilla itu tidak sekolah. Sudah... Jangan pada membicarakan Shilla. Kita lanjutkan pelajaran hari ini. Buka buku pelajaran halaman 90. " perintah Pak Duta pada murid-muridnya.

Perasaan khawatir masih singgah dihati Cakka. Ia sangat khawatir dengan kondisi Shilla. Ditambah lagi misteri tertulisnya nama Shilla di papan absen sekolah. Benar-benar sulit dipercaya.

" Jadi, Ibu Kota Austria itu adalah Wina. " jelas Pak Duta.

" UDAH TAU, PAK! " ucap anak-anak serempak.

Tok...tok...tok...

Pintu kelas itu diketuk seseorang. Pak Duta memandang orang itu.

" Ada apa kamu kemari? " tanya Pak Duta.

" Pak, ngomong sama siapa sih? " tanya Alvin kebingungan.

" Api... Illas au ketemu Api. " ucap orang itu.

" Api? Maksud kamu Papi? Emang siapa Papi kamu? " tanya Pak Duta.

" Pak, jangan ngomong sama pintu! " ucap Cakka sedikit berteriak.

Pak Duta pun tersadar dari lamunannya. Ia mengusap wajahnya sesaat. Jelas-jelas tadi Pak Duta memang melihat sosok anak kecil dihadapannya. Namun, semuanya lenyap seketika seiring dengan teriakan Cakka. Ada apa dengan semua ini?

Bersambung...
like+coment yaaa :D
ditunggu...