Selasa, 21 Juni 2011

Berawal Dari MOS--Part 53

Part 53: Where Are You, SHILLA?

***

Ashilla Zahrantiara~sakit. Bagaimana mungkin? Kenapa papan absen di kelas bisa terisi secara misterius? Dan kenapa juga Pak Duta berbicara pada pintu yang jelas-jelas sama sekali tidak ada orang. Pertanyaan itulah yang kini ada di benak anak FMIF dan juga SNG. Teriakan Shilla juga misterius. Shilla menghilang tanpa jejak yang jelas. Bahkan, disaat kondisi Shilla belum pulih benar. Cakka tidak menjaga Shilla dengan baik. Kalau terjadi apa-apa, siapa yang mau tanggung jawab? Cakka!

Menghilangnya Shilla secara misterius benar-benar membuat seluruh anak-anak SMA IDOLA BERSINAR bingung. Sudah 4 jam anak FMIF dan juga SNG mencari keberadaan Shilla. Namun, hasilnya nihil. Shilla sama sekali tak ditemukan semenjak teriakan itu. Kemanakah perginya Shilla? Apa yang sebenarnya terjadi pada Casillas? Kenapa Shilla menyebut nama CASILLAS lagi? Entahlah. Mungkin hanya Shilla dan Tuhan yang tahu kenapa semua itu bisa terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi pada SMA IDOLA BERSINAR? Kenapa sekolah itu menyimpan begitu banyak misteri.

Dimana keberadaan Shilla? Itulah yang ditanyakan anak-anak FMIF dan SNG. Menghilangnya Shilla secara misterius. Ditambah Debo yang mulai ikutan linglung dengan masalah yang terjadi. Belum lagi masalah yang terjadi diantara Alvin-Ify dan Debo-Sivia. Kapan FMIF dan SNG bisa tenang dan damai? Hanya waktu yang bisa menjawab. Begitu banyak permasalahan yang terjadi. Pertengkaran tak henti-henti. Ditambah lagi misteri hilangnya Shilla dan tertulisnya nama Ashilla Zahrantiara di papan absen. Apa maksud semua ini?

" Casillas meninggal, Kka? " tanya Alvin.

Cakka menghela nafasnya. Andai saja pertengkarannya dengan Shilla tidak pernah terjadi. Pasti Casillas sekarang masih hidup bahagia bersama Cakka-Shilla. Namun, takdir berkata demikian. " Casillas... Meninggal karena pertengkaran gue sama Shilla. Dan yang nabrak Casillas adalah Oik. Mantan gue sendiri. Kondisi Shilla belum pulih. Kata Dokter, Shilla masih depresi berat karena belum siap kehilangan Casillas. Gue khawatir banget sama Shilla. Gue takut dia kenapa-napa. "

" Hmm, lo juga sih. Siapa suruh bertengkar di depan anak kecil. Terus sekarang gimana? Mau lanjut nyari Shilla? Gue juga penasaran sama misteri papan absen misterius. " ucap Agni pada Cakka.

" Udahlah, Kka. Jangan menyesali diri lo sendiri. Ini semua udah takdir yang diatas. " Rio mencoba menenangkan Cakka.

" AAAAAAAAAAAAA... "

" Pak Duta. "

Pak Duta menghampiri Cakka. " Selamatkan! Selamatkan dia! Jauhkan dia dari anak kecil itu! Dia dalam bahaya! Uhuuukkk... "

Brukkk...
Pak Duta pun jatuh tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari mulutnya. Apa yang sudah terjadi? Apa yang dimaksud dengan anak kecil dan dia? Siapa yang dimaksud Pak Duta? Dan kenapa Cakka yang harus menjadi sasarannya? Apa maksud dari semua ini? (puyeengg sumpah --')

" Kka, Pak Duta meninggal. " ucap Deva.

" Hah? " Cakka tak percaya dengan semua ini. Kenapa semua ini terjadi? Kenapa Pak Duta menjadi korbannya juga? Apa maksud misteri papan absen di kelas itu? Dan kemana Shilla?

" Astaga! Ada apa sih dengan semua ini? Siapa orang dibalik semua misteri ini? Maunya apa? " tanya Acha kebingungan.

" Lo liat nggak waktu Pak Duta ngomong sama pintu? " tanya Debo yang mulai mengerti maksud semua ini dan mencoba melupakan amnesianya.

" Iya, gue liat tadi. Pak Duta itu ngomong pakai nyebut... CASILLAS! " Cakka nampak teringat sesuatu tentang Casillas. Misteri ini harus segera diselesaikan. Casillas. Casillas dalang dibalik semua ini. Tapi, apa maksud Casillas melakukan ini?

" Kenapa sama Casillas, Kka? " tanya Sivia ingin tahu maksud dari semua misteri ini. Semua ini pasti ada hubungannya dengan Casillas.

" Gue... Gue pisah sama Shilla. Mungkin karena itu Casillas ngelakuin semua ini. " ucap Cakka asal nebak.

" Yakin lo? Terus masalah papan absen? Dan ini, Pak Duta? Kenapa dia jadi korbannya? " tanya Alvin.

" Kka, mendingan kita harus nyari dukun atau sejenis paranormal deh. Gue yakin dengan begitu semua misteri ini cepat terselesaikan. " usul Aren.

" Nah, kalo itu gue setuju. " ucap Patton mulai angkat bicara.

Alvin mendelik tajam ke arah Patton. Patton terdiam membisu dan nampak tak memperdulikan Alvin.

" Gue pikir-pikir dulu deh. " ucap Cakka lesu.

***

@pemakaman

" Pak, maafin saya ya. Maaf karena saya Bapak menjadi seperti ini. Seharusnya Bapak tidak perlu ikut campur dalam masalah saya dan Shilla. Mungkin itu membuat Bapak menjadi seperti ini. Saya minta maaf, Pak. " Cakka mengelus perlahan nisan yang bertuliskan nama Pak Duta. Cakka benar-benar merasa bersalah atas semua ini. Misteri yang membingungkan!

" Kka, udah. Biarin Pak Duta tenang diatas sana. Lo jangan nyalahin diri lo sendiri dong. Semua ini mungkin takdir Tuhan dan nggak ada hubungannya sama lo. " ucap Rio sambil menenangkan Cakka.

" Pak Dutaaaa... Hiks, siapa lagi yang akan nanyain tentang Ibu Kota Austria? Kenapa Bapak tega secepat ini meninggalkan saya? Saya tidak mau kehilangan Bapak. Saya merasa kesepian karena tidak ada pertanyaan Ibu Kota Austria lagi. " Alvin memeluk nisan Pak Duta yang membuat anak-anak lainnya menatapnya dengan tatapan tak percaya. Alvin aneh!

" Vin... Malu-maluin deh! " ucap Ify sambil menarik Alvin untuk berdiri disampingnya.

" Hehe, gue berlebihan ya? Lagian, kan ntar nggak ada lagi yang nanyain Ibu Kota Austria selain Pak Duta. Gue ngerasa kehilangan, Fy. " ucap Alvin sok sedih.

" Anak-anak, sudah. Kita doakan saja semoga Pak Duta bisa tenang di atas sana dan arwahnya diterima disisi Tuhan. " ucap Bu Ira menenangkan siswa-siswinya.

" Amiin... "

" Astungkara. " ucap Deva yang lain daripada teman-temannya.

" Sekarang kita pulang ke rumah masing-masing. Anggap saja hidup dan mati itu memang sudah menjadi kehendak-Nya. "

" Iya, Bu. "

***

" Kak Dimaasss... Debo pulang. " Debo berteriak ketika ia tiba di rumah kediaman Dimas.

" Eh, adikku tercinta udah pulang rupanya. Kok cepet pulangnya? " tanya Dimas.

" Tadi, ada kejadian dikit di sekolah. Makanya dipulangin. Kakak kenapa sendirian dirumah? Ayah sama Bunda mana? " tanya Debo sambil celingukan mencari sosok Ayah dan Bunda Dimas.

" Mereka kan kalo jam segini biasanya ngantor. Udah sana, ganti baju terus makan dan jangan lupa tidur siang. " ucap Dimas sambil mengacak-acak rambut Debo. Entah mengapa niat jahat Dimas jadi berkurang. Dimas ingin sekali memiliki adik laki-laki yang seperti Debo.

" Iya, Kak. Debo ke kamar dulu ya. " ucap Debo sambil meninggalkan Dimas.

Dimas tersenyum tipis lalu membiarkan Debo pergi dari hadapannya.

***

" Ren, dimana lo bilang dukun yang bagus? " tanya Cakka yang semenjak tadi mengikuti Aren untuk mencari dukun. Anak-anak FMIF dan SNG lainnya pun mengikuti mereka terkecuali Debo dan Shilla.

" Udahlah! Lo ngikut aja. Nggak usah bawel. Lagian juga lo semua udah numpang di mobil gue. " ucap Aren kesal.

" Masih jauh nggak sih? Panas tau! " ucap Alvin.

" Eh iya, Debo kemana? " tanya Ify.

" Ngapain lo nanya Debo? " tanya Sivia curiga. Alvin memandang Ify.

" Emm... Cuma nanya doang! Biasanya kan elo selalu pergi kemana-mana berdua sama Debo. " sindir Ify pada Sivia.

Alvin yang berada ditengah-tengah Ify dan Sivia mulai menutup matanya karena perdebatan yang akan terjadi.

" Oh, jadi lo masih peduli sama Debo? Terus kenapa elo mutusin dia? Perasaan Ayah dalam kandungan elo itu Debo deh bukannya Alvin. Terus, kenapa coba elo ngerebut Alvin? " ucap Sivia tak mau kalah.

" So? Lo juga kan? Kenapa Debo? Kan ada Rio, Cakka, Deva dan juga Patton. Kenapa harus Debo? " tanya Ify.

" Karena cuma dia yang bikin hati gue tenang. " jawab Sivia.

Ckkiiiittttt...
Braaakkk...

" AREEENNNN! "

" Gue nabrak sesuatu deh. " ucap Aren panik.

" Hah? Nabrak? " Patton nampak melihat keluar. Namun, sia-sia. Ia tak bisa melihat keluar dari dalam mobil.

Anak FMIF dan SNG pun keluar dari dalam mobil Aren. Mereka ingin melihat dengan jelas apa yang ditabrak Aren barusan. Benar-benar misterius!

" Ren, mana? Lo mau memperhambat waktu ya? " protes Cakka pada Aren.

" Sumpaaah! Tadi gue nabrak orang. Anak kecil. Sumpah deh gue nggak bohong. " ucap Aren sambil celingukan mencari sosok yang ditabraknya.

" Ah, ngarang lo! " sungut Alvin kesal.

" Ren, udah ah! Jangan main-main. Cepet ke rumah dukun dan temuin Shilla. " ucap Agni pada Aren.

" Tapi tadi... "

" REN! " bentak Cakka berapi-api. Emosinya cukup sudah dipermainkan Aren.

" Iya, iya. Ayo masuk ke mobil. " ucap Aren pasrah lalu kembali menjalankan mobilnya.

***

BERSAMBUNGGG...
like+coment yaaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar