Senin, 20 Juni 2011

Berawal Dari MOS--Part 51--Spesial DevAcha

Part 51: Deva sialan!

***

Perasaan itu kembali hadir di hati Deva. Perasaan ketika ia pertama kalinya bertemu cewek seperti Acha. Dan kini, semua itu mungkin hanya tinggal kenangan sesaat. Bahkan, disaat Acha sedang terpuruk dalam kesedihan grup SNG. Deva sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa untuk Acha. Apa yang harus dilakukan Deva? Entahlah! Deva sendiri tidak tahu harus melakukan apa untuk Acha. Disaat seperti ini juga Acha nampak tak peduli pada Deva. Semua hanya karena permasalahan Five Boys dan Five Girls dimasa lalu kini diungkit kembali. Andaikan saja Cakka lebih bisa menjaga ucapannya.

Sulit. Memang sulit untuk menyatukan semuanya kembali dan mengembalikan semua seperti semula. Segala upaya telah dilakukan Deva demi teman-temannya dan juga Acha. Namun, hasilnya juga sia-sia. FMIF dan SNG juga tetap bersikukuh menghentikan hubungan cinta yang terjadi. Terkecuali Deva dan Acha. Mereka berdua nampak memang tidak peduli dengan peraturan yang dibuat Alvin dkk.

“Aku bingung dengan semua ini, Dev. Rasanya semuanya itu sudah berakhir. Hidup udah nggak ada artinya lagi sekarang.” Acha tertunduk lesu. Kini ia sendiri pun ikut bingung dengan semua yang terjadi. Apa yang harus dilakukan Acha? Harus diam dan meratapi nasib hubungannya dengan Deva berakhir? Atau mungkin Acha mesti mengembalikan semua seperti awal? Tidak mungkin! Itu semua memang tidak mungkin dilakukan Acha. Acha memang terlalu lemah untuk melakukan semua itu. Tapi, tidak mungkin juga Acha mesti berdiam diri terus-menerus.

“Keep smile. Hadapi semua masalah dengan senyuman. Kita harus yakin bahwa semua akan baik-baik aja. Aku juga nggak mau semua ini berakhir dengan sia-sia.” Deva menerawang langit yang memang nampak cukup cerah itu. Ia kembali mengingat dimasa-masa pertama kali bertemu dengan anak-anak FMIF dan juga anak SNG. Kenangan masa lalu yang kembali berputar di memori ingatan Deva. Kenangan ketika study tour bersama. Kenangan disaat niat licik Alvin ingin menghancurkan anak Five Girls dilakukan. Kenangan ketika ternyata Deva memang benar-benar mencintai Acha. Dan mungkin kenangan itu kini telah lenyap seiring berjalannya waktu. Deva sendiri tidak bisa melakukan apa-apa.

“Cinta… kata orang ku jatuh cinta. Jatuh cinta sampai tergila-gila. Hanya dirimu yang membuatku mabuk kepayang.” Acha menatap wajah Deva. Perlahan ia mengelus lembut pipi Deva. Acha merindukan saat-saat berdua seperti ini bersama Deva. Benar-benar rindu. Seakan dunia milik mereka berdua. Acha dan Deva nampak tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya.

“I will be the last for you. And you will be the last for me.” Deva tersenyum kemudian merangkul Acha. Sungguh! Deva merindukan saat-saat seperti ini. Hari ini akan dicatat Deva sebagai hari bahagia dalam hidupnya bersama Acha. Dan semoga saja hari ini bukan merupakan hari terakhir Deva bersama Acha. Walaupun ada masalah antara FMIF dan SNG. Tapi, bukan berarti hubungan mereka harus berakhir kan?

“Aku sayaaang banget sama kamu, Dev. Kamu itu adalah orang yang bisa buat aku tersenyum. Dan kamu tau, kamu itu beda dari semua cowok yang aku kenal. Kamu itu…”
“Sst...” Deva menempelkan jari telunjuknya di bibir Acha. Baginya, cukup sudah pujian yang dilontarkan Acha. Tak perlu lagi Acha mengucapkan semua kata pujian yang mungkin sudah dirangkainya. Karena semua itu memang tidak dibutuhkan Deva. Yang Deva mau hanyalah kasih sayang dan ketulusan hati Acha.

Acha terdiam. Ia masih menatap Deva. Tangan Deva sudah diturunkannya. Dan kini, Acha hanya diam memandang wajah kekasihnya itu. Ia menelan ludah. Acha berharap bahwa saat ini bukanlah first kiss-nya bersama Deva. Karena jujur, Acha memang tidak bisa melakukan semua itu. Maka dari itu Acha sama sekali tidak pernah mendapatkan first kiss-nya dengan semua mantannya. Apa mungkin Deva yang akan mendapatkan first kiss-nya bersama Acha? Mari kita simak --”

“Jangan, Dev! Aku belum siap untuk semua itu.” Acha memalingkan wajahnya dari Deva. Ia memang belum siap untuk semua ini. Mungkin ini belum saatnya untuk dirasakan Acha. Semua memang butuh persiapan untuk melakukan semua itu. Bagi Acha, semua tidak akan terjadi apabila tidak ada persiapan.

“Cieee... belum siap first kiss ya? Ya udah, aku juga nggak maksain kamu kok, Cha. Kalo emang nggak mau ya aku bisa apa? Aku juga nggak bisa apa-apa.”

Acha memandang Deva sesaat kemudian ia menundukkan kepala. “Maaf.” Hanya kata itu yang dilontarkan Acha. Karena Acha sadar bahwa Deva pasti kecewa dengan semua ini. Tapi, apa mau dibuat? Acha juga tidak mungkin melakukan itu. ACHA BELUM SIAP!

“Buat apa minta maaf? Kamu nggak ada salah kok. Cha, kita ke taman yuk?” ajak Deva.

“Taman?”

“Iya, taman. Aku pengen ngomong sesuatu yang serius sama kamu.”

“Emang nggak bisa disini aja?” Tanya Acha dengan raut muka agak kesal. Deva mendengus.

“Nggak bisa! Disini terlalu rame. Kita ketaman ya?” ajak Deva (lagi).

A c h a mengangguk pasrah lalu mengikuti langkah kaki Deva yang sudah menarik paksa tangannya untuk pergi. Acha hanya berpikir. Untuk apa Deva mengajaknya ke taman? Jangan-jangan Deva ingin first kiss-nya lagi. Tapi, itu tidak mungkin. Deva sudah bilang bahwa dia tidak akan memaksakan semua itu. Entahlah. Hanya bisa menunggu apa yang akan dikatakan Deva di taman.

***

“Aku mau kita putus, Cha.” Ucap Deva ketus. Ya, kini Deva dan Acha sudah berada di taman kota. Dan semua ucapan Deva itu memang diluar dugaan. Dengan gampangnya Deva mengatakan ingin mengakhiri hubungannya dengan Acha. Lantas apa yang ada dipikiran Deva sehingga dia bisa-bisanya melontarkan ucapan itu?. Entahlah…

“Apa? Putus? Tapi, kenapa? Aku punya salah sama kamu sampai kamu putusin aku kayak gini?” tanya Acha. Air matanya perlahan-lahan menetes membasahi pipi. Acha sungguh tidak bisa menerima semua ini. Acha tidak ingin Deva pergi dari hidupnya. Acha sudah terlalu lama mengenal Deva. Jadi, Deva tidak mungkin melakukan semua ini tanpa alasan yang jelas dan pasti.

“Kamu tau Patton kan, Cha? Apapun akan dilakukan dia untuk misahin anak FMIF dari SNG. Dan malah dia sekarang mau nguasain grup FMIF. Aku nggak mau ntar kamu kenapa-napa Cuma karena dia. Aku sayang kamu, Cha. Tapi, ngertiin aku. Aku juga nggak bisa pacaran terlalu lama sama kamu.” Deva tertunduk lesu. Ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa untuk menjaga dengan baik hubungannya dengan Acha. Segala cara telah ia coba. Namun, apa hasilnya? Deva tetap kekeuh dengan keputusannya itu. Deva dan Acha harus berakhir. Demi nama baik FMIF dan juga SNG.

“Tapi, kita kan bisa backstreet di depan mereka. Aku nggak mau pisah sama kamu, Dev.” Acha memeluk Deva. Tangisannya pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Kini ia puas-puaskan menangis dipelukan Deva. Acha ingin Deva! Hanya itu yang dia inginkan. Acha juga tidak peduli terhadap peraturan FMIF dan SNG.

“Aku juga nggak mau sebenernya pisah dari kamu. Tapi, aku juga nggak mungkin ninggalin persahabatan hanya demi seorang cewek. Tolong ngertiin aku! Aku juga bingung dalam situasi seperti ini, Cha.”

Acha masih terisak dipelukan Deva. Ia tak peduli dengan semua ucapan yang dilontarkan Deva. Yang ia mau hanyalah Deva tidak akan pernah pergi dari sisinya. Karena sungguh Acha tak bisa jauh-jauh dari Deva.

“Cha… sorry. Emangnya enak dikerjain! Hahaha.” Deva melepaskan pelukan Acha dan kini ia tertawa sepuasnya melihat ekspresi Acha yang terlihat sangat berlebihan.

“Ihhh… Deva sialan! Jadi, kamu Cuma ngerjain aku doing? Kamu pikir enak buang-buang air mata kayak gini? Jahat!” Acha menghapus air matanya lalu memanyunkan bibirnya beberapa cm. perasaannya sungguh sangat kesal pada Deva. Bisa-bisanya Deva seperti ini pada Acha. Jahat sekali!

“Maaf, Cha. Jangan ngambek dong. Aku kan cuma bercanda. Kalo disuruh milih FMIF atau kamu, aku pasti bakalan pilih kamu.” Ucap Deva sambil tersenyum.

“Yang bener?”

“Bener.”

“Yakin?”

“Sumpah!”

“Serius?

“Seratusrius deh.”

“Nggak bohong kan?”

“ACHAAAA!! Aku serius.” Ucap Deva kesal.

“Yee… ngambek.”

”Yuk, pulang.” ajak Deva.

”Pulang? Katanya mau ke taman.” Acha mendengus kesal. Apa sih maunya Deva? Segalanya telah dituruti Acha. Memang benar-benar sulit untuk ditebak.

”Besok kan kita sekolah. Sekarang kita pulang. Lagian aku capek banget, Cha. Emangnya kamu nggak capek jalan-jalan nggak jelas kayak gini? Ayolaahh...”

”Ya udah deh.” Acha mengangguk pasrah. Dan kemudian mengikuti langkah kaki Deva didepannya.

Bersambung...
Like+coment yaa :D
maaf ngaret... Abisnya bingung cara mindahin m.word 2007 ke 2003. Tp untung bisa. Hehe. Maaf yaa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar