Part 62 B
******
“Hey… siapa ya yang berani ngaku-ngaku jadi gue?”
“ALVIN!” Sivia kaget. “Lo masih hidup? Kok bisa?”
Alvin tersenyum tipis dengan wajah pucatnya sambil merangkul Sivia. “Elo yang udah buat gue kembali lagi. Dan gue nggak mau elo direbut sama si Vino kamseupay!”
Cakka dengan semangat-nya bangkit lalu menepuk-nepuk pipi Alv in. “Lo serius? Lo Alvin Jonathan Sindunata? Terus dia siapa? Kenapa dia ngaku-ngaku sebagai elo, Vin?” tanya Cakka sambil menunjuk Vino dengan tangan kirinya.
“Gue Vino! Saudara kembarnya Alvin dan pacar barunya Sivia.” Jawab Vino sambil menatap Cakka sinis.
“Hah? Kamu menghianati cinta kita, Vi?” tanya Alvin tak percaya. Alvin kembali bangkit untuk Sivia. Namun, mengapa Sivia tega melakukan ini semua kepadanya? Apa salah Alvin terhadap Sivia?
Vino menarik Sivia dalam pelukannya. Ia menatap tajam Alvin. “Lo udah mati! Sivia udah jadi milik gue sekarangg. Sivia lebih suka milik gue daripada milik elo!”
Semuanya tersentak. Terbongkar sudah semua rahasia Sivia yang terselubung selama ini. Vino membongkar semua rahasia Sivia. Tamat sudah riwayat Sivia kali ini. Sivia terdiam membisu dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kaata pun. Ia sangat malu.
“Lo suka apa dari Vino, Vi? Behelnya? Gila! Bagusan gigi Alvin kemana-mana kali, Vi!” ucap Debo pelan sambil tertawa geli.
“Gue suka…”
“Nggak usah lo lanjutin kata-kata lo yang cuma bisa buat gue sakit! Lo ternyata cuma nyari kayak gitu aja ya! Kamseupay dasar! Pantesan aja waktu itu lo nggak nolak waktu gue ajakin. Ternyata… lo cewek yang nafsunya gede!” bentak Alvin dengan suara tinggi. Sungguh! Alvin baru mengetahui bagaimana Sivia yang sesungguhnya. Sakit hati yang kini dirasakan Alvin.
“Hahaha. Sivia juga bilang kalo dia nggak cinta sama Alvin Sindunata! Tapi dia cinta sama Vino Sindunata. Sivia sukanya sama gue! Gue tetep akan jadi yang paling best of the best diantara semuanya.”
“Lo brengsek! Lo sengaja kan pengen ngehancurin hubungan gue sama Alvin? Mau lo apa sih, Vino?” Sivia geram. Ia mendorong Vino dengan sedikit kasar. Sorot kebencian terlihat jelas di mata Sivia. Ia sangat membenci Vino saat ini. Seandainya Sivia tahu bahwa Vino hanya ingin memanfaatkan keadaan. Pasti Sivia akan berpikir dua kali untuk menerima Vino sebagai kekasihnya. Disinilah letak kecerobohan Sivia. Ia begitu gampangnya terhipnotis oleh cowok seperti Alvin dan Vino.
“Lo ngapain Sivia? Lo tau nggak gue udah anggap Sivia sebagai adik gue sendiri!” Rio kini berdiri tepat dihadapan Vino. Rio memang sangat menyayangi Sivia. Ia sangat tidak suka dengan cowok yang seenaknya menyakiti cewek seperti Sivia.
“Lo nggak usah sok jadi pahlawan! Sivia milik gue sekarang. Nggak ada satu orang pun yang boleh nyentuh Sivia!” bentak Vino. Pertarungan sengit mulai terjadi. Cakka dan Debo menahan gerak Vino. Alvin berdiri tepat di hadapan Vino. Ia menatap tajam cowok dihadapannya itu. Tangannya mengepal dan siap untuk melayangkan pukulannya.
“BANGSAT! Putusin cewek gue sekarang!” bentak Alvin.
Bug! Satu pukulan mendarat di perut Vino. Emosi Alvin memuncak. Ia tidak suuka apabila Sivia direbut oleh orang lain. Alvin saja dari dulu berusaha kuat untuk mempertahankan hubungannya dengan Svia. Vino dengan gampangnya ingin merebut Sivia darinya.
“Alvin! Gue yang akan mutusin Vino. Lo nggak usah celakain Vino lagi.” Sivia melerai pertengkaran yang terjadi. Ia hanya tidak mau pertengkaran ini berakibat fatal lagi bagi Alvin maupun Vino. Sivia hanya ingin semua ini berakhir. Sivia tidak ingin mengenal Alvin dan Vino lagi ketika semua permasalahan ini telah berakhir.
“Kalian jangan bikin rusuh disini. Ini restoran dan bukan tempat buat berkelahi.” Direktur pemilik restoren itu menjauhkan Alvin dari Vino. Pemilik resto itu tidak mau jika nama restonya tercoreng hanya karena ulah Alvin dan kawan-kawannya.
“Udah! Kita cabut aja dari sini, Alvin. Nggak enak bikin rusuh resto orang.” bisik Vino pada Alvin. Rio pun beranjak dan mengisyaratkan yang lain untuk keluar dari resto.
Namun, kerepotan yang mesti diterima anak-anak SNG dan FMIF serta Vino. Di resto tersebut, tiba-tiba saja Cakka dan Debo pingsan karena baru menyadari bahwa Alvin ternyata ada dua.
Alvin berkacak pinggang. Ia menepuk-nepuk pelan pipi Cakka dan Debo. Beberapa menit kemudian, Cakka dan Debo tersadar dari pingsannya. Mereka kembali terkejut ketika melihat Alvin.
“Kok Alvin bisa ada dua?” tanya Debo dan Cakka serempak.
“Kita berdua memang serupa. Tapi tak sama! Gue lebih the best dari Alvin!” jawab Vino sambil memperlihatkan deretan giginya yang berkawat. Vino merangkul Sivia kembali. “Dan Sivia adalah pacar yang paling gue sayang.”
Alvin mengatupkan rahangnya. Ia bungkam dan tak percaya dengan semua ini. Vino sayang Sivia? Berarti… sudah lama Vino begitu mengagumi sosok Sivia. Alvin memang dari dulu selalu lebih unggul daripada Vino. Tapi, kali ini Alvin sungguh tak percaya bahwa Sivia dijadikan korban persaingannya oleh Vino.
“Nggak mungkin! Gue kenal banget Sivia. Sivia cintanya Cuma sama Alvin. Dia nggak mungkin tega nyakitin perasaaan Alvin.” Agni mulai angkat bicara. Ia memang sangat mengenal Sivia. Biasanya Sivia selalu bercerita tentang Alvin kepadanya. Bgi Agni, Siviz tidak mungkin tega menyakiti perasaan Alvin.
“Gue nggak pernah cinta sama Alvin! Gue cuma suka sama yang ada di dalam diri Alvin. Jadi tolong! Jangan larang-larang gue buat berhubungan sama Vino. Alvin cuma masa lalu gue! Dan lo semua, kamseupay eeewww! Diem aja deh lo semua. Nggak usah ikut campur urusan gue.”
“Sivia! Gue nggak nyangka ternyata pikiran elo seperti ini. Dari awal gue emang nggak pernah niat buat deketin elo. Gue dari awal udah naksir berat sama Shilla. Bukan sama elo! Lo nggak usa ke-geer’an deh jadi orang.” bentak Alvin sambil mendorong Sivia kasar.
Vino dengan cepat langsung menangkap Sivia agar tidak jatuh. Ia mendekap Sivia dengan erat dan penuh rasa sayang. Sivia terisak dalam pelukan Vino. Sivia tidak menduga bahwa kejadiannya akan seperti ini.
“Lo kasar banget sih! Lo urusannya sama gue. Bukan sama cewek gue.” Vino menatap Alvin. Ia sangat membenci saudara kembarnya itu. Ternyata begini saudara kembarnya. Sama saja sifatnya dengan Vino. Suka bertindak kasar pada cewek.
“STOP! Guys, ini resto orang. Jangan buat kerusuhan disini.” lerai Acha. Acha yang sedaritadi diam di samping Deva. Akhirnya angkat bicara.
“ELO!” geram Alvin. Tangannya mengepal. Ia perlahan mendekati Acha. Namun, Deva melindungi Acha. Alvin melayangkan tangannya dan akhirnya terdiam karena melihat Deva yang berada dihadapannya.
“Lo boleh pukul gue sepuasnya sampai gue mati! Asalkan jangan pernah lo bikin Acha terluka. Karena elo akan berhadapan sama gue!” bentak Deva.
Alvin terdiam. Ia menurunkan tangannya. Alvin spontan memeluk Deva. Tak mengira bahwa emosinya nyaris mencelakai sahabatnya sendiri.
“Ugh! So sweet.”
“Gue tau lo kecewa sama sikap Sivia yang seenaknya kayak gini. Tapi, tolong jangan lampiasin emosi lo ke semuanya, Vin.” Ucap Deva pelan. Ia membalas pelukan Alvin sambil menepuk punggungnya perlahan.
“Maafin gue ya, Dev. Gue janji nggak akan kayak gini lagi.”
“Siv, kita cabut dari sini! Nggak penting ngurusin cowok kasar kayak Alvin.” ajak Vino sambil menarik tangan Sivia.
Langkah Vino tiba-tiba terhenti. Alvin mengeluarkan pisau kecil yang berada di saku celananya. Ia mendekap Sivia sambil mengarahkan pisau itu ke pipi Sivia. Semuanya terdiam. Mereka berpikir bahwa Alvin benar-benar sudah gila saat ini. Semua dilar dugaan yang ia lakukan.
“Jangan ada yang keluar dari restoran ini kalo Sivia mau selamat!”
Vino menyipitkan matanya. Ia mundur beberapa langkah. Vino tak menyangka bahwa saudara kembarnya itu bertindak seperti ini hanya karena cewek seperti Sivia.
“Bunuh aja gue kalo emang itu buat elo puas! Gue sayang banget sama lo, Alvin!” Sivia angkat bicara dengan nada sedikit bergetar. Ia takut kalau sampai Alvin benar-benar nekat mencelakai dirinya.
“Alvin! Elo jangan gila. Gue sayang sama Sivia. Lo harus bunuh gue dulu sebelum elo ngebunuh Sivia.” Ucap Rio sambil berjalan mendekati Alvin.
“Gue juga! Elo harus bunuh gue sama Rio sebelum elo ngebunuh Sivia.” Debo ikut berdiri di dekat Rio. Ify kaget dan tak percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Rio dan Debo terhadap Sivia. Ini benar-benar diluar dugaan Ify. Apalagi kekasihnya sendiri membela Sivia. Apa yang ada dipikiran Debo sehingga ia tega melakukan semua ini? Sungguh sangat aneh sekali.
“Rio! Debo! Lo berdua janan gila dong. Gue cuma pengen gertak Vino doang. Lo jangan serius nanggepinnya. Gue juga sayang sama Sivia. Mana mungkin gue tega nyakitin cewek yang gue sayang.”
Sivia tersenyum. Ia menjatuhkan pisau yang ada ditangan Alvin. Sivia memeluk tubuh Alvin dengan eratnya. Ia tak percaya dengan pengakuan yang terucap dari mulut Alvin. Air matanya perlahan-lahan menetes membasahi baju Alvin. “Gue sayang banget sama el~”
BRUUUKKKK~
Sivia jatuh dipelukan Alvin. Pisau yang sebelumnya terjatuh kini tertancap di punggung Sivia. Vino menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata tangannya sendiri mencelakai Sivia. Padahal, Vino inginnya mencelakai Alvin. Bukan Sivia.
“Via… Siviaaaaaaaaaaa!” Alvin berteriak histeris. Ia langsung mengangkat tubuh Sivia dan mencabut pisau yang tertancap. Alvin langsung pergi keluar resto dan memanggil taksi untuk segera menuju rumah sakit.
Bugghh!
Satu pukulan mendarat di pipi kanan Vino. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Debo melayangkan pukulan keduanya. Namun, tangannya ditahan Deva.
“Lo bodoh, Deb! Dengan lo ngelakuin semua ini, elo buat Ify sakit hati. Mendingan kita serahin aja si Vino ke polisi dan pastikan dia dikasi hukuman mati.”
Vino terhuyung. Ia terduduk di lantai sambil mengacak-acak rambutnya. “Gue bego! Gue sayang sama Sivia. Gue kenapa buat dia celaka? Kalo gue bisa, mendingan gue yang ketusuk pisau itu.”
Segerombolan polisi pun datang dan langsung membangunkan Vino. “Saudara Vino! Anda kami tangkap karena tuduhan pembunuhan terhadap saudari Sivia.”
Vino berontak. Ia berteriak histeris. “Saya bukan pembunuh! Alvin pembunuhnya. Siviaaaaaaaa!”
“Bawa aja dia, Pak! Dia yang buat Sivia celaka. Berikan saja dia hukuman mati!”
Vino pasrah. Tatapan amarahnya ditunjukkan ke arah Debo. Ia seakan-akan berkata ‘awas-lo-nanti’. Ia terus berteriak dan berontak. Bodoh! Vino bodoh karena harus mengorbankan Sivia karena balas dendam pada Alvin. Namun, ia puas karena dendamnya terbalas berkat Sivia. Dengan celakanya Sivia, itu membuktikan bahwa Alvin adalah cowok yang nggak waras.
***
“Sivia… kamu bertahan ya sayang. Demi aku dan demi anak kita.”
Alvin pun tiba di rumah sakit Sanglah. Dengan cepat Sivia mulai ditangani Dokter dan suster di ruang UGD.
Bersambung…
LIKE+comentnya yahh :)
maap ngaret.-.
lanjut.. :)
BalasHapuslanjutkan lagi...
BalasHapus