Part 36 : Best Friend or Enemy?!
***
Shilla terdiam memandang kekasihnya yang sedang terbaring lemah diatas kasur rumah sakit. Shilla bingung harus melakukan apa. Saat ini hatinya menangis melihat kekasihnya dan anak angkatnya dalam kondisi memprihatinkan. Perlahan-lahan air mata jatuh membasahi pipi Shilla. Shilla tidak sanggup melihat semua ini. Shilla ingin semuanya kembali. Saat-saat dimana kebahagiaan itu datang menghampiri. Disaat Casillas menjahilinya dan saat Cakka selalu merayu dirinya. Shilla merindukan semua itu. Namun, seketika semua terhenti. Permusuhan itu datang menghancurkan persahabatan antara Five Boys dan Five Girls. Persahabatan berakhir seketika. Entah apa masalah yang diberikan untuk persahabatan FG dan FB. Tapi, semuanya telah berakhir. Kebahagiaannya kini harus diselimuti kesedihan. Kesedihan melihat kekasih dan anak angkatnya melawan maut yang hendak mencabut nyawa mereka. Shilla tidak bisa melakukan apa-apa. Shilla hanya bisa meneteskan air matanya menghadapi yang terjadi. Bahkan, untuk membayar biaya operasi Casillas pun dia tidak sanggup. Shilla tidak tahu darimana harus mendapat uang sebanyak itu. Shilla tidak mungkin meminta bantuan pada Papanya. Shilla memang anak orang kaya. Ayah Shilla seorang pengusaha besar. Namun, Shilla tidak memanfaatkan kekayaan keluarganya. Shilla mencoba hidup mandiri dan tidak menyusahkan Papanya. Shilla bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
” Ami... Angan ingalin Illas ama Api. ” Casillas mengigau dalam tidurnya. Shilla menghapus airmatanya dan mendekati Casillas. Shilla memandang dari ujung rambut hingga kaki. Shilla merasa tidak tega melihat kaki Casillas yang diperban-perban. Shilla merasa bersalah pada dirinya sendiri.
” Casillas... ”
Shilla menyeka airmatanya. Tak kuasa Ia melihat Casillas berjuang mempertahankan hidupnya.
‘ Tuhan, bila kau izinkan. Lebih baik ambil nyawaku saja. Jangan ambil nyawa anak kecil yang belum merasakan hidup yang lama. Aku tidak tega melihat anak kecil harus pergi. Kalau kau mau, kau ambil saja nyawaku. Jangan Casillas ! ’ batin Shilla.
“ Ami... ”
Shilla membelai rambut Casillas. Shilla tersenyum memandang Casillas. Kondisinya memprihatinkan. Shilla hanya tidak mau anak kecil seperti Casillas harus berjuang melawan maut yang hendak menjemput. Shilla tidak mau itu terjadi.
“ A...A...Agni... ”
Shilla menoleh ke arah Cakka. ‘ Agni? ’ pikir Shilla. Shilla mengernyitkan dahinya karena ucapan Cakka barusan. Bagaimana mungkin Cakka bisa menyebut nama Agni disaat seperti ini? Dan apa mungkin ada hubungan spesial diantara Cakka dan Agni?
***
“ Gue kecewa sama lo. ” Agni menahan air mata yang hendak tumpah. “ Lo suka sama Alvin? Gue sakit hati, Io. Lo lebih suka sama Alvin dibanding pacar lo sendiri. Kecewa gu... ”
” Lanjut, Ag. ” ucap Debo. “ Jangan berhenti ditengah jalan. ”
“ Gue... ” Agni berhenti sejenak. “ Gue lupa mau bilang apa. Gue ke toilet dulu. ”
Agni langsung pergi dari lapangan dan lari menuju kamar mandi. Rio tertawa memandang kepergian Agni.
“ Lo lebay banget dah tadi, Io. Kan kasihan Agni. Akting lo nggak lucu. ” Alvin tertawa cekikikan. “ Agni sampai lupa dia mau bilang apaan. ”
“ Hahaha, iya. Tadi sebenernya nggak akting kali, Vin! ” Rio memandang Alvin. “ Tadi gue ngomong jujur. ”
“ Jadi lo beneran suka sama Alvin? ” Debo nampak tak percaya dengan ucapan yang dilontarkan Rio sebelumnya.
“ Lo maho ya? Idih... ” Alvin bergidik. “ Males gue punya temen kayak lo. Najis! ”
“ Nggak!! Gue dulu emang suka sama lo, Vin. Tapi, semuanya udah hilang semenjak hadirnya Agni. Sebenernya gue suka sama Shilla setelah gue coba pendam perasaan gue ke elo. Tapi, gue lihat Agni lebih dari Shilla. Gue lihat banyak kesamaan lo yang ada didalam diri Agni. Apalagi Agni itu tomboy. ”
“ Lo gila kali ya! Lo cuma mau mainin perasaan Agni? ” Debo merasa tidak terima dengan ucapan Rio. “ Lo jangan mainin perasaan Agni! Gue nggak suka liat Agni sampai nangis gara-gara cowok kayak lo. ”
“ So what?! Hidup-hidup gue. Agni pacar gue! Lo nggak usah ikut campur ya. Mending lo urus tuh dua orang cewek diseberang sana yang lagi mau celakain Ify. ”
Debo menoleh ke seberang. Tepatnya ke arah toilet sekolah. Debo melihat Ify yang sedang diganggu Itte dan juga Aren.
“ Ify... ” Debo segera berlari menghampiri mereka.
“ Lho, Debo ngapain ke toilet cewek? ” Agni yang baru datang langsung menghampiri Rio dan Alvin.
” Nyamperin Ify yang lagi diganggu sama dua cewek. ” jawab Rio.
“ Oh... ”
Toeeettt...toeeettt...toeeettt...
Bel istirahat berbunyi. Rio, Alvin, Debo dan Agni terlepas dari hukuman Gabriel dan Zahra.
“ Akhirnya.... ” ucap Alvin. “ Gue mau nyamperin pacar gue tersayang. ”
Alvin pergi meninggalkan Rio dan Agni.
“ Ag... ”
“ Stop!! Gue males ngomong sama lo. ”
Agni meninggalkan Rio. Perasaannya benar-benar kacau karena semua ini.
***
“ LEPASIN IFY! ”
Aren menoleh ke sumber suara itu. Aren nampak terkejut melihat Debo memasuki toilet cewek. Itte menghentikan aksinya menjambak rambut Ify. Itte langsung terdiam ketika melihat Debo datang.
“ De...Debo... ”
Ify memeluk Debo. Ify bingung harus melakukan apa. Ify hanya mau semuanya seperti semula. Tanpa hadirnya Itte, Aren, Lintar maupun Dimas dihidupnya.
“ Brengsek lo berdua. Itte, tolong jangan ganggu hubungan gue lagi sama Ify. Dan lo Ren! Jangan ikut-ikutan ke aliran sesat kayak Itte. Gue tau lo itu nggak tega nyakitin Ify. Tapi, gue nggak suka lo kayak gini. Dipengaruhin sama aliran sesatnya Itte. ”
“ Maaf. ” Aren menunduk. “ Gue cuma nggak suka liat lo sama cewek lain. ”
“ Sama. Gue juga nggak suka liat lo sama cewek lain! Apalagi sama cewek yang kayak Ify. Nggak banget deh! ” sahut Itte. “ Sampai kapanpun, lo nggak akan pernah bisa tenang kalo pacaran sama cewek kayak Ify! ”
Ify melepaskan pelukannya dan menatap Itte. “ Sampai kapan sih lo mau ngeganggu hubungan gue sama Debo? Apa gue punya salah sama lo? Gue sayang sama Debo. Dan tolong jangan ganggu hubungan gue sama Debo! ”
“ Argh!! Gue pusing. Cabut, Itte. ” Aren menarik tangan Itte dan keluar dari toilet itu.
“ Huh... Untung aja itu anak dua udah pergi. ”
“ Jangan macem-macem deh. Ini toilet cewek, De. Ayo keluar. ” ajak Ify.
“ Emang kalo aku macem-macem kenapa? Ada larangan ya, Fy? ” Debo mendekati Ify. “ Lagi sepi ini, Fy. ”
“ De... Jangan macem-macem. Aku nggak suka deh kalo gini. ”
Debo mengacak-acak rambut Ify. “ Makin sayang deh aku, Fy. Yuk balik ke kelas. ”
Ify tersenyum. “ Yuk. ”
***
“ Mau makan apa sayang? ”
tanya Alvin pada Sivia.
Sivia melihat daftar makanan yang berada dikantin sekolah. “ Hmm, rujak aja deh, Vin. Lagi pengen banget. ”
“ Ngidam ya, Vi? ”
Sivia menoleh. “ Heh? Enggak. Gue cuma lagi pengen aja sama rujak. Jangan mikir macem-macem deh, Vin. ”
“ Iya. ”
Alvin dan Sivia langsung duduk dimeja kantin setelah mendapat pesanan.
“ Bentar lagi ya, Vi. ”
“ Uhuukk... Uhuukk... ” Sivia tersedak rujak karena ucapan Alvin.
“ Minum, Vi. Ini. ” Alvin menyerahkan segelas es teh kepada Sivia.
Sivia menghela nafasnya. “ Apanya yang sebentar lagi? ”
“ Nggak apa-apa kok. Aku cuma nggak sabar aja liatnya. ”
“ Apa sih? ”
Alvin tersenyum. “ Lupain aja, sayang. ”
“ Iya. Tapi, gimana kabarnya Sion ya, Vin? Kasihan dia harus dipenjara. ”
Alvin mendengus kesal. “ Sion lagi. Sion lagi. Biarin ajalah dia dipenjara! Aku udah nggak perduli lagi sama Sion. ”
“ Aku kan cuma nggak tega, Vin! Lagian kamu juga laporin dia ke polisi. Dia kan nggak ada apa-apain aku, Vin. ”
“ What?! Nggak ada ngapa-ngapain? Jelas-jelas dia itu mau memperkosa lo, Sivia. Nyadar dong. Kalo gue dateng telat nyelametin diri lo, apa yang udah dilakuin sama Sion. Lo sih nggak pernah ngerti. Kurang apalagi sih gue dimata lo, Vi? ”
Sivia menunduk. “ Maaf. ”
“ Kalo gue telat dateng, lo udah diperkosa sama Sion. ” bentak Alvin.
Seluruh pengunjung kantin memandang Alvin dan Sivia. Sivia takut semuanya tersebar hanya karena ulah Alvin. Sivia hanya tidak mau harga dirinya jatuh disekolah.
“ Ikut aku. ” Sivia menarik Alvin. “ Jangan bikin kerusuhan dikantin. ”
***
“ Dev, aku nggak tega ngeliat Debo. ” Acha mengelus tangan Deva. “ Aku nggak nyangka kalo dia itu anak tunggal dan ortunya cerai. ”
“ Cakka juga tau. ”
“ Hah? ”
“ Iya, Cakka juga anak broken home. Ortunya pisah waktu Cakka masih kecil juga. Tapi, Cakka punya kakak. Aku salut sama Debo, Cha. Dia bisa bertahan disaat seperti ini. Dia kayak nggak ngerasa kesepian gitu. ”
“ Iya, aku juga salut sama dia. Dia nggak ngerasa kesepian. Terus dia juga nggak tinggal sama kedua orang tuanya. ”
“ Hmm... Iya. ”
“ Ozy. ”
“ Hah? Ozy? ”
Acha menepuk jidatnya. ‘ Mampus gue. ’ batin Acha.
Deva memandang Acha. Deva merasa sedikit rasa kecewa pada Acha. Apa mungkin Acha masih memiliki rasa terhadap Ozy? Dan bagaimana dengan perasaannya terhadap Deva?
TO BE CONTINUED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar