Part 40: Perjodohan itu… berbadan dua(?)
*****
“ Hueekkk… ” Ify terus-terusan bolak balik kamar mandi pagi ini. Kondisinya terlihat sangat buruk karena perutnya terasa mual dan kepalanya kembali terasa pusing yang menyakitkan. Baru kali ini Ify merasa tidak enak badan. Mama Gina nampak curiga dengan anaknya yang terus-terusan memasuki kamar mandi. Mama Gina mencoba berbicara pada anaknya itu.
Tok…tok…tok…
Mama Gina mengetuk pintu kamar mandi. Ia merasa khawatir dengan Ify yang terus-terusan muntah dikamar mandi.
“ Ify… kamu kenapa nak? ”
Tak ada jawaban. Ify masih didalam kamar mandi.
“ Mama masuk ya. ”
Krriiittt…
Mama Gina kaget melihat anaknya pingsan didalam kamar mandi itu. Dia panic dan segera menelpon dokter untuk ke rumah memeriksa Ify.
@ Alyssa room’s
Dokter itu telah selesai memeriksa kondisi Ify yang sangat buruk. Belum lagi gejala mual-mual yang dialami Ify.
“ Dok, Ify sakit apa? ” tanya Mama Gina.
Dokter itu menghela nafasnya lalu geleng-geleng kepala. “ Gejala yang dialami Ify sepertinya dia sedang hamil satu bulan. ”
Mama Gina kaget mendengar ucapan Dokter itu. Ify hamil? Bagaimana bisa? Itulah yang sedang dipikirkan Mama Gina saat ini. Anak perempuan sati-satunya hamil diluar nikah. Dan bisa-bisa membuat malu seluruh keluarga besar Ify.
“ J…j…adi Ify hamil, Dok? ”
Dokter itu mengangguk. “ Iya, apa selama ini ada seorang laki-lagi yang dekat dengan Ify? Nampaknya laki-laki itu tidak mengetahui tentang kehamilan Ify. ”
“ Laki-laki? Selama ini Ify tidak pernah bercerita bahwa dia memiliki seorang kekasih. ” Mama Gina menatap serius Dokter yang berada dihadapannya itu. Ify mengigau.
“ Debo… debo jangan nikah sama Shilla. ”
Dokter itu mengangguk. “ Cari laki-laki yang bernama Debo dan suruh dia bertanggung jawab atas semua ini. Permisi. ” Dokter itu beranjak pergi meninggalkan rumah Ify.
Mama Gina membelai rambut Ify. “ Ify… ”
“ Debo… Debo… jangan lakuin itu. ” Ify terus mengigau dalam tidurnya.
“ Debo… dasar cowok brengsek! ” Mama Gina sangat emosi dengan laki-laki yang bernama Debo itu.
“ DEBO… ” Ify terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi buruk disaat dia melihat pernikahan Debo dan Shilla tepat didepan matanya.
“ Ify… kamu sudah sadar nak? Siapa laki-lagi brengsek yang tega menghamili kamu? ” tanya Mama Gina.
“ Hah? Ify hamil? ” Ify nampak kaget mendengar ucapan Mamanya yang mengatakan bahwa dirinya sedang hamil.
“ Iya, siapa laki-laki itu? Apa dia Debo? Laki-laki yang semenjak tadi kamu sebut? ”
Ify mencoba mengingat sesuatu yang akan terjadi hari ini. “ ASTAGA! Hari ini hari pernikahannya Debo sama Shilla, Ma. ”
“ Siapa mereka? ” mama Gina mengerutkan dahinya karena tidak mengerti dengan ucapan anaknya itu. Ify mendengus.
“ Debo pacar Ify, Ma. Dia yang udah menghamili Ify waktu study tour. ” Ify menunduk lemas. “ Dan sekarang dia mau dinikahin sama Shilla. Sahabat Ify sendiri, Ma. ”
“ APA?! Jadi benar dia laki-laki yang menghamili kamu, Fy? Mama nggak mau tahu! Kamu harus cari dia dan jangan biarkan dia menikah dengan perempuan lain. ” suruh Mama Gina.
“ Ma, anterin Ify ke rumah Debo. Tolong Ma. ”
“ Maaf, itu urusan kamu sendiri. Mama tidak mau ikut campur dengan semua ini. Karena kamu yang telah melakukan semua ini. Jadi kamu juga yang harus menyelesaikannya. ” Mama Gina beranjak meninggalkan Ify didalam kamar. Ify terisak.
“ De, gue kangen sama lo. Gue harus batalin pernikahan lo sama Shilla. ” Ify beranjak dari tempat tidurnya. Ia keluar dari kamar dan rumahnya untuk segera menuju ke acara pernikahan Debo dengan Shilla. Ify berharap semuanya belum terlambat.
***********************
“ Saya nikahkan Andryos Aryanto bin Zaenal dengan Ashilla Zahrantiara binti Zaenal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai. ”
Debo menghela nafasnya. Dengan berat hati Ia mengikuti perkataan penghulu itu. “ Saya terima nikahnya Ashilla Zahrantiara binti Zaenal dengan mas kawin tersebut, tunai. ”
“ Bagaimana saksi? Sah? Sah? ”
“ STOP! INI SEMUA NGGAK SAH! ”
Debo menoleh kea rah suara itu. “ Ify… ”
“ Ini semua nggak sah! Debo nggak boleh nikah sama Shilla karena saya sedang mengandung anaknya dia. ” Ify menunjuk Debo. Debo cengo dan tak percaya dengan semua yang diucapkan Ify.
“ Ify hamil? ” Shilla ikut-ikutan tak percaya dengan semua ini.
“Usir perempuan itu!” perintah Papa Shilla.
Bodyguard Papa Shilla menyeret paksa Ify keluar dari rumah Debo.
“De, kamu jangan lakuin ini. Aku mohon! Aku hamil anak kamu, De. Waktu kita study tour itu. Apa kamu lupa dengan semua ini? Kamu tega buat aku terpuruk dalam kesedihan ngeliat kamu nikah sama Shilla? Kamu jahat sama aku, De! ” Ify terus memberontak dan tidak mau keluar dari rumah Debo. Debo berdiri.
“Lepasin dia! Pernikahan ini dibatalkan! Saya sama sekali tidak mencintai perempuan seperti Shilla. Dia adalah kekasih saya. Dan saya tidak mau dia menanggung malu karena ulah saya sendiri.” ucap Debo sambil menunjuk Ify. Shilla semenjak tadi menangis dipelukan Mama Debo.
“De, kejar Ify.” suruh Shilla. Ify pergi dari rumah Debo dengan penuh air mata. Sakit! Itulah yang dirasakan Ify ketika melihat pernikahan Debo dengan Shilla.
“Fy...”
“PERNIKAHAN INI BATAL!” teriak Debo langsung keluar mengejar Ify.
Semuanya terdiam didalam rumah Debo.
“Shilla... Shilla juga mau pernikahan ini batal!” Air mata Shilla terus jatuh membasahi pipinya. Ia tak sanggup untuk melaksanakan pernikahannya bersama Debo.
“Shilla, ayo pulang sama Papa. Dan pernikahan ini juga dibatalkan! Dan maaf Bu Halimah, anda saya pecat dari perusahaan saya.” Papa Shilla menarik Shilla keluar dari rumah Debo. Semua orang dirumah itu pun ikut bubar. Mama Debo terisak.
“Dede... Kamu tega lakuin ini semua sama Mama.”
Patton menepuk pundak Mama Debo. “Tante, Dede nggak ada maksud buat nyakitin hati Tante. Tapi, Debo itu laki-laki. Dan dia harus bertanggung jawab dengan perbuatan yang dilakukannya pada Ify. Tante jangan marah-marah sama Dede lagi ya?”
“Hmm... Makasih ya, Pato. Tante juga nggak tahu bahwa semuanya akan jadi seperti ini. Bahkan Tante nggak pernah tau bahwa Ify itu hamil. Dan dia datang menghancurkan semua ini. Padahal, hampir saja semuanya berjalan lancar.” Mama Debo tertunduk sedih. Patton memeluk Mama Debo.
“Tante, Ify nggak salah. Kalau seandainya Pato juga jadi Dede. Pato pasti akan lakuin hal yang sama. Pato akan kejar Ify dan hentiin pernikahan sama Shilla. Coba deh Tante pikirin perasaan Dede. Dede pasti sakit hati waktu tau dia akan dinikahin. Apalagi Shilla itu sahabatnya Ify.”
“Hmm... Iya. Tante selama ini selalu nyuruh Dede lakuin ini itu. Dan Dede juga selama ini nggak pernah nolak dengan semua suruhan Tante. Tapi, Tante benar-benar nggak tahu bahwa pernikahan ini akan batal karena kehamilan kekasih Debo itu.”
“Udah Tante. Jangan sedih lagi. Semuanya juga sudah terlamat dan semua itu sudah terjadi. Pernikahan Dede sama Shilla kan juga udah dibatalkan. Jadi, untuk apa Tante sedih? Apa Tante butuh pekerjaan atau butuh uang? Pato bersedia kok bantu Tante sama Dede.” Patton tersenyum manis. Mama Debo mencium pipi Patton.
“Makasih ya sayang. Oh ya, kamu bakalan tinggal disini sama Dede ya?”
Patton mengangguk. “Iya Tante, Pato bakal tinggal disini sama Dede. Mama sama Papa yang suruh Pato pindah kesini dan pindah ke sekolah Dede juga.”
“Jadi Pato bakal satu sekolah sama Dede?” tanya Mama Debo.
“Iya Tante. Pato bakalan satu sekolah sama Dede. Tante tenang aja. Soal biayanya, Mama sama Papa Pato yang udah ngatur biaya sekolah Pato sama Dede.” Patton melepaskan pelukannya. “Pato ke kamar Dede dulu ya. Permisi Tante.”
“Iya.”
****
“Hueekkk... Hueekkk...”
Sivia terus-terusan pergi kebalik pohon. Alvin sedaritadi nampak bingung melihat Sivia terus-terusan sembunyi dibalik pohon. Alvin beranjak dari bangku taman dan menghampiri Sivia.
“Hueekkk”
“Vi, kamu kenapa?” Alvin memijit leher belakang Sivia. Sivia memegangi perutnya.
“Nggak tau, Vin. Rasanya ada yang aneh. Tiba-tiba aku muntah kayak gini. Padahal, aku belum makan pagi ini.”
“Hah? Belum makan? Tapi, kok kamu agak gendutan, Vi? Jangan-jangan...”
Plak--
Sivia menampar pelan pipi Alvin. “Jangan-jangan apa? Jangan berpikiran aneh-aneh deh, Vin.”
“Tapi, kita kan udah lakuinnya 3 kali, Vi.” ucap Alvin watados.
“Alvinnn... Nggak mungkin!” Sivia memanyunkan bibirnya. Alvin tersenyum jahil.
“Vi, ntar namanya Alivia Zahvianti aja ya. Itu kalo cewek.” Alvin memeluk Sivia dari belakang dan mengelus-elus lembut perut Sivia.
“Alvin... Apaan sih? Jangan ngomong gitu dong. Aku nggak mau, Vin.” Sivia mengenggam erat tangan Alvin. Alvin tersenyum.
“Kalo cowok namanya Iza Sindunata. Tapi, aku pengen deh kembar, Vi.” Alvin melepaskan pelukannya sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Ih, Alvin...” Sivia menggerutu kesal dengan semua ucapan Alvin.
“Nggak mau ya? Rugi lho kalo nggak mau.” Alvin cekikikan. Sivia semakin kesal dengan Alvin.
“Lama-lama lo bikin gue kesel ya. Anterin gue kerumah sakit sekarang!” ajak Sivia.
“Mau buat kembaran, Vi?”
PLETAK-
Sivia menjitak kepala Alvin. “You crazy boy!”
“What? Crazy boy? Nggak salah tuh?” Alvin terkekeh.
“Dasar! Anterin gue ke rumah sakit.” Sivia memegangi perutnya. “Ntar gue muntahin lo!”
“Ih, Via jorok nih.” Alvin bergidik. Sivia tertawa ngakak.
“Lucu deh kamu, Vin.”
“Oh yeah?! Aku kan emang lucu, Sivia.” Alvin mencubit pipi Sivia yang chubby. Sivia mengembungkan pipinya.
“Nggak ada yang boleh cubit pipiku! Alvin jahat sama aku.” Sivia meninggalkan Alvin.
“Viaa...” Alvin mengejar Sivia yang semakin jauh meninggalkannya.
“ALVIN JELEK! ALVIN RESEK! ALVIN NYEBELIN!” Sivia berteriak sambil berlari tanpa arah dan tujuan yang jelas.
“SIVIA... AWASSSS...”
“AAALLLVVIIINNNN”
brruukkk...
Sivia memejamkan matanya karena ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat karena nyaris saja dirinya ditabrak mobil dengan kecepatan penuh. Perlahan Sivia membuka matanya dan melihat sosok dihadapannya yang telah menolongnya.
“Lo aman, Vi. Hati-hati ya kalo nyebrang.”
“Sion...”
Alvin dari kejauhan menghampiri Sivia bersama Sion.
“Vi, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Alvin panik.
Sivia menggeleng.
“Sion... Kok lo bisa bebas dari penjara?” Alvin nampak kaget melihat sosok Sion yang berada dihadapannya itu.
“Iya, Om gue salah satu polisi disana. Jadi, dia dengan gampangnya ngebebasin gue dari penjara. Tapi tenang aja! Gue nggak akan ganggu lagi kok hubungan lo sama Sivia.” Sion tersenyum.
“Akhirnya...”
‘Lo liat aja Alvin-Sivia! Hubungan lo berdua nggak akan bertahan lama. Pelan-pelan gue pasti akan hancurin hubungan lo berdua.’ batin Sion.
“Thanks ya, Sion. Akhirnya lo bisa ngertiin juga perasaan gue.” Alvin menepuk pundak Sion.
“Iya, gue pergi dulu ya. Lain kali, jagain Sivia baik-baik.” Sion beranjak pergi meninggalkan Alvin dan Sivia.
Sivia tersenyum. “Hmm... Sion itu romantis.”
Alvin memeluk Sivia. “Kurang romantis apa sih gue dimata lo, Vi? Segala yang lo minta gue selalu turutin kok.”
“Segalanya? Bener?” Sivia tersenyum licik.
“Iya cintaku.”
“Kalo gitu gue nggak mau hamil! Karena gue nggak siap dengan semua ini.”
“Jadi, lo mau gugurin kandungan lo, Vi? Jangan! Bahaya tau. Bisa-bisa nanti lo nggak bisa hamil lagi, Vi.”
Sivia menunduk. “Tapi gue nggak siap sama semua ini, Vin. Butuh waktu untuk semuanya. Gue belum siap nikah dan punya anak.”
“Maafin gue ya, Vi. Gue dengan gampangnya ngehancurin masa depan lo kayak gini. Maaf ya, Vi. Waktu itu gue bener-bener nggak bisa ngendaliin nafsu yang udah diujung tanduk. Plis, gue nggak mau lo gugurin kandungan lo. Gue mohon.” Alvin semakin mempererat pelukannya pada Sivia. Air mata Sivia perlahan-lahan jatuh membasahi pipi.
“Gue bingung, Vin. Kalo emang gue beneran hamil, entar Mama gue bisa kena serangan jantung. Gue nggak mau semua berita ini sampai terdengar ke telinga Mama gue. ” Sivia menangis dalam pelukan Alvin.
“Gue janji, Vi. Gue akan tanggung jawab dengan semua ini. Dan gue nggak akan pernah tinggalin lo.”
Berakhir sudah pencarian cintaku...
Jiwa ini tak lagi sepi...
Hati ini telah ada yang miliki...
Tiba diriku dipenghujung mencari cinta...
Diri ini tak lagi sepi..
Aku tak sendiri...
Aku aan menikahimu...
Aku akan menjagamu...
Ku kan slalu disisimu...
Seumur hidupmu...
Tiba diriku dipenghujung mencari cinta...
Hati ini tak lagi sepi...
Kini aku tak sendiri...
Aku akan menyayangimu...
Ku kan setia kepadamu...
Ku kan selalu disisimu...
Seumur hidupmu...
(Alvin ft Sivia-Penghujung Cintaku-Ungu ft adellia)
Sivia tersenyum memandang Alvin lalu berdiri.
“Anterin aku ke rumah sakit yuk, Vin. Telingaku mampet deh kayaknya.”
Alvin memanyunkan bibirnya. “Suara sekeren Cristiano Ronaldo malah nggak suka. Ya udah. Ayo kita ke rumah sakit.”
“Yuk.”
************
Sejak mengenalmu, gadis...
Serasa hidupku indah...
Berbunga panah asmaramu...
Gadis adalah cinta pertama bagiku...
Oh gadisku sa sa sa sayang...
Dukamu adalah dukaku...
Oh gadisku sa sa sa sayang...
Milikku adalah milikmu...
Oh oh gadisku...
Bercinta denganmu gadis...
Hasrat hidupku pernuh bergelora...
Kasih sayangmu gadis...
Lembut wangi seharum rambutmu...
Engkau gadisku...uu...
Sayangku slalu...
Kasihku padamu..uu..
Setulus hatiku..
Engkau gadisku...uu...
Pujaan hatiku...
Asmara kita...aa...
Semoga abadi...
Rapp
s to be a to be y , say...
Oh my girl give me a change...
Kau gadisku sa sa sayang...
Harapanku ditanganmu...
Our our ei o...
Let me the last forever...
Jangan pernah kau tinggalkan aku...
Be be because my heart is yours...
Houuu yeaahhh
houuu yeaahh...
Gadisku engkau gadisku...
(Deva-Kau Gadisku-Sm*sh)
Acha memeluk Deva dihadapannya.
Ku tahu kamu bosan...
Ku tahu kamu jenuh...
Ku tahu kamu tak tahan lagi...
Ini semua salahku...
Ini semua sebabku...
Ku tahu kamu tak tahan lagi...
(jangan sedih, jangan sedih, aku pasti setia)
Aku takut kamu pergi...
Kamu hilang...
Kamu sakit...
Aku ingin kau disini...
Disampingku selamanya...
(jangan sedih, jangan sedih, aku pasti setia)
aku ingin kau disini...
Disampingku selamanya...
Aku takut (jangan takut) kamu hilang (takkan pergi)..
Kamu hilang (wooo) kamu sakit...
Aku ingin (aku juga) kau disini (bersamamu)...
Disampingku (disampingmu)...
Selamanya...
(Deva ft Acha-Takut-Vierra)
“Hahaha...” mereka berdua tertawa bersama. Acha melepaskan pelukannya.
“Maafin aku ya, Dev. Aku salah karena udah putusin kamu waktu itu. Aku nyesel banget waktu itu, Dev. Kamu mau nggak ulang semuanya lagi dari awal?”
Deva mengangguk mantap. “Iya. Aku mau ulang semuanya dari awal. Karena aku juga nggak mau kamu pergi tinggalin aku.”
BYUUURRRR....
“ACHAAA... BANGUN.”
Acha membuka matanya perlahan. ‘Cuma mimpi.’ batinnya. Ia melihat kakaknya tengah membangunkannya pagi ini.
“Kak Dayat! Ih, gangguin mimpi indah Acha aja.” Acha terduduk dan memanyunkan bibirnya. Dayat mengacak-acak rambut adiknya itu.
“Ciee... Adik kakak tersayang udah dewasa nih. Siapa tuh yang dimimpiin? Pacarnya ya?” goda Dayat.
“Mantan, Kak.”
“Kok mantan? Kenapa kamu bisa putus sama dia?” tanya Dayat ingin tahu.
“Aku yang putusin dia, kak. Aku nyesel banget mutusinnya. Padahal aku masih sayang banget sama dia.”
Dayat mengelus rambut Acha. “Kalo kamu masih sayang sama dia, ajak aja dia balikan. Tapi, tanya dulu dia udah punya pacar baru atau belum. Kamu kan udah gede, Cha. Jadi kamu selesaiin semuanya. Kakak juga nggak tega lihat kamu kayak gini. Menyesal karena mutusin mantan pacar kamu itu.”
Acha menunduk sedih. “Acha bingung, kak. Apalagi sebelumnya Acha sempet lihat dia ciuman sama sahabat Acha sendiri. Acha jadi sakit hati liat semua itu kak.”
“Hah? Ciuman sama sahabat kamu sendiri? Yakin?”
“Yakinlah! Acha lihat dengan mata kepala Acha sendiri kalo dia ciuman sama sahabat Acha sendiri. Makanya Acha mikir dua kali untuk ngajak dia balikan.”
“Hmm... Kalo gini kasusnya. Ribet, Cha. Kamu selesaikan aja semuanya sendiri. Kakak juga ada urusan lain. Katanya mau jogging. Ini udah jam setengah 9 lho.”
“Iya, kak.” Acha beranjak dari tempat tidurnya. Dayat keluar dari kamar adiknya itu.
Acha mengganti pakaiannya dan segera pergi jogging untuk menyegarkan tubuhnya.
Acha hanya berlari pelan disekitar area kompleks Ciungwanara dan Pemuda.
“Achantik...”
Acha menoleh ke sumber suara yang memanggilnya itu.
“Deva...”
Deva menghampiri mantan kekasihnya itu.
“Kemana aja kamu, Cha? Kok kamu ngehindar terus dari aku? Aku nggak tau kenapa kamu ngehindar gini dari aku. Apa karena kita udah putus?” tanya Deva memulai pembicaraan.
“E...em...itu...a...aku...” Acha nampak sangat gugup dihadapan mantan kekasihnya itu.
“Kenapa, Cha? Biasa aja kali sama aku. Walaupun kita udah putus. Tapi nggak semestinya kamu ngejauh dari aku.”
“Aku butuh waktu, Dev. Aku nggak bisa kalo harus bertemu sama kamu. Hati aku sakit banget.”
“Emang ada apa sih, Cha? Kenapa mesti ngejauh dari aku coba?”
“Aku sakit hati ngeliat kamu ciuman sama Agni!” jawab Acha.
“Hah? Ciuman sama Agni? Kapan? Aku sama sekali nggak pernah ciuman sama Agni!”
“Bohong! Waktu ditaman kamu ciuman sama Agni. Aku liat sendiri.”
“Ya ampun, Cha. Aku waktu itu lagi niupin mata Agni yang kelilipan. Bukannya aku ciuman sama Agni. Suer deh, Cha. Aku nggak pernah sama sekali ciuman sama cewek.”
“Beneran?” tanya Acha.
“Beneranlah! Buat apa coba aku bohong sama kamu. Nggak ada gunanya, Cha. Aku sama Agni nggak ada hubungan apa-apa kok. Lagian kan aku sama dia cuma sahabatan aja. Nggak mungkinlah aku selingkuh sama dia.”
Acha tersenyum. “Maaf ya, Dev. Sebelumnya aku udah nuduh yang aneh-aneh tentang kamu. Aku nggak tahu bahwa semuanya seperti ini. Maafin aku.”
“Iya. Aku nggak pernah marah kok sama kamu.” Deva mengacak-acak rambut Acha.
“Makasih ya, Dev. Jujur aku masih sayang banget sama kamu, Dev.”
“Kita ulang semuanya dari awal ya, Cha?”
Acha mengangguk mantap. “Iya, aku mau ulang semuanya dari awal.”
“Ya udah. Kita jalan-jalan yuk.”
“Yuk.”
************
Adegan tukar cincin nyaris terjadi tepat dihadapan Agni. Ya, Agni datang dihari pertunangan Rio bersama Dea. Zevana dan Agni semenjak tadi menggerutu kesal melihat acara pertunangan tepat didepan matanya. Cincin di tangan Dea sukses terpasang di jari manis Rio. Namun, saat Rio ingin memasang cincin untuk jari manis Dea. Semuanya diluar dugaan.
“STOP!!” Agni dan Zevana berteriak.
Crriinggg...
Cincin ditangan Rio terjatuh. Rio memandang Agni. Rio merasa tak tega melihat Agni menangis karena melihat pertunangannya dengan Dea.
“Rio...” Mama Rio nampak emosi dengan anaknya itu. Bisa-bisanya Rio tidak melaksanakan pertunangan ini dengan baik.
“Maaf, Ma. Rio nggak bisa lakuin semua ini.”
“Ma, udahlah. Biarin aja Rio tentuin pilihannya.” ujar Papa Rio.
Dea menjauh dari Rio dan menarik Agni untuk berdiri dihadapan Rio. Dea tahu bahwa semenjak tadi Agni tidak suka melihat pertunangannya dengan Rio.
“Lakuin pertunangan ini.” bisik Dea sambil menepuk pundak Agni pelan.
Rio tersenyum memandang Agni dihadapannya itu. Rio menarik tangan kanan Agni lalu memakaikan cincin dijari manis Agni. Seluruh tamu undangan bertepuk tangan. Dea ikut tersenyum memandang Rio bersama Agni.
“Biarkan saja Rio dengan perempuan itu. Karena itu memang pilihan Rio.”
“Hmm...”
Rio mencium kening Agni. “Tetaplah disampingku untuk selamanya. Karena kamu tercipta hanya untukku. Dan bukan untuk orang lain.”
“Aku akan tetap bersamamu. Dan aku akan melekat disini. Dihatimu.” ucap Agni sambil menyentuh dada Rio.
“Jangan pernah tinggalin aku ya, Ag. Aku nggak bisa hidup tanpa dirimu disisiku.”
“Iya Marioku sayang. Aku akan selalu menemanimu. Sekarang dan untuk selamanya.”
************
“Fy, tunggu...” Debo terus mengejar kekasihnya itu tanpa mengenal lelah. Ify menghentikan langkahnya.
“Aarrrgghhhh!! Kepalaku sakit, De.”
Debo dengan langkah cepat langsung menghampiri Ify. Debo takut hal buruk akan terjadi pada Ify.
“Fy, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Debo khawatir.
“Sakiitttt...” Ify terus merintih sambil memegangi kepalanya. Debo memeluk Ify.
“Fy, kamu tenang ya. Aku jadi panik liat kamu kayak gini.”
“Sakit, De. Sakit.” lirih Ify lemas. Debo menggendong tubuh Ify dan segera memanggil taksi untuk dilarikan ke rumah sakit.
@RS Puri Raharja
Debo terus-terusan mondar mandir didepan ruang UGD menanti kabar dari sang Dokter mengenai kondisi Ify.
************
“Dari hasil pemeriksaan lab, dinyatakan bahwa Sivia sedang hamil satu bulan.” ucap sang Dokter pada Alvin dan Sivia.
“H...h...hamil Dok?”
“Akhirnya...” gumam Alvin.
“Iya, kamu hamil satu bulan, Sivia.”
“Hmm... Ya sudahlah. Saya permisi, Dok.” Sivia dan Alvin beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
Sivia masih belum bisa menerima semua ini. Pernyataan yang mengatakan bahwa dirinya sedang hamil satu bulan. Itu semua benar-benar tidak ingin terjadi.
“Gue belum siap, Vin. Gue nggak mau semua ini terjadi.”
“Udahlah, Vi. Semuanya udah terjadi. Nggak ada yang bisa disembunyiin lagi. Cepat atau lambat semuanya juga akan tau kalo kamu sedang hamil, Vi.”
“Hmm...”
“Ikut aku yuk.” ajak Alvin.
“Kemana?”
“Buat kembaran.” jawab Alvin sambil menarik tangan Sivia.
@Summer Hotel
“Ayolah, Vi.” ajak Alvin.
“Vin, jangan gila deh! Lo nggak liat gue lagi hamil kayak gini.”
“Hmm... Tapi aku pengen, Vi.”
“Nggak mau!”
“Ayo...”
@kamar 507
“ALVIIINNNNNN....”
" Dieemmm... "
" ALVIIINNNN... "
" DIEEMMMM... "
" ALVIN ALVIN ALVIN!! jangan... "
" Diem diem diem!! Sivia... "
Sivia mendorong Alvin. " Jangan, Vin. Gue mohon. " sivia terisak diatas kasur hotel.
" Vi... "
" Lo jahat sama gue, Vin! Lo cuma mau manfaatin gue aja kan? Iya? Jahat lo! "
" Vi... Enggak... " Alvin mendekati Sivia.
CUPP(?) zzz
Alvin mengecup bibir Sivia. Sivia terdiam dan masih terisak.
" Kita mulai ya... "
" Jangan Vin... " cegah Sivia.
" Vi, udah tanggung. "
" Gue nggak mau! "
" Tapi gue mau. "
" Nggak! "
" Iya. "
" Nggak. "
" Iya. "
" Nggak. "
" Iya. "
" Ng... "
Alvin mendekap erat tubuh Sivia.
to be continued...
Part 41: Rumah Sakit-Spesia ID&CakShill
Tidak ada komentar:
Posting Komentar