Senin, 22 Juli 2013

Marching Band in Love #3

TITTLE: Marching Band in Love
AUTHOR: Ni Putu Ayu Wina Laksmita Dewi
CAST: Ashilla Tiara, Ify Alyssa, Mario Stevano, Debo Andryos, Alvin Sindhunata, Sivia Azizah, etc.
GENRE: Love, romantic, music

Don’t be a silent reader!
I’m back with new story.. Hope you like this :)

I apologize if there are similarities places, names, etc. This just a fictional story and doesn’t correspond to reality. :)

ENJOY!






***

“Aww… sakit, kak!” Shilla mengerang kesakitan ketika Debo mengompres pelan bibirnya menggunakan air hangat. “Pelan-pelan, kak. Sakit banget ini.”

“Iya bawel!” ujar Debo pelan. “Kenapa Sivia bisa sesadis itu sama kamu?”

“Dia bilang aku tukang cari sensasi terus bilang cari perhatian seniorlah. Aku dibilang buat kekacauan di marching band ini. Aku minta maaf ya, Kak!”

Debo merasa iba. Bibir Shilla sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya, begitu parahnya luka yang dibuat Sivia kepada Shilla. Sebenarnya apa maksud Sivia mengatakan bahwa Shilla tukang cari sensasi? Memangnya dia membuat sensasi apa sehingga Sivia begitu kasarnya terhadap Shilla?

“Tadi gue liat Sivia udah main celakain Shilla aja, Deb. Segitu kasarnya dia sama temennya sendiri.” Gabriel yang baru saja mengobati luka diwajahnya menghampiri Shilla dan Debo. “Untung gue segera bertindak, kalo nggak, Shilla bisa lebih parah daripada ini dicelakainnya. Sivia nggak pantes masuk anggota marching band kalo dia hanya membuat onar disini.”

Shilla menoleh kearah Gabriel. “Kok kakak ngelarang dia ikut? Seharusnya kan kakak bangga karena anggota disini jadi bertambah. Dan jumlah colour guard jadi banyak karena ditambahnya Sivia, Chelsea, Ocha dan Acha.”


“Shilla bener, Yel. Lo harusnya bangga punya Sivia.” ucap Debo. “Mungkin dia khilaf karena banyak yang respect sama Shilla dibanding sama dia. Dari awal mereka daftar, gue udah liat kesirikan Sivia terhadap Shilla.”

“Lo bener!” Gabriel menyetujui ucapan Shilla dan Debo. Seharusnya memang ia menyetujui kehadiran Sivia. Karena sebelum Sivia dan calon anggota baru datang, jumlah anggota marching band yang aktif bisa dihitung dengan jari. “Sivia nggak akan gue ijinin keluar. Dan gue juga nggak akan ngebiarin Sivia nyakitin Shilla lagi!”

Debo melirik tajam Gabriel. “Jangan kibarin bendera perang sama gue!”

“Kak, Shilla pamit pulang ya! Thank’s bantuannya.” Shilla beranjak pergi namun langkahnya ditahan oleh Gabriel.

“Shill, kakak anter ya!” pinta Gabriel.

Shilla tersenyum tipis lalu melepaskan pegangan tangan Gabriel. “No thank’s! Aku bisa pulang sendiri kok kak. Aku duluan ya.”


***

“AAAARRGGHHH!” Sivia mengacak-acak rambutnya ketika ia telah sampai dirumah. “Sivia bego! Shilla itu anak yang baik. Kenapa penyakit nggak waras lo ini nggak bisa ilang? Maafin gue, Shill.”

2 tahun yang lalu, Sivia adalah seorang psikopat. Banyak orang yang menjauhi Sivia karena telah mengetahui sisi buruk Sivia bahwa dirinya adalah seorang psikopat. Banyak korban yang jiwanya tersakiti oleh Sivia. Bahkan, sahabatnya yang bernama Nadya, dibunuh dengan tangannya sendiri hanya karena tidak mau mendengarkan apa yang dilontarkan oleh Sivia.
Sivia tidak suka apabila ucapannya dilawan! Sivia tidak suka apabila apa yang dia inginkan tidak tercapai. Dan dia tidak suka apabila orang lain ikut campur dalam hidup Sivia!

“Psikopaaaatttt! Lo keluar dari kamar!” suara teriakan seorang pemuda terdengar menggelegar ditelinga Sivia. Siapa lagi yang berprilaku seperti itu kalo bukan Riko, kakak kandung Sivia.

“APAAN? MASUK AJA!” Sivia berteriak tak kalah keras dari dalam kamarnya. Lagu gloomy Sunday terputar nyaring di dalam kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya sejenak sambil menangkap perlahan-lahan maksud dari lagu yang diputarnya itu.

Kriiieetttt…
Riko membuka pintu kamar adiknya perlahan. “Dek, gue pinjem lo bentar boleh nggak? Pacar gue hilang. Gue nggak kuat.”

“Hah?” Sivia membuka matanya dan seketika terkejut melihat Riko yang hanya menggunakan handuk masuk ke kamarnya. “M..mm..maksud lo?”

Sivia menjaga jaraknya terhadap Riko. Ia mulai takut karena sebelumnya Riko tidak pernah mengatakan pacar-gue-ilang. Tapi, bukan berarti Riko mengorbankan adiknya sendiri kan?

“Jangan paksa gue berbuat kasar, Dek. Ayolah bantu kakak! Lagian lo juga udah pernah kan.” pinta Riko dengan tampang memelasnya mulai merayu Sivia.

“Kak, lo mendekat gue bunuh!” ancam Sivia sambil mengeluarkan pisau lipat yang ia simpan dibawah bantalnya. “Jangan macem-macem sama seorang psikopat!”

Riko tertawa keras. Ia melepaskan handuk yang melekat di badannya. “Lo ngancem gue? Bisa apa lo, Dek? Gue minta secara halus lo nggak usah kasar!”

Pisau yang tadinya tergenggam rapat di tangan Sivia pun terlepas. Ia menutup matanya seketika menggunakan bantal yang ada di dekatnya. “Kakak brengsek! Lo keluar dari kamar gue. Gue nggak sudi punya kakak yang otaknya mesum kayak lo!”

“Hahaha!” Riko semakin mendekat. “Sebagus apa sih tubuh seorang psikopat!”

“KAK RIKO!” Sivia semakin berontak dan berusaha menjauhkan kakak kandungnya sendiri dari hadapannya. “Lo bener-bener brengsek! Nggak gue juga korbannya!”

“MUNAFIK!”

“Gue nggak munafik!” balas Sivia sambil melemparkan bantalnya kearah wajah Riko. “Lo itu kakak kandung gue! Kalo lo mau, cari tante-tante girang sana di diskotik. Gue nggak minat!”

Sivia beranjak pergi dari hadapan Riko. Namun, usahanya tidak berhasil. Riko mencengkram dengan keras pergelangan tangan Sivia. Tamat sudah riwayat Sivia hari ini. Bagaimana mungkin kakaknya sendiri berusaha memiliki dirinya?  Semua ini gila.

“GUE UDAH BILANG!” bentak Riko di depan wajah Sivia. “Lo berontak, lo yang hancur! Lo milik gue hari ini.”

Riko memeluk Sivia yang ada tepat dihadapannya. “You’re beautiful today.”

Setelah ucapan Riko terlontar. Semuanya hancur. Harapan dan semua impian Sivia tidak akan pernah terwujud lagi. Alvin? Mungkin ia merasa tidak sudi untuk berhadapan dengan gadis yang tidak bisa menjaga dirinya seperti Sivia.

“BRENGSEEEKKKKK!”

***

“Lo suka sama dia?” suara seorang pemuda mengagetkan Gabriel yang sedang menepi di kolam apartement miliknya sendiri. “Lo harusnya berani secara langsung ungkapin! Jangan mendam perasaan lo terlalu lama, Yel.”

Gabriel termenung mendengar ucapan sahabatnya. Sebegitu cepatkah ia harus mengungkapkan perasaannya terhadap seorang gadis yang baru ia kenal hari ini? Sebegitu pantaskah ia bersama dengan gadis itu. Entahlah.. Gabriel merasa gundah. Hatinya yang dulu sekeras batu kini telah mulai terbuka untuk gadis seperti Shilla. Marching band in love?

“Yel, perjuangkan cinta lo! Lo pasti bisa mendapatkan Shilla. Keliatannya dia hatinya mudah luluh kok.” Pemuda di sebelah Gabriel tersenyum sambil merangkul Gabriel. “You can do it!”

“Tapi Vin…”

“Lo bisa! Dia yang terbaik daripada Zahra yang lo kejar-kejar. Inget! Zahra milik Kak Dayat. Lo nggak boleh nyerah dong.” Potong Alvin pada ucapan yang akan dilontarkan oleh Gabriel. Ya, walaupun Alvin 1 tahun lebih tua diatas Gabriel, Alvin adalah sahabat terbaik Gabriel.

“Vin…” panggil Gabriel pelan.

“Ya? Ada yang salah sama ucapan gue?” tanya Alvin sambil tersenyum tipis.

“Thank’s” jawab Gabriel sambil merangkul Alvin. “You’re my best friend. Cepat atau lambat, gue akan berusaha ungkapin semuanya ke Shilla. Dan gue mau peringatin satu hal ke…”

“Apaan” potong Alvin dengan tampang yang mulai serius ingin tahu. “Is this about Rio? Your enemy?”

“That’s right!” jawab Gabriel mantap sambil menepuk pundak Alvin perlahan. “Lo harus pintar! Jagain Ify dan jangan pernah lo nggak peduliin dia. Feeling gue mengatakan kalo dia bakal jadi saingan berat lo buat mendapatkan Ify. Kalo lo memang sayang sama Ify, lo jaga dia dengan baik.”

“Hah?”

“Good luck, bro.” ucap Gabriel lalu pergi meninggalkan Alvin di kolam renang apartemennya.

Jaga-dia-dengan-baik. Apa maksud ucapan Gabriel menyuruh menjaga Ify dengan baik? Rio akan merebut kekasihnya? Tidak mungkin! Alvin berpikir bahwa Rio menyukai Oik. Tapi… apa maksud ucapan Gabriel? Alvin berpikir bahwa Gabriel yang akan merebut Ify dari pelukannya. Tidak akan! Siapapun tidak boleh merebut Ify dari pelukan Alvin.

“Ify… kamu yang terindah yang paling aku sayang.”

***

“Bagaimana kalo memang Kak Gabriel sama kak Debo suka sama aku?” pikir Shilla disepanjang jalan yang ia lalui.

“Itu sangat tidak mungkin, Shilla.” ucapnya lagi. “Kak Debo dan kak Gabriel baik cuma karena kasian kan sama aku? Haha. Mustahil!”

Shilla tersenyum tipis lalu melanjutkan perjalanannya lebih cepat dari sebelumnya. “Semoga… apapun yang terjadi, aku bisa menemukan sosok pangeran pengganti masa lalu ku yang kelabu. Riko, cowok brengsek!”

***

“Eh, Debo.” suara gadis itu mengagetkan lamunan Debo di dalam sekretariat marching band. “Kamu masih disini dari tadi?”

Debo menoleh sesaat lalu mengalihkan kembali pandangannya ke arah televise. “Iya nih, Fy. Tadi ada kecelakaan kecil diluar makanya aku masih disini. Kamu kenapa kesini? Alvin mana?”

“Mati.” Jawab Ify seadanya. “Kamu ada lihat Rio kesini?”

Debo mematikan televisinya lalu mengernyit perlahan. Rio? Mengapa Ify bisa mencari Rio? Untuk keperluan staff lapangan atau dalam hal lain? Bukannya Ify masih berstatus sebagai pacar dari seorang Alvin Sindhunata?

“Kamu kenapa?” tanya Ify yang kaget karena Debo sampai mematikan televisinya. “Am I wrong?”

“Sekali lagi aku tanya, Alvin mana?” tanya Debo lagi.

“Mati!”

Debo berdiri dihadapan Ify. “Lo yang sopan! Gue udah baik ngomong lo jawab kayak gini. Lo selingkuh?”

“Hah?”

“Lo selingkuh?!” tanya Debo sekali lagi.

“Mm…mmm..maksud lo?” Ify gelagapan. Sepertinya apa yang selama ini berusaha disembunyikan sebentar lagi akan terbongkar.

Brakkk..

“Sayang, maaf Rio tel…” Rio menutup mulutnya seketika.

“LO BERDUA BODOH!”

***

“Thank’s, Dek. Lo sempurna banget buat gue.” Riko mencium kening Sivia. “Tiap hari kayak gini gue puas loh, Dek. Lo nggak munafik kayak mantan gue, Shilla.”

Sivia tersentak ketika mendengar nama Shilla terlontar dari mulut kakaknya. Shilla? Ashilla Tiara?

“Kenapa Dek?” tanya Riko sambil mengelus pelan rambut Sivia.

Sivia menjauh perlahan dari kakaknya. “A..ashilla Tiara?

“Yups!” jawab Riko sambil menyunggingkan senyumannya. “Kenapa? Lo kenal mantan gue itu?”

Sivia menggeleng perlahan. Tidak! Kakaknya tidak boleh berbuat jahat lagi terhadap gadis sebaik Shilla. Bagaimanapun, Shilla tidak pernah jahat terhadap Sivia. Hanya saja, Sivia yang terlalu jahat terhadap gadis itu. Entahlah… apa ia pantas untuk dimaafkan atau tidak. Hanya Shilla yang pantas memutuskan untuk memaafkan Sivia atau tidak.

“Kok lo bisa tau nama mantan gue?” selidik Riko. Ia mencengkram kembali lengan Sivia. “Gue tau semua tentang lo! Lo sembunyiin sesuatu dari gue, Dek?”

Sivia menggeleng kembali. “Gue nggak kenal. Gue cuma pernah denger. Dia temen satu ospek sama gue.”

“Oh… dia kuliah di unwar.” Riko tertawa renyah. “Thank’s, Dek.”

Riko mencium bibir Sivia dengan cepat lalu pergi meninggalkan Sivia.

“Gue harus selamatin Shilla!” ucap Sivia sambil berusaha menghubungi Shilla.

***

“IFY BRENGSEK!” Alvin membanting handphonenya seketika ke dalam kolam apartement Gabriel. Hatinya terasa sakit. Bagaimana tidak? Ia mendengar kabar dari Debo bahwa Ify selingkuh dengan Rio. Bahkan, sebelum Alvin dan Ify jadian. Sandiwara yang pintar.

Alvin menunggu Ify. Menunggu Ify menjelaskan semuanya! Air mata yang menetes sudah tidak sanggup untuk merasakan kepedihan yang mendalam. Sejauh ini hubungan mereka ternyata dibaliknya tersimpan perselingkuhan.

***

Aku tahu ini semua tak adil

Aku tahu ini sudah terjadi
Mau bilang apa aku pun tak sanggup
Air mata pun tak lagi mau menetes

“Vin… gue bisa jelasin!” bentak Ify dibalik air matanya yang menetes. “Semua yang dibilang Debo itu nggak bener!”

“Mau jelasin apa lagi?! Cukup tau aku, Fy! Sakit!” Alvin tak kalah kesalnya. Ia saat ini tidak tahu harus percaya dengan kekasihnya atau temannya. Dimana kesetiaan? Dimana kasih sayang apa semua itu sudah tidak bisa untuk dirasakan Alvin? Sebegitu jahatnya Alvin sehingga kebahagiaannya pun direnggut oleh temannnya sendiri?

Alasannya seringkali ku dengar
Alasannya seringkali kau ucap
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku

“VIN!” Ify berusaha memeluk kekasihnya itu. Jahat! Ia terlalu jahat terhadap Alvin.

“Kenapa?!”

“Hah?” Ify mengernyit pelan setelah pelukannya ditolak oleh Alvin. “Maksudnya?”

“KENAPA RIO? KENAPA HARUS DIA?” tanya Alvin sambil mengguncangkan pelan tubuh Ify. Air matanya tidak sanggup lagi menetes. Semua terasa sakit. Tidak ada gunanya untuk dilanjutkan lagi. “Kita putus…” lanjut Alvin.

Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati

Ify berlutut dihadapan Alvin. Air matanya terus-terusan menetes dengan berakhirnya ucapan Alvin. Sebegitu jahatnya dirinya? Apa tidak ada maaf untuknya?

“Bangun lo!” bentak Alvin sambil menghapus air matanya yang kembali menetes. “Sekarang lo puas! Lo bisa pacaran sama Rio sesuka hati lo, Ify Alyssa!”

Ify menggeleng dengan cepat. Ia memegangi kaki Alvin. “ Maafin aku, Vin. Aku salah. Aku yang bodoh udah sia-siain orang yang udah sayang sama aku. Aku yang brengsek. Aku memang pantas kamu perlakuin kayak gini. Tapi, tolong! Maafin aku!”

Alvin mendorong Ify. “Maaf?! Baru sekarang? In your dream, girl!”

Alvin meninggalkan Ify. Meninggalkan semua rasa sakitnya yang tersisa. Apa salah dan dosa yang dilakukan oleh Alvin? Mengapa Ify sangat jahat terhadap dirinya? Kali ini, semua sudah berakhir. Alvin harus membuka kembali lembaran baru. Melupakan semua yang pernah terjadi diantara dirinya dan Ify.

“ALVIIINNNNNNNNNN!!!”

***

Just give me a reason. Just a little bit's enough. Just a second we're not broken just bent. And we can learn to love again

Handphone Shilla bordering. Ia mengambil handphone yang disimpannya di dalam saku. Ia mengernyit pelan ketika melihat siapa orang yang menelponnya. Untuk apa? Untuk apa Sivia menelpon Shilla? Sekedar meminta maaf atau…

“Halo…” sahut Shilla. “Ada apa, Via?”
“Hati-hati sama, Riko. Dia itu jahat.” Suara diseberang sana terdengar serak. Isak tangisanpun mulai terdengar.
“Hah?” Shilla terkejut. Riko? Bagaimana mungkin… “Lo kenal Riko?”
Suara Sivia semakin terdengar samar. “L..lo.. j..auhin!”

Tut..tutt..tutt..

Shilla menjauhkan handphonenya lalu memasukkannya kembali ke dalam tas. Hati-hati terhadap Riko? Untuk apa? Sebelum Sivia memperingati Shilla, ia sudah mengetahui bagaimana buruknya mantannya itu. Alasan Sivia mengikuti unitas untuk mencari sosok pengganti Riko! Shilla tidak ingin dihadapkan kembali dengan orang-orang yang jahat.

“Thank’s, Vi. Kalo lo emang kenal sama Riko, lo yang harusnya jaga diri lo.” Ucap Shilla sambil tersenyum tipis.

***

Alvin berdiri dihadapan pemuda yang sangat ia benci saat ini. Emosinya telah mencapai ubun-ubun. Ia tidak bisa merasakan sakit hati ini sendirian. Semua yang ada didekatnya, harus merasakan kepedihan yang dirasakan oleh Alvin.

“Bangsat!” bentak Alvin ditengah emosinya. Tangannya mengepal namun ia berusaha untuk sabar. “KENAPA IFY? KENAPA, YO?”

Pemuda yang teryata Rio itu hanya bisa menunduk. Ia tahu, kesalahan fatalnya disini. Ia telah menghianati temannya sendiri. Memang! Rio memang tidak dekat dengan Alvin. Tapi, Rio bisa merasakan sakit hati yang dirasakan pemuda ini. Egois. Rio merasa dirinya terlalu egois karena telah merebut kebahagiaan orang lain.

“Gue sayang sama dia, Yo!” air mata Alvin kembali menetes dihadapan Rio. “Lo bisa liat air mata gue sekarang cuma buat nangisin dia. Lo sadar kan kesalahan lo?”

“Maaf.” hanya itu. Hanya kata maaf yang sanggup untuk Rio ucapkan. Ia harus melakukan apalagi untuk menebus kesalahannya? Harus memutuskan hubungannya dengan Ify dan mengembalikan Ify pada Alvin? Terlambat! Rio sudah terlambat untuk melakukan semua itu.

“Gue punya salah apa sama lo?” lirih Alvin pelan. Ia terlalu sakit! Sakit merasakan kepahitan sendirian. Gabriel? Terlalu sibuk memikirkan Shilla mungkin.

“Nggak.” Jawab Rio pelan. Ia masih tidak sanggup menatap wajah Alvin. “Lo terlalu baik sama gue. Gue yang terlalu brengsek sama lo, Vin. Maaf.”

Alvin hanya tersenyum sinis. Ia menghantam tembok yang ada di hadapannya.

‘Bugh’

“Sakit, Yo! Sakit banget kalo lo rasain punya orang yang lo sayang tapi ternyata selingkuh sama temennya sendiri!”

“BANGSAT…” lanjut Alvin.

Rio terhuyung. Alvin mendorong Rio kasar setelah ucapannya berakhir. Ia cukup sakit. Sakit memiliki teman makan teman!


BERSAMBUNG…

Song by Republik-Sandiwara Cinta, P!nk-Just Give Me a Reason

Like and coment.. saran juga :) thank you ..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar