Salam penulis :*
maaf ngaret... Hehehe... ._.V
saya jangan didemo ya... Hahaha... ._.V
Like yang banyak ya...
Sekali-kali nyenengin penulis :)
***
" Hey, nak! Jangan ciuman didepan umum. Kalian tahu, anak saya bisa terjerumus ke prilaku kalian berdua yang seperti ini didepan umum. "
Rio langsung menjauh dari Agni dan menoleh ke arah sumber suara. Tampak berdiri Ibu-Ibu bersama anaknya sedang memperhatikan Rio dan Agni. Rio jadi salah tingkah karena ada orang yang memperhatikan dirinya. Rio lupa bahwa Lapangan adalah tempat umum.
" M..maaf, Bu. " Rio terbata-bata sambil menunduk. " Maaf kalo saya salah tempat. Yuk, Ag. Kita pergi. "
Rio menarik tangan Agni dan meninggalkan Lapangan. Rio komat-kamit kesal karena ada Ibu-Ibu yang menganggu dirinya bersama Agni. Andaikan tidak ada Ibu-Ibu itu pasti Rio lebih agresif ke Agni.
" Io... Mau kemana? " tanya Agni. " Io jangan macem-macem ya. Ni nggak mau ntar ada yang terganggu sama hubungan kita. "
Rio mempercepat langkah kakinya. " Nggak usah banyak tanya ya, Ni. Ikut aja sama Io. "
Agni menghentikan langkahnya lalu melipat kedua tangannya di dada. " Ni nggak mau ikut! " ucap Agni. " Ni ngambek nih kalo Io nggak mau ngasih tau. "
Rio berdiri dihadapan Agni. " Ni, ikut aja sa ma Io. Io nggak akan celakain Ni kok. "
Agni menggeleng. " Nggak! Ni nggak mau ikut kalo Io nggak ngasih tau arah dan tujuan. "
Rio mendengus kesal. " Huh... Ke rumah Io. " ucap Rio. " Io mau Ni ke rumah Io. "
" Buat? "
" Minta restu! "
Agni terdiam. Rio langsung menarik tangan Agni dan dengan cepat meninggalkan lapangan Renon. Rio mengenggam erat tangan Agni agar tidak lepas darinya. Rio langsung menyebrangi jalan dan pergi kembali ke rumah.
@Rio home's
" Mama... Papa... " Rio berteriak memanggil seisi rumahnya. Mama dan Papa Rio beserta Gabriel langsung keluar menghampiri Rio dan Agni.
" Rio... Dia siapa? " tanya Mama dan Papa Rio serempak sambil menunjuk Agni.
" Palingan pacarnya, Ma, Pa. " sinis Gabriel pada Rio. " Selera rendahan! Palingan preman yang dipacarin. Liat aja tuh gayanya udah kayak preman banget. "
Agni menunduk. Agni sangat-sangat sakit hati dengan perkataan keluarga Rio terhadapnya. Beginilah nasib Agni jika mencari pacar anak orang kaya. Agni bisa dihina abis-abisan. Padahal, dari dulu Agni cuma pacaran sama preman-preman yang dikenalnya. Agni merasa ingin melawan semua perkataan keluarga Rio terhadapnya. Tapi, Agni tidak bisa melakukan semua itu.
" Ma, Pa, Kak Iel! Kalian tidak ada hak buat ngatain selera Rio rendahan! Agni emang pacar Rio dan Rio nggak akan pernah ninggalin Agni. Rio akan tetap mempertahankan cinta Rio ke Agni sekalipun tanpa restu kalian. " bentak Rio pada keluarganya.
" Kamu berani bentak-bentak orang tua kamu? Anak durhaka!! Mama tidak akan pernah merestui hubungan kamu, Rio. Mama hanya setuju apabila kamu dengan Zevana. " Mama Amanda menangis. Ia tidak menyangka anak kesayangannya tega membentak seperti itu hanya karena Agni. Mama Amanda sangat tidak suka dengan hadirnya Agni disisi Rio.
" Semua ini gara-gara kamu!! Gara-gara kamu, anak saya jadi pembangkang dan melawan perkataan orang tua. Putuskan Rio! Atau hidup kamu tidak akan pernah tenang. " ucap Papa Rio sambil menunjuk Agni.
Agni menengadahkan kepalanya sambil menatap Papa Rio dengan mata yang memerah. " Kalo anda memang tidak suka dengan hubungan saya dengan Rio, lebih baik anda tidak usah ikut campur dengan hubungan saya dengan Rio. Saya menyayangi Rio! Dan anda tidak berhak melarang hubungan saya dengan Rio. Kalo anda memang tidak akan merestui hubungan kami, lebih baik anda juga ceraikan istri anda tersayang ini. " ucap Agni dengan sinisnya. " Dan asal anda tau! Saya memang dari pertama tidak menyukai Rio. Tapi, anak anda yang mengejar-ngejar saya dan tetap kekeuh mempertahankan cintanya pada saya. Dengan berat hati, saya harus menerimanya. Dan saya tidak habis pikir dengan anda, istri anda dan anak anda yang satunya lagi ini! Saya tidak menyangka bahwa anda akan seperti ini kepada saya. Saya memang bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Keluarga saya sederhana tidak seperti kalian. Dan kalo emang saya tidak diterima disini. Permisi... "
Emosi Agni meluap-luap. Agni benar-benar tidak kuat berada dirumah Rio. Agni pikir hubungannya dengan Rio akan baik-baik saja. Tapi, Agni sangat tidak menyangka semuanya jadi seperti ini. Dengan berat hati, Agni pergi meninggalkan rumah Rio dan langsung berlari dengan secepat kilat. Rio melihat kepergian Agni yang semakin menjauh.
" KALIAN SEMUA JAHAT!! " bentak Rio langsung pergi menyusul Agni keluar.
***
Deva celingak-celinguk dan menghentikan langkahnya bersama Acha. Deva telah melampaui batas jalan Kompleks Ciungwanara dan Kompleks Pemuda. Deva tampaknya tidak mengetahui daerah yang ditujunya itu.
" Woy, nyasar! Kita nyarar. Gue nggak tau jalan. " teriak Deva tak karuan. Deva melepaskan pengangan tangannya ke Acha. Deva melirik plat jalan yang dilewatinya.
" Jalan Tukad Badung... " gumam Deva.
" Kenapa, Dev? "
" Nyasar! "
" Heh? Kasar? Emang gue kasar gitu sama lo? "
" Nyasar... N-Y-A-S-A-R! " ucap Deva dengan nada tinggi. " Jangan buat gue tambah susah ya, Cha! Gue stress nih. Nyasar tau. "
" Yee... Nyalahin gue nyasar! Lo sendiri yang ngajakin gue ke tujuan nggak jelas kayak gini. Plis deh, Dev! " dengus Acha kesal. " Aku mau pulang, Dev. "
" Apa? Mau pulang? Oh, tidak bisa! Lo harus tetep temenin gue. " ucap Deva.
" Kelonin? Disini? Ogah! Gue mau pulang, Dev. Plis. " manja Acha pada Deva.
Deva tak memperdulikan perkataan Acha. Dia sibuk memperhatikan jalan yang sebelumnya dilewati. Dengan perasaan kacau, Deva kembali menarik tangan Acha.
" Kemana? "
" Pulang. Dan nggak usah bawel. Kalo nggak gue cium lo. "
Acha menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Deva.
***
" Ni, berhenti. Io mau ngomong. " Rio terus mengejar Agni tanpa mengenal lelah. Rio merasa bersalah karena membawa Agni ke rumahnya.
" JANGAN KEJAR NI LAGI. NI BENCI SAMA IO. " teriak Agni semakin mempercepat langkah kakinya.
" Ni... "
bruukk
Rio terjatuh. Kakinya sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Nafasnya terasa sesak. Ingin rasanya dia mengejar Agni. Tapi, semuanya tak sanggup Ia lakukan. Pandangan Rio terasa sayu dan seketika gelap.
Agni menghentikan langkahnya karena tidak ada suara yang mengejarnya. Agni menoleh ke belakang dengan nafas tak beraturan. Dilihatnya Rio sedang dikerumuni oleh banyak orang. Agni panik dan seketika berteriak.
" IIIOOO... "
Agni kembali mengejar Rio. Agni merasa bersalah karena membuat Rio seperti ini. Agni memegangi dadanya sambil kembali menghampiri Rio.
" Misi...misi... Dia pacar saya. " ucap Agni sambil menerobos orang-orang yang mengerumuni Rio yang sedang kehabisan nafas.
" Io... Bangun. " Agni mengguncangkan tubuh Rio yang tak berdaya karena kehabisan nafas. Dadanya terasa sesak. Orang-orang semakin banyak datang mengerumuni Rio.
" Kasih nafas buatan aja. "
Agni terkejut mendengar ucapan itu. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan nafas buatan didepan banyak orang seperti ini. Agni terdiam dan masih mengguncangkan tubuh Rio.
" Kalo diguncangin aja nggak akan sadar. Kasih nafas buatan. Kasian tuh pacarnya sesak nafas kayak gitu. "
Agni mencerna kata-kata orang disekitarnya. Bagaimanapun, Agni harus menyelamatkan nyawa kekasihnya itu. Agni masih merasa sangat bingung dengan semua ini.
***
" Cha, kita nyasar. " Deva menghentikan dan melepaskan pegangan tangannya di Acha. Deva celingak-celinguk melihat lokasi dia nyasar. Deva mengacak-acak rambutnya.
" Dev, kenapa? Nyasar lagi ya? "
" Iya, nyasar nih. "
" Apa? Kasar? Aku nggak ada ngomong kasar kok ke kamu. Kenapa kamu bilang aku ngomong kasar? Ish, males. " Acha melipat kedua tangannya didada lalu pergi meninggalkan Deva.
" Cha... Tunggu. Uh, nyusahin! " teriak Deva.
Bersambung...
=O. RioNi... Rio... Rio... --''
=O. Wedew,... DeCha nyasar euy... Ckckkc...
Part 31 kejutan besar.... :b
maaf ngaret... Hehehe... ._.V
saya jangan didemo ya... Hahaha... ._.V
Like yang banyak ya...
Sekali-kali nyenengin penulis :)
***
" Hey, nak! Jangan ciuman didepan umum. Kalian tahu, anak saya bisa terjerumus ke prilaku kalian berdua yang seperti ini didepan umum. "
Rio langsung menjauh dari Agni dan menoleh ke arah sumber suara. Tampak berdiri Ibu-Ibu bersama anaknya sedang memperhatikan Rio dan Agni. Rio jadi salah tingkah karena ada orang yang memperhatikan dirinya. Rio lupa bahwa Lapangan adalah tempat umum.
" M..maaf, Bu. " Rio terbata-bata sambil menunduk. " Maaf kalo saya salah tempat. Yuk, Ag. Kita pergi. "
Rio menarik tangan Agni dan meninggalkan Lapangan. Rio komat-kamit kesal karena ada Ibu-Ibu yang menganggu dirinya bersama Agni. Andaikan tidak ada Ibu-Ibu itu pasti Rio lebih agresif ke Agni.
" Io... Mau kemana? " tanya Agni. " Io jangan macem-macem ya. Ni nggak mau ntar ada yang terganggu sama hubungan kita. "
Rio mempercepat langkah kakinya. " Nggak usah banyak tanya ya, Ni. Ikut aja sama Io. "
Agni menghentikan langkahnya lalu melipat kedua tangannya di dada. " Ni nggak mau ikut! " ucap Agni. " Ni ngambek nih kalo Io nggak mau ngasih tau. "
Rio berdiri dihadapan Agni. " Ni, ikut aja sa ma Io. Io nggak akan celakain Ni kok. "
Agni menggeleng. " Nggak! Ni nggak mau ikut kalo Io nggak ngasih tau arah dan tujuan. "
Rio mendengus kesal. " Huh... Ke rumah Io. " ucap Rio. " Io mau Ni ke rumah Io. "
" Buat? "
" Minta restu! "
Agni terdiam. Rio langsung menarik tangan Agni dan dengan cepat meninggalkan lapangan Renon. Rio mengenggam erat tangan Agni agar tidak lepas darinya. Rio langsung menyebrangi jalan dan pergi kembali ke rumah.
@Rio home's
" Mama... Papa... " Rio berteriak memanggil seisi rumahnya. Mama dan Papa Rio beserta Gabriel langsung keluar menghampiri Rio dan Agni.
" Rio... Dia siapa? " tanya Mama dan Papa Rio serempak sambil menunjuk Agni.
" Palingan pacarnya, Ma, Pa. " sinis Gabriel pada Rio. " Selera rendahan! Palingan preman yang dipacarin. Liat aja tuh gayanya udah kayak preman banget. "
Agni menunduk. Agni sangat-sangat sakit hati dengan perkataan keluarga Rio terhadapnya. Beginilah nasib Agni jika mencari pacar anak orang kaya. Agni bisa dihina abis-abisan. Padahal, dari dulu Agni cuma pacaran sama preman-preman yang dikenalnya. Agni merasa ingin melawan semua perkataan keluarga Rio terhadapnya. Tapi, Agni tidak bisa melakukan semua itu.
" Ma, Pa, Kak Iel! Kalian tidak ada hak buat ngatain selera Rio rendahan! Agni emang pacar Rio dan Rio nggak akan pernah ninggalin Agni. Rio akan tetap mempertahankan cinta Rio ke Agni sekalipun tanpa restu kalian. " bentak Rio pada keluarganya.
" Kamu berani bentak-bentak orang tua kamu? Anak durhaka!! Mama tidak akan pernah merestui hubungan kamu, Rio. Mama hanya setuju apabila kamu dengan Zevana. " Mama Amanda menangis. Ia tidak menyangka anak kesayangannya tega membentak seperti itu hanya karena Agni. Mama Amanda sangat tidak suka dengan hadirnya Agni disisi Rio.
" Semua ini gara-gara kamu!! Gara-gara kamu, anak saya jadi pembangkang dan melawan perkataan orang tua. Putuskan Rio! Atau hidup kamu tidak akan pernah tenang. " ucap Papa Rio sambil menunjuk Agni.
Agni menengadahkan kepalanya sambil menatap Papa Rio dengan mata yang memerah. " Kalo anda memang tidak suka dengan hubungan saya dengan Rio, lebih baik anda tidak usah ikut campur dengan hubungan saya dengan Rio. Saya menyayangi Rio! Dan anda tidak berhak melarang hubungan saya dengan Rio. Kalo anda memang tidak akan merestui hubungan kami, lebih baik anda juga ceraikan istri anda tersayang ini. " ucap Agni dengan sinisnya. " Dan asal anda tau! Saya memang dari pertama tidak menyukai Rio. Tapi, anak anda yang mengejar-ngejar saya dan tetap kekeuh mempertahankan cintanya pada saya. Dengan berat hati, saya harus menerimanya. Dan saya tidak habis pikir dengan anda, istri anda dan anak anda yang satunya lagi ini! Saya tidak menyangka bahwa anda akan seperti ini kepada saya. Saya memang bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Keluarga saya sederhana tidak seperti kalian. Dan kalo emang saya tidak diterima disini. Permisi... "
Emosi Agni meluap-luap. Agni benar-benar tidak kuat berada dirumah Rio. Agni pikir hubungannya dengan Rio akan baik-baik saja. Tapi, Agni sangat tidak menyangka semuanya jadi seperti ini. Dengan berat hati, Agni pergi meninggalkan rumah Rio dan langsung berlari dengan secepat kilat. Rio melihat kepergian Agni yang semakin menjauh.
" KALIAN SEMUA JAHAT!! " bentak Rio langsung pergi menyusul Agni keluar.
***
Deva celingak-celinguk dan menghentikan langkahnya bersama Acha. Deva telah melampaui batas jalan Kompleks Ciungwanara dan Kompleks Pemuda. Deva tampaknya tidak mengetahui daerah yang ditujunya itu.
" Woy, nyasar! Kita nyarar. Gue nggak tau jalan. " teriak Deva tak karuan. Deva melepaskan pengangan tangannya ke Acha. Deva melirik plat jalan yang dilewatinya.
" Jalan Tukad Badung... " gumam Deva.
" Kenapa, Dev? "
" Nyasar! "
" Heh? Kasar? Emang gue kasar gitu sama lo? "
" Nyasar... N-Y-A-S-A-R! " ucap Deva dengan nada tinggi. " Jangan buat gue tambah susah ya, Cha! Gue stress nih. Nyasar tau. "
" Yee... Nyalahin gue nyasar! Lo sendiri yang ngajakin gue ke tujuan nggak jelas kayak gini. Plis deh, Dev! " dengus Acha kesal. " Aku mau pulang, Dev. "
" Apa? Mau pulang? Oh, tidak bisa! Lo harus tetep temenin gue. " ucap Deva.
" Kelonin? Disini? Ogah! Gue mau pulang, Dev. Plis. " manja Acha pada Deva.
Deva tak memperdulikan perkataan Acha. Dia sibuk memperhatikan jalan yang sebelumnya dilewati. Dengan perasaan kacau, Deva kembali menarik tangan Acha.
" Kemana? "
" Pulang. Dan nggak usah bawel. Kalo nggak gue cium lo. "
Acha menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Deva.
***
" Ni, berhenti. Io mau ngomong. " Rio terus mengejar Agni tanpa mengenal lelah. Rio merasa bersalah karena membawa Agni ke rumahnya.
" JANGAN KEJAR NI LAGI. NI BENCI SAMA IO. " teriak Agni semakin mempercepat langkah kakinya.
" Ni... "
bruukk
Rio terjatuh. Kakinya sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Nafasnya terasa sesak. Ingin rasanya dia mengejar Agni. Tapi, semuanya tak sanggup Ia lakukan. Pandangan Rio terasa sayu dan seketika gelap.
Agni menghentikan langkahnya karena tidak ada suara yang mengejarnya. Agni menoleh ke belakang dengan nafas tak beraturan. Dilihatnya Rio sedang dikerumuni oleh banyak orang. Agni panik dan seketika berteriak.
" IIIOOO... "
Agni kembali mengejar Rio. Agni merasa bersalah karena membuat Rio seperti ini. Agni memegangi dadanya sambil kembali menghampiri Rio.
" Misi...misi... Dia pacar saya. " ucap Agni sambil menerobos orang-orang yang mengerumuni Rio yang sedang kehabisan nafas.
" Io... Bangun. " Agni mengguncangkan tubuh Rio yang tak berdaya karena kehabisan nafas. Dadanya terasa sesak. Orang-orang semakin banyak datang mengerumuni Rio.
" Kasih nafas buatan aja. "
Agni terkejut mendengar ucapan itu. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan nafas buatan didepan banyak orang seperti ini. Agni terdiam dan masih mengguncangkan tubuh Rio.
" Kalo diguncangin aja nggak akan sadar. Kasih nafas buatan. Kasian tuh pacarnya sesak nafas kayak gitu. "
Agni mencerna kata-kata orang disekitarnya. Bagaimanapun, Agni harus menyelamatkan nyawa kekasihnya itu. Agni masih merasa sangat bingung dengan semua ini.
***
" Cha, kita nyasar. " Deva menghentikan dan melepaskan pegangan tangannya di Acha. Deva celingak-celinguk melihat lokasi dia nyasar. Deva mengacak-acak rambutnya.
" Dev, kenapa? Nyasar lagi ya? "
" Iya, nyasar nih. "
" Apa? Kasar? Aku nggak ada ngomong kasar kok ke kamu. Kenapa kamu bilang aku ngomong kasar? Ish, males. " Acha melipat kedua tangannya didada lalu pergi meninggalkan Deva.
" Cha... Tunggu. Uh, nyusahin! " teriak Deva.
Bersambung...
=O. RioNi... Rio... Rio... --''
=O. Wedew,... DeCha nyasar euy... Ckckkc...
Part 31 kejutan besar.... :b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar