Kamis, 05 Mei 2011

Berawal Dari MOS-Part 43

Part 43: P-L-A-Y-G-I-R-L ! Bag. 1

***

“Gue nggak mau tau! Pokoknya gue mau liat kondisi Ify sekarang juga. Gue khawatir sama dia, Ton.” Debo beranjak dari meja kantin dan hendak kembali ke ruang UGD. Patton menahannya.

“Lo ngerti nggak sih, De? Dokter itu lagi periksa didalam ruangan. Lo nggak usah kayak gini dong. Ify juga butuh istirahat.”

“Lo nggak usah bawel deh. Gue lebih tau Ify daripada elo. Lo nggak usah ngelarang gue buat ketemu pacar gue.”

“Tapi...”

“Plis, nggak usah larang-larang gue! Ify itu pacar gue. Dan Dokter nggak perlu ngelarang gue buat ketemu Ify.”

“MASALAHNYA TADI NGGAK BOLEH ADA ORANG MASUK!” bentak Patton pada Debo.

“Lo mendingan diem! Nggak usah larang-larang gue. Orang Dokternya sendiri ngasih gue ngeliat Ify dan ngejaga tentang penyakit kanker otak yang dideritanya.”

Patton melompat mendengar ucapan Debo barusan. “Kanker otak?”

Debo menepuk jidatnya. “Enggak! Salah ngomong gue.”

“Bohong! Jawab gue, De. Ify kena kanker otak?” Patton menggoyangkan tubuh Debo.

“Iya! Kanker otak stadium 1. Puas lo?” Debo mendorong Patton lalu pergi dari kantin dan menuju ruang UGD.

“Jadi...”

“De, tunggu.” Patton berlari mengejar Debo.

@Depan UGD

“Apa sih yang disembunyiin Patton didalem? Penting amat rasanya. Perasaan Dokter Rani nggak ada ngasih tau gue.” Debo hendak membuka gagang pintu ruang UGD.

“De, jangan dibuka!” Patton menahan Debo dan berdiri tepat didepan pintu ruang UGD.

“Apaan sih lo, Ton? Gue mau liat Ify! Lo nggak usah ngalangin jalan gue deh.”

“Lo jawab dulu! Kenapa lo rahasiain ini semua ke Ify? Apa Ify nggak boleh tau tentang semua ini?”

Debo membekap mulut Patton. “Sst... Mulut lo jangan ember disini! Bisa kacau kalo ketahuan sama Ify. Minggir lo. Gue mau masuk dan pastiin ada Dokter atau nggak didalam.”

“Lo nggak boleh masuk!”

“Minggir!” Debo mendorong Patton dan langsung membuka pintu ruang UGD.

“Debo...” Ify nampak tersenyum melihat kedatangan Debo. Patton menghela nafasnya karena Lintar tidak ada disana.

“Fy, Dokternya mana?” tanya Patton.

“Dokter apaan? Nggak ada Dokter kok kesini.”

“Lo bohongin gue ya, Ton? Sialan lo!” Debo menoyor Patton.

“Oh... Mungkin Dokternya udah pergi, De.” ucap Patton sambil memegangi kepalanya.

Debo berjalan menghampiri Ify dan langsung duduk disamping Ify.

“Aauuuuwww...”

Ify melirik Patton. Ia nampak memberi isyarat bahwa Lintar ada dibawah kasur rumah sakit. Patton mengangguk dan menahan Debo.

“De, duduknya geseran dikit. Biar lebih deket sama Ify.” ucap Patton sambil mendorong kursi Debo. Debo hanya menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah Patton yang aneh.

“Ada yang kalian sembunyiin dari gue? Kok tadi gue denger suara rintihan? Jujur deh! Daripada ntar gue kesel sama lo berdua.”

Ify memegang tangan Debo. “Nggak kok, De. Nggak ada yang kita sembunyiin dari kamu. Paling tadi kamu cuma salah denger aja.”

“Oh...” Debo meraih handphone Ify. Tampak sebuah cincin jatuh tepat didepan kakinya.

“Cincin siapa nih?” Debo membungkuk dan hendak mengambil cincin itu.

“De...”

“Lintar...” Debo nampak kaget melihat Lintar bersembunyi dibawah kasur Ify. Lintar pun keluar dari tempat persembunyiannya.

“E... Aku bisa jelasin semuanya, De.” Ify memegang tangan Debo.

“Oh... Jadi daritadi Dokternya itu Lintar? Hebat ya akting kalian semua!” Debo menghempaskan tangan Ify.

“Gue kan udah bilang sama lo. Gue mau ketemu sama Ify. Tapi lo larang gue terus-terusan. Jadi terpaksa gue lakuin ini.” Lintar yang sedaritadi diam mulai angkat bicara.

“Maaf, De. Gue cuma disuruh sama mereka berdua.” Patton menunduk lesu.

“Pinter semuanya! Dan gue sendiri nggak nyangka kalo ternyata cewek gue itu adalah P-L-A-Y-G-I-R-L!”

Ify tersentak. “P...playgirl? Aku sama sekali nggak ada selingkuh sama Lintar, De.”

“Perang dunia ketiga terjadi.” Patton hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran dihadapannya itu.

“Terus apa maksudnya cincin ini? Lo terima cincin ini dari Lintar kan? Liat aja inisial namanya L dan I. Dasar playgirl!” Debo membanting cincin ditangannya itu dengan perasaan kesal. Ia tak pernah mengira bahwa Ify akan menghianatinya seperti ini.

“Eh, gue nggak ada ya nyari masalah sama lo! Apa maksud lo banting cincin pemberian gue ke Ify?” Lintar mendorong Debo dengan kasarnya.

BUUGGGHHH(?)
Debo menonjok pipi kanan Lintar. Emosinya berkecamuk didalam ruangan UGD itu. Dokter dan suster berdatangan menarik paksa Debo keluar dari ruangan UGD.

“Lepasin! Gue nggak mau Lintar segampang itu ngerebut Ify. Lepasin gue.” Debo memberontak. Namun, Ia tetap diseret paksa keluar dari rumah sakit.

“Brengsek! Liat aja nanti. Gue akan balas.” Debo meninggalkan rumah sakit dengan perasaan kesal.

@ruang UGD

Lintar dan Patton berusaha menenangkan Ify yang terus-terusan menangis karena ulah Debo.

“Fy, maaf. Gue datang malah menghancurkan semuanya. Bahkan gue ngehancurin hubungan lo sama Debo.” Lintar menunduk.

“Eh, emang lo ngomong apa aja sih sama Ify? Sampai-sampai tadi lo juga ngasih cincin kan ke Ify?” tanya Patton.

“Tadi gue cuma minta kesempatan kedua sama Ify. Dan Ify juga mau aja nerima gue. Makanya cincin itu tadi ada di Ify.” jawab Lintar.

“Jadi bener, Fy? Lo selingkuh sama Lintar?” Patton nampak tak percaya dengan semua ini.

“I...iya. Aku juga nggak tau kalo bakal jadi kayak gini. Sumpah! Aku nggak ada niat sama sekali buat selingkuhin Debo. Tapi, perasaanku nggak karuan. Aku juga bingung.”

“Terus sekarang mau kamu gimana, Fy? Aku bisa kok terima semua keputusan kamu.”

“Iya, Fy. Lo nggak bisa kayak gini! Lo udah menghianati kasih sayang Dede selama ini ke lo. Lo lebih pilih orang yang nggak jelas ini dibanding sama Dede. Kurang apalagi sih Dede dimata lo, Fy? Heran deh gue sama lo.” ucap Patton.

“STOP! Jangan buat gue makin pusing.” Ify memegangi kepalanya yang terasa pusing.

“Fy...” Lintar dan Patton nampak panik melihat Ify.

“Gu...g...” Ify menelan ludahnya. ‘Kok gue jadi susah ngomong gini ya?’

“Fy, lo kenapa?” tanya Lintar.

“A...a...k...”

“Dokter...” Patton berteriak memanggil Dokter. Dokterpun segera muncul.

“Ada apa ini?” tanya Dokter Rani.

“Ify kenapa, Dok? Kok dia kayaknya susah banget buat ngomong?” tanya Patton.

“Dok, sebenernya Ify sakit apa sih?” tanya Lintar penasaran.

“Adiknya Ify kemana?” tanya Dokter Rani.

“Adik?” Patton dan Lintar berpandangan.

“Iya, adiknya yang pipinya chubby itu.”

“Debo maksudnya? Tadi dia diusir satpam. Emang kenapa, Dok?”

“Enggak ada apa-apa.” Dokter itu mendekati Ify. “Coba bicara pelan-pelan.”

“A...a...ak...aku... S...” Ify memaksakan suaranya agar keluar. Namun, pita suara Ify terasa putus dan Ia tak sanggup untuk berbicara.

“Jangan dipaksain, Fy.” Lintar mengenggam tangan Ify.

“Hmm... Pasti akibat penyakit yang diderita Ify. Ini belum seberapa. Penyakit itu bisa-bisa melumpuhkan Ify. Bukan hanya tak akan bisa bicara. Tapi, Ify juga kemungkinan susah untuk berjalan dan bergerak.” Dokter Rani bicara perlahan pada Lintar dan Patton. Dokter Rani hanya tidak ingin Ify mendengar semua ini dan akan semakin memperburuk keadaan.

“Ify sakit apa, Dok?” tanya Lintar pelan.

“Kanker otak stadium 1.” jawab Patton.

“Darimana kamu tau?” Dokter Rani memandang Patton.

“Tadi dikasih tau sama Debo.”

“Rahasiakan semua ini pada Ify. Dokter tidak mau kondisi Ify semakin buruk hanya karena mendengar berita ini.” Dokter Rani menepuk pundak Lintar dan Patton.

“Pasti...”

“Jaga Ify baik-baik. Jangan memperburuk kondisi Ify. Kalo perlu ajak dia bicara perlahan. Jangan sampai penyakit ini mengakibatkan kehilangan suara indahnya.”

“Baik, Dokter.”

Dokter Rani tersenyum dan langsung keluar ruangan UGD.

“L...ll...in...” Ify mencoba memaksakan berbicara perlahan. Ia merasa aneh dengan semua yang menimpanya. Mulai dari rasa pusing dikepalanya dan sulit untuk berbicara.

“Fy, aku balik duluan ya. Aku juga nggak bisa lama-lama disini. Aku takut ntar Mami marah sama aku. Maafin aku ya, Fy. Cepet sembuh ya.” Lintar mencium punggung tangan Ify. Kemudian Ia beranjak meninggalkan rumah sakit itu. Kini hanya tinggalah Patton dan Ify yang berada diruangan itu.

“Fy, kita ijin pulang sama Dokter ya? Kondisi kamu gimana? Udah baikan?” tanya Patton.

Ify mengangguk. “I...ii...i...y...yy....a”

“Kamu kuat kan, Fy? E... Sebenernya kamu bisa pulang sendiri nggak? Soalnya aku ada urusan mendadak.”

Ify mengangguk. “I...i...ya... Ak...ak...ku bisa kok, T...tton.”

“Iya, aku panggilin Dokter sama taksi ya?”

“Tak...sinya ng...nggak usah... Aku mau Dede, Ton.” lirih Ify.

“Iya, aku coba hubungi Dede ya. Tunggu sebentar, Fy.”

“Hmm...”

Beberapa menit kemudian Dokter masuk ke ruangan dan melepas peralatan medis yang tertempel di tubuh Ify.

Patton menghampiri Ify. “Fy... Dede nggak bisa jemput kamu. Katanya dia nyuruh kamu pulang sama selingkuhanmu si Lintar. Maaf ya, Fy. Aku pulang duluan ya.” Patton mengecup kening Ify. Ify menoyor kepala Patton.

“A...as...al ny...osor aja.”

Patton nyengir dan kemudian beranjak pergi meninggalkan Ify.

‘Debo, Dimas, Lintar atau Patton?’ batin Ify. Ia beranjak pergi meninggalkan rumah sakit setelah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit.

Ify berjalan tertatih meninggalkan rumah sakit. Ia hanya berharap bisa bertemu dengan Debo. Pikirannya kacau dengan hadirnya banyak penganggu baru diantara hubungannya dengan Debo.

“De... Lo dimana sih?” Ify terus berjalan mencari keberadaan Debo.

Ify menghentikan langkahnya. Terlihat 2orang preman yang sebelumnya pernah bermasalah dengan Five Boys dan Five Girls.

“Gar, cewek yang waktu itu nih.”

Ify mundur beberapa langkah. Preman-preman itu mendekati Ify.

“Ceweknya cantik, Wan.”

“Yo’i. Ini kan ceweknya si cowok yang stylenya anak band itu kan? Yang rambutnya agak gondrong itu. Bener kan, Gar?”

“Kayaknya sih gitu.”

“Ja...j...jangan gang...ng..gu gue.”

“Ikut kita yuk. ”

‘Kuatkan aku Tuhan.’ batin Ify.

Ify menarik nafasnya panjang lalu berteriak. “TOLOOONNGGGG!!”

“Percuma lo teriak!” Preman itu membekap mulut Ify.

Seorang pengendara motor melintas melirik Ify yang sedang dibekap preman. Ia menghentikan motornya dan menghampiri preman-preman itu.

“Woy, kalo berani jangan sama cewek. Lawan gue!”

***

Drrrrttt...ddrrrttt...drrrttt...

BB Sivia bergetar. Nampak satu pesan masuk dari nomor yang tak dikenal. Ia membuka sms itu sembunyi-sembunyi dari Alvin.

” Sion kecelakaan! Kondisinya kritis. Antara hidup dan mati. Kalo lo emang pacarnya Sion. Lo buruan ke rumah sakit Wangaya. Dikontak HP Sion nama lo disave 'pacar tercinta'. Makanya gue sms lo. Kalo lo peduli sama Sion. Lo dateng ke rumah sakit sekarang juga.”

Sivia menghentikan langkahnya. Alvin menoleh dan menghampiri Sivia.

“Vi, lo kenapa?”

“Vin... Kamu tinggalin aku aja. Aku mau ke rumah sakit. Sepupuku kecelakaan.” Sivia menunduk.

“Sepupu? Bener? Kalo gitu aku anter ya?”

“Emm... Nggak usah deh, Vin. Aku sendiri aja. Lagian nggak enak ngerepotin kamu. Sekalian aku mau periksa tentang kehamilanku. Takutnya ntar malah ada kenapa-napa sama kandungan gue gara-gara nafsu lo itu.”

Alvin nyengir lalu mengelus perut Sivia. “Iya sayang. Jagain baik-baik calon dede bayinya. Pasti ntar cantiknya kayak kamu. Terus kalo cowok pasti cakepnya kayak aku.”

“Sst... Udah ya. Aku buru-buru.”

“Iya.”

Sivia beranjak meninggalkan Alvin. Ia berlari dengan cepat menyebrangi jalan untuk mencari taksi menuju rumah sakit.

Tiiinnn... Tiiinnn...

“Aaaaaaaaaaaaaaa...” Sivia memejamkan matanya. Ia merasa tubuhnya terhempas trotoar dan dirinya sedang dipeluk oleh seseorang.

“Sekarang buka mata kamu. Lain kali hati-hati kalo nyebrang.”

Sivia membuka matanya perlahan. Ia melihat sosok laki-laki tampan dihadapannya. Sivia terus menatap laki-laki itu.

“Hey...” laki-laki itu membuyarkan tatapan Sivia. Sivia melepaskan pelukan laki-laki itu.

“Makasih ya udah nolongin aku. ” Sivia tersenyum.

“ Aku Dayat. Nama kamu siapa? ”

“ Sivia. Panggil aja Via. Sekali lagi makasih ya udah nyelamatin nyawaku. Aku hutang nyawa sama kamu, Day. ”

Dayat tersenyum. “ Sama-sama, Vi. Oya, kamu mau kemana? Bareng aku aja yuk? Kan kasian cewek secantik kamu ntar celaka. ”

“ Aku mau ke rumah sakit. Emang kamu mau kemana? ”

“ Aku nggak kemana-mana sih. Cuma kebetulan tadi lewat aja. emang siapa yang sakit? ”

“ Sepupuku kecelakaan. ” jawab Sivia.

“ Oh.. ya udah yuk kita ke rumah sakit? Aku panggilin taksi dulu ya? ”

“ Iya. ”

Beberapa menit kemudian taksi pun muncul dihadapan Sivia. Sivia dan Dayat langsung memasuki taksi itu dan menuju rumah sakit yang dituju.

“ Oya, kamu kelas berapa, Vi? ” tanya Dayat.

“ Kelas 10. kamu? ”

“ Aku udah tamat. Hehe. ” Dayat nyengir.

“ Eh… aduh maaf kak aku tadi nggak sopan. ” Sivia tersipu malu dengan ucapannya tadi.

“ Santai aja kali. Nggak usah panggil kakak. Nggak enak banget didengernya. ” Dayat tersenyum.

‘ Ah… kenapa gue ngeliat sosok Alvin dalam diri Dayat? Aneh! ’ batin Sivia.

“ Vi… ”

“ Hah? Kenapa? ”

“ Udah sampai. Rumah sakit Wangaya kan? ” tanya Dayat.

“ Kok kamu tau? ”

“ Firasat aku mengatakan kalo tujuan kamu emang kesini. Tapi, firasatku mengatakan kalo kamu sedang terancam bahaya. Aku ikut sama kamu ya. Aku nggak mau ntar kamu kenapa-napa didalam. ”

“ Bahaya? ”

Dayat mengangguk. “ Iya, bahaya. Ya udah ayo kita turun. ” ajak Dayat.

“ Ya udah yuk. ”

Dayat dan Sivia turun dari taksi. Mereka mencari keberadaan Sion yang sedang dicari.

“ OH, BAGUS YA! ”

“ Alvin… ”

“ Dia siapa, Vi? Cowok kamu ya? ” tanya Dayat.

“ Jadi ini sepupu lo tercinta itu? Heran gue sama lo, Vi. Kurang gue kasih apalagi sih ke lo? Segalanya udah gue kasih ke lo. Tapi, kenapa lo nggak pernahbisa ngertiin perasaan gue? Kenapa, Vi? ” Alvin mengguncangkan tubuh Sivia. Sivia terdiam membisu.

“ Eh, lo siapa sih? Dateng-dateng main marahin Sivia. Sivia emang ada salah sama lo? ”

“ Lo mendingan diem deh! ” Alvin mendorong Dayat.

“ Maafin gue, Vin. Ini semua bukan seperti yang lo pikirin. ” Sivia menunduk. “ Gue dijebak sama Sion, Vin. ”

“ Apa? Dijebak Sion? Hahaha, mana mungkin! Jelas-jelas tadi Sion sms gue dan kasih tau kalo lo lagi selingkuh sama cowok lain. Dasar P-L-A-Y-G-I-R-L ! ”

Sivia tersentak. “ WHAT?! GUE PLAYGIRL? Hello, dia kan Cuma… ”

“ STOP! Jelasin semua dipengadilan. (?)” Alvin menarik paksa Sivia.

“ KAK DAYAT! Tolongin aku. ”

Dayat mencegat Alvin lalu menarik Sivia kesampingnya. “ Eh… gue peringatin sama lo ya! Jangan pernah kasar sama yang namanya cewek. Emang masalah lo sama Sivia apaan sih? Lo dateng-dateng kesini malah ngerusuhin semuanya. Heran deh. ”

“ Jelas gue punya urusan disini! SIVIA PACAR GUE. ” bentak Alvin.

“ Wow… jadi Sivia pacar lo? Nggak percaya gue! Masa ada cowok sekasar ini sama ceweknya. Dasar! Yuk cabut, Vi. Nggak penting diem disini. ” Dayat menarik tangan Sivia pergi meninggalkan Alvin.

“ DASAR PLAYGIRL! ” teriak Alvin.

“ Kasian deh lo! ” suara itu nampak mengagetkan Alvin.

“ Mau apa lagi lo? Udah puas lo sekarang liat hubungan gue sama Sivia hancur? ”

Sion terkekeh. “ Gue belum puas! Ini baru awal. Liat aja nanti apa yang akan terjadi sama Sivia. Makanya punya cewek itu dijagain. Malah dilepasin gitu aja. sungguh terlalu. ”

“ So what? ”

“ Cepat atau lambat hubungan lo sama Sivia akan hancur! Hahaha. ”

“ Lo jangan macem-macem ya. Mau lo itu apa sih? Ngapain coba lo nganggu hubungan gue sama Sivia? Hah? ” Alvin mendorong Sion kasar.

“ Mau gue? Lo dan Sivia berakhir. Karena gue nggak mau Sivia jatuh ke pelukan lo maupun cowok yang nggak jelas tadi. Mendingan lo putusin Sivia deh. Sebelum gue buat lo nyesel karena nggak nurutin kata-kata gue. ”

“ Lo pikir gue mau nurutin lo? SORRY YA! ” Alvin mendorong Sion lalu pergi meninggalkan rumah sakit. Perasaannya terasa hancur karena Sivia.

“Sivia jahat! Tega-teganya dia selingkuh dibelakang gue. Sialan banget.” Alvin terus-terusan marah disepanjang perjalanan. Ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

“ Kalo lo masih kayak gini terus. Terpaksa gue nanti harus jauhin lo dari cowok-cowok yang nggak bener. ”

Tiinnn…
Tiiiinnn…

Alvin melihat ke jalan. Sebuah mobil hendak menabraknya. Ia berusaha menghindar. Namun, semuanya terlambat.


***

“ SIAL! Kenapa sih hidup ini penuh dengan penganggu? Nggak enak banget. ” Debo berjalan disekitar kompleks perumahan.

BRUKK…

“ Auuww… ”

“ Eh… sorry sorry. ” Debo mendekati orang yang ditabraknya.

“ Debo… ”

“ Agni… ”

“ Kok lo ada disini? Ify mana? ” tanya Agni.

“ Sst… jangan sebut nama Ify lagi! Gue males denger namanya dia. ”

“ Lho kok gitu? ”

“ Dia selingkuh dibelakang gue. ”

“ Hah? Ify selingkuh? Sama siapa? ” tanya Agni ingin tahu.

“ Sama cinta pertamanya. Eh, ngomong-ngomong Rio kemana? Ntar dia malah marah lagi liat lo sama gue disini. ”

“ Mana gue tau. Orang gue aja pergi dia nggak tau. Dia kan lagi sibuk ngurusin dua cewek dirumahnya. ” ucap Agni.

“ Oh… Lo abis dari rumah Rio ya? Lo cantik banget, Ag. ”

“ Hah? ”

“ Lo cantik dengan gaun ini. ” bisik Debo ditelinga Agni.

“ Makasih. ” Agni tersipu.

Debo melirik cincin yang terpasang dijari manis Agni. “ Pasti cincin dari Rio ya? ”

“ Hmm… iya. Ini cincin tunangan, De. ”

“ Tunangan? Jadi lo udah tunangan sama Rio? ”

Agni mengangguk. “ Iya. ”

“ Kamu sayang banget ya sama Rio, Ag? ” tanya Debo.

“ Iya, sayang banget. Emangnya kenapa? ”

“ Aku sayang sama kamu, Ag. ”

“ What?! ”

Debo mengecup kening Agni. “Aku masih sayang banget sama kamu, Ag.”

“Eh, cewek lo selingkuh tuh.”

Debo dan Agni menoleh. Tampak terlihat Rio, Dea dan Zevana yang berjalan menghampiri Debo dan Agni.

“Apa-apaan maksud ini semua?”

“Sorry, Rio. Gue masih sayang banget sama Agni.” Debo menunduk dihadapan Rio.

“Maksud lo apaan sih, De? Lo mau nyakitin Ify dengan kembali lagi sama Agni? Nggak segampang itu! Agni udah jadi milik gue sekarang. Dan gue juga sayang banget sama Agni.”

“De, Io, udah. Nggak usah pakai acara berantem kayak gini! Dan jangan pernah lo sebut nama Ify lagi didepan Debo. Ify itu penghianat tau! Lo kalo emang suka sama Ify nggak usah nyari gue. Gue tau gue emang bukan cewek yang sesempurna Ify.” Agni melerai mereka berdua. Agni berdiri diantara Debo dan Rio.

“Gue emang suka sama Ify! Tapi, Debo kan udah jadi pacarnya Ify. Makanya gue nggak nyari Ify. Terus sekarang mau lo apa, Ag?”

“Idih... Ternyata bener dari awal lo udah suka sama Ify. Tapi, malah nyari Agni. Dasar!”

Agni menarik paksa cincin dijari manis Rio. “Mau gue? Cincin ini ada jari manis Debo.”

“Hah?”

Agni menarik tangan Debo lalu memasang cincin itu dijari manisnya. “Aku masih sayang sama kamu, De.”

Rio mendorong Agni lalu menarik kerah baju Debo. “Eh, gue peringatin sama lo. Kalo mau ngerebut Agni. Lo langkahin dulu gue. Gue nggak mau Agni balik lagi ke lo. Gue itu sayang banget sama Agni. Dan nggak segampang itu buat lo ngerebut Agni!”

“Oh ya? Liat aja nanti.”

BUUGGHHH(?)
Rio menonjok pipi kanan Debo. “Brengsek! Lo nggak boleh rebut Agni dari gue. Agni cuma buat gue dan bukan untuk lo. Makanya kalo punya cewek itu dijagain. Segampang itu nyari cewek. Nggak segampang yang lo pikirin tau!”

Debo memegangi pipinya. “Apa-apaan lo? Lo mau nyari ribut sama gue?”

“ Lo yang duluan nyari ribut sama gue! ” Rio mendorong Debo kasar.

Adegan itu terjadi. Rio dan Debo berantem di hadapan Agni. Debo jatuh tersungkur. Ia sudah tak berdaya dibuat Rio. Pukulan terakhir hendak diluncurkan Rio(?).

“ STOP! Rio lo gila ya? Lo nggak liat Debo udah kayak gitu. Gue nggak nyangka lo sejahat ini jadi cowok. ” Agni mendorong Rio lalu menghampiri Debo.

“ Ternyata gini toh seorang Mario Stevano Aditya Haling. ” Debo memegangi wajahnya yang biru-biru akibat pukulan dari Rio.

“ Lo yang nyari masalah sama gue. ” ucap Rio kesal.

“ Rio udah! Pergi lo darisini. Gue nggak mau liat lo disini. Tolong tinggalin gue. ” pinta Agni. Rio mendengus.

“ FINE! Kalo itu mau lo. Gue akan pergi dan nggak akan pernah ganggu lo berdua. Selamat bersenang-senang aja. Mungkin kalo emang ini kemauan kalian. Gue akan pergi untuk selamanya dari hidup kalian. ”

Rio meninggalkan Agni dan Debo. Agni merangkul Debo lalu membawanya ke rumah untuk mengobati luka memar disekitar wajahnya itu.

@Agni Home’s

“ Auww… ” Debo memegangi pipinya. Rasa sakit luar biasa dirasakannya.

“ Sakit ya, De? ”

“ Sakit banget nih, Ag. Si Rio kurang ajar banget. Nggak nyangka gue Rio kayak gini. ”

Agni mengela darah yang keluar dari sudut bibir Debo. “ Tahan ya, De. Agak sedikit perih ntar. ”

“ Ahhh… sakit, Ag. ” rintih Debo. #maaflebay._.

“ Eh, sorry. Gue pelan-pelan deh. ” Agni mengusap perlahan. Debo menatap dalam mata Agni.

“ Makasih ya, Ag. Maksud lo cabut cincin Rio dan masang ke gue apaan? ”

“ Gue…gue masih sayang sama lo, De. Gue masih belum bisa ngerelain lo sama Ify. Nggak rela gue. ”

“ Jadi, selama ini…. ”

“ Iya, gue nggak pernah bisa ngeliat lo mesra-mesraan sama Ify. Bahkan yang gue denger Ify lagi hamil kan, De? Gue sakit hati! ” Agni menunduk.

“ Hmm… Sorry, Ag. Tapi, sebenernya gue udah sayang banget sama Ify. Cuma perasaan gue ke lo nggak bisa hilang. ”

“ Gue pengen ulang semuanya, De. Tapi, semua udah terlambat. ” perlahan air mata Agni menetes.

“ Jangan nangis, Ag. Gue mohon. Gue nggak bisa liat cewek nangis. ”

Agni memeluk Debo. Tangisnya pecah seketika. “ Aku sayang sama kamu, De. ”

“ Ag, udah jangan nangis. Gue mohon, Ag. Jangan nangis! ” Debo menghapus air mata Agni.

“ Gu…gue… ”

“ Sst… udah ya. Jangan nangis lagi. Gue nggak bisa liat cewek nangis. ”

“ Hmm… oya, mau minum apa, De? ”

“ Nggak usah deh. Aku duluan ya, Ag. Jaga diri kamu baik-baik. Mungkin kalo Tuhan mengijinkan kita pasti bisa bersatu kembali. ” Debo tersenyum.

“ Hmm… kalo memang takdirnya aku untuk Rio dan kamu untuk Ify. Aku pasti relain semua ini, De. Makasih atas semuanya. ”

“ Thank’s ya, Ag. Aku pulang dulu ya. Nanti kita ketemu lagi. ” pamit Debo.

“ Iya. ”

Debo pun pergi dari rumah Agni.

:: Sungguh aku tak bisa sampai kapanpun tak bisa membenci dirimu ::

BB Agni berdering. Agni meraih BB-nya lalu mengangkat telpon itu.

“ Apa? Rio kecelakaan? ”


***

“ Amnestic syndrome Cakka bener-bener udah nyusahin. Bikin bete. ” Agni berjalan-jalan untuk mencari makan. Perutnya sudah tak karuan lagi untuk menahan rasa lapar.

“ Shilla… ”

‘ Nggak mungkin kalo Cakka. ’ batin Shilla.

“ Ini aku Riko. ”

Shilla membalikkan badannya. “ Eh… Riko. ”

“ Apa kabar, Shill? Makin cantik aja nih. ”

“ Baik kok. Lebay deh nih. Aku kan bukan cewek yang cantik, Rik. ”

“ Oya, kamu mau kemana? Kok sendirian? ” tanya Riko.

“ Aku mau cari makan. Kamu kok ada disini? ”

“ Bareng yuk. Aku juga mau makan nih. Tadi kebetulan aja lewat sini. ”

“ Ya udah deh. Yuk ”

Riko dan Shilla berjalan mencari warung makan terdekat disekitar sana.

@Masakan Padang ._.

“ Selera kamu bagus juga ya, Rik. Kamu suka makanan padang ya? ” tanya Shilla.

“ Hehe, kebetulan ini makanan favorit aku. Emang kenapa? Kamu biasa makan direstoran mahal ya, Shill? ”

“ Hah? Enggak kok. Aku juga suka sama masakan padang. Walau sebenernya aku lebih suka makan ayam betutu. ” ucap Shilla tersenyum.

“ Oh… kalo aku sukanya rendang. ”

“ Kok jadi ngomongin makanan sih? ” tanya Shilla.

“ Iya yah. Jadi ngomongin makanan kita. Aneh. ”

“ hmm… aku udah kenyang nih. Kamu mau kemana? ”

“ Aku nggak kemana-mana. Kamu dari rumah sakit kan? ” tanya Riko.

“ Iya, abis jengukin pacar aku. Kondisinya parah banget. Dia malah sekarang kena amnestic syndrome. ”

“ Amnestic syndrome? Apaan tuh? ” tanya Riko.

“ Itu penyakit aneh yang katanya kalo udah tidur suka lupa sama kejadian sebelumnya. Aneh banget kan? Jadi nyusahin. ”

Riko tertawa. “ Jadi pacar kamu kena penyakit amnestic syndrome? ”

“ Ih, malah diketawain. Iya, kena amnestic syndrome. Nyusahin banget jadinya. ”

“ Nggak boleh gitu ah. Pacar sendiri juga. ”

“ Hmm… ”

Riko tersenyum. “ Mau aku anter? Sekalian aku juga pengen kenal sama pacar kamu. ”

“ Hmm… boleh deh. Yuk. ”

Langsung aja ya-

@RS Sanglah bangsal Teratai kamar 13

“ Cakka… ”

“ Eh, Shilla. Abis darimana? Itu siapa? ” tanya Shilla sambil menunjuk Riko.

“ Abis makan tadi. Ini Riko, Kka. Orang yang sempet nolongin aku waktu ditodong perampok. ” jelas Shilla.

Riko mengulurkan tangannya. “ Riko Anggara. Panggil aja Riko. ”

“ Cakka Nuraga. Panggil aja gue Cakka atau Bieber. ” ucap Cakka nyengir sambil menjabat tangan Riko.

“ Haha, jangan didengerin, Rik. Panggil dia Cicak juga nggak apa-apa. ” ucap Shilla.

“ Ntar anak orang ngambek, Shill. ” Riko melepas jabatan tangan Cakka.

“ Nama gue CAKKA bukannya CICAK! ” ucap Cakka kesal.

“ Ampun, Kka. Cuma bercanda aja ngambek. Kalo dipuji sama Agni aja langsung bangga. ” sindir Shilla.

“ Agni? ”

“ Shill, inget rumah sakit. ” ucap Riko.

“ Iya. Gue juga tau kalo ini rumah sakit. Terus kenapa? ” tanya Shilla.

“ Nggak usah buat keributan dirumah sakit. ” Riko menarik tangan Shilla.

“ Eh… cewek gue dibawa kemana? ” tanya Cakka.

“ Pinjem sebentar. ” jawab Riko.

“ Jangan jadi P-L-A-Y-G-I-R-L ya, Shill. ”

“ BAWEL. ” teriak Shilla kesal.

Riko dan Shilla langsung keluar dari kamar Cakka dan menuju ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri sejenak.

@ Taman RS

Riko duduk didekat Shilla.

“ Lo pasti sayang banget ya sama si Cakka Bieber? ”

“ Bangetlah. Secara gitu udah ada si Casillas. ”

“ Casillas siapa? ” tanya Riko.

“ Adik angkat gue. Kan gue sama Cakka adopsi Casillas di panti. ” jawab Shilla.

“ Oh… gue ikut seneng deh liat lo bahagia kayak gini, Shill. ”

“ Emang kenapa sih? Kok lo jadi aneh kayak gini sih, Rik? ”

“ Hmm… nggak apa-apa. Aku Cuma ikut bahagia aja, Shill. ” ucap Riko.

“ Aneh deh. ”

“ Aneh apanya? Emang aku keliatan gitu dimata kamu? ”

“ Iya, lo tuh aneh. ”

Riko manyun. “ Hmm… emang kali ya nggak ada cewek yang mau sama aku. Karena aku ini bukan cowok sempurna dimata cewek-cewek cantik kayak kamu. ”

“ Maksudnya? ”

“ Aku suka sama kamu, Shill. Dari pertama kita ketemu. ” ucap Riko.

“ Tapi kan… ”

“ Iya, aku tau kamu udah jadi milik Cakka Bieber. ” potong Riko.

“ Cakka aja. nggak usah disambungin pakai Bieber. Jodoh itu ada ditangan Tuhan, Rik. Nggak mungkin Tuhan mau umatnya jomblo seumur hidupnya. Percaya deh! Kamu itu cakep kok, Rik. Masih banyak cewek diluar sana yang lebih baik dari aku. ” Shilla tersenyum manis.

“ Tapi kamu cewek yang dikirim Tuhan buat aku, Shill. ”

“ Bukan aku! ”

“ Kamu cewek itu, Shill. Aku suka sama kamu, Shilla. ”  Riko memandang Shilla.

“ Nggak, Rik. Aku yakin ada cewek diluar sana yang lebih baik dari aku. Dan cewek itu bukan aku. ” ucap Shilla.

“ Hmm… aku tau aku emang bukan cowok yang sempurna kayak Cakka. Tapi, apa aku nggak bisa buat milikin cewek seperti kamu, Shill? ”

“ Maaf, Rik. Aku nggak bisa. ”


****

@ Café CaPuzzy
Net net net net net tre net net (?)

Acha menutup hidungnya. Bau narkoba dan minuman keras tercium di café itu. Acha berjalan perlahan mencari sosok Ozy yang selama ini dirindukannya.

“ Pon, nggak salah nih lo ngajak gue ke café beginian? ” tanya Acha pada Nyopon.

“ Ya kagaklah! Ozy sering banget kesini kali, Cha. ”

“ Tapi, baunya sumpah jelek banget. Gue nggak kuat disini, Pon. ” ucap Acha.

“ Nah itu dia si Ozy. ”

" Mana? " tanya Acha.

" Itu. "

" Ozy mabuk-mabukan? " tanya Acha.

" Yuk kita samperin. "

@ meja cafe

" Hey, Zy. " sapa Nyopon.

" Hey. eh, lo bawa cewek ya. Cantik juga cewek lo. " Ozy mencolek Acha.

" Zy, ini gue Acha. "

" Acha... kemana aja kamu sayang? " Ozy memeluk tubuh Acha. Nyopon berusaha menjauhi Ozy dari Acha.

" OZY SADAR! "


TO BE CONTINUED
Yang udah baca tinggalkan jejak ya…
Jangan asal baca terus pergi ._.V
Makasih…

Part 44: P-L-A-Y-G-I-R-L ! Bag. 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar