TITTLE: Marching Band in Love
AUTHOR: Ni Putu Ayu Wina Laksmita Dewi
CAST: Ashilla Tiara, Ify Alyssa, Mario Stevano, Debo Andryos, Alvin Sindhunata, Sivia Azizah, etc.
GENRE: Love, romantic, music
Don’t be a silent reader!
I’m back with new story.. Hope you like this :)
I apologize if there are similarities places, names, etc. This just a fictional story and doesn’t correspond to reality. :)
ENJOY!
PART 5: He knows… my name?
***
5 menit kemudian …
Dentingan lembut mulai terdengar dari para pit dalam divisi percussion. Kecuali Shilla, ia harus up hukuman push-up sebanyak 50 kali. Shilla tidak bisa menguasai pukulan dan menghafal not dalam waktu 5 menit. Bagi Shilla, semua itu mustahil dan sangat tidak mungkin untuk dilakukan. Jangankan menghafal not pemanasan, not yang ia hafal untuk dimainkan hanyalah lagu Secondhand Serenade-Fall For You.
Shilla telah selesai melakukan push-up. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu. Tiba-tiba saja ia mendentingkan lagu Fall For You dari Secondhand Serenade. Seketika Dayat melirik tajam dirinya. Lagu itu… tak terasa air mata Shilla menetes. Tetesan air mata Shilla membuat semua pemain menghentikan aktivitasnya. Sepasang mata dari tadi memperhatikan Shilla dari dalam sekretariat. Pemilik mata tersebut memejamkan matanya sambil mendengarkan permainan Shilla sampai akhir. (Untuk ngefeel di bagian ini please putar lagu Fall For You!)
Shilla menghentikan permainannya. Ia melirik ke arah sekretariat. Siapa dia? batin Shilla. Ia merasa bahwa pemuda itu memperhatikannya dari tadi. Shilla memang baru menjadi calon anggota dan tidak terlalu familiar dengan senior-senior selain divisi percussion dan colour guard. Brass? Sama sekali ia tidak tahu tentang anggota-anggota dalam divisi brass. Kecuali…
“Ehm…” Dayat berdeham melirik Shilla tajam. Sebelum ia diberi hukuman lagi, Shilla tersenyum lalu melakukan push-up sebanyak 100 kali.
“Jangan biasakan mendahulukan pelatih.” ucap Dayat tegas. “Hormati saya sebagai pelatih. Kalo tidak bisa menghormati saya, silahkan pergi. Saya lebih baik kehilangan satu orang pemain daripada tidak dihormati.”
Shilla tersentak lalu menunduk. “Maaf, kak. Saya tidak akan seperti tadi lagi…” Shilla berlutut memegangi kaki Dayat. “Tolong… berikan saya kesempatan lagi untuk mempelajari semuanya! Saya minta maaf, kak.”
Gabriel menghentikan aktivitasnya yang hendak melatih kembali anak-anak battery. Ia mendekati Dayat yang sama sekali terlihat tidak perduli terhadap permohonan Shilla untuk memberikan kesempatan. “Hati lo terbuat dari batu, kak? Lo ngusir gitu aja pemain berbakat kayak Shilla? Lo udah siap?”
Shilla terdiam. Lagi. Ia harus lagi merasa di bela oleh Gabriel. Apa maksudnya? Padahal, Shilla sama sekali tidak peduli dengannya. Shilla tidak mau semuanya menjadi berantakan. Ia tidak mau lagi melibatkan senior dalam urusan pribadinya. Bukan Shilla yang minta! Tapi, mereka semua yang mendekat.
“Centil.” Suara gadis itu mendekat dan langsung mendorong Shilla hingga tersungkur. “Lo pikir lo hebat karena berhasil menarik perhatian senior? Lo pikir udah bisa menyaingi kecantikan Ify Alyssa? Lo pikir lo bisa mendahului kak Dayat? Ngaca dong!”
Shilla terjerembab jatuh dari dua anak tangga. Alisnya terantuk sudut tangga yang mengakibatkan darah segar mengalir dari sudut alisnya. Suaranya bergetar. “K..kak.. ka..kalo emang.. Sh…shilla nggak diterima disini!” suaranya tertahan. Pemuda itu memeluk Shilla sebelum masalah semakin berat terjadi.
“Bisa menghargai sesama cewek nggak, Fy?” Pemuda tersebut tersenyum kecut. “Kalo nggak bisa, lo harus belajar lagi buat menghargai orang lain!”
Shilla menangis lagi. Air matanya jatuh lagi. Entah begitu berat penderitaan yang harus diterimanya karena masuk di unitas marching band. Seharusnya, dari awal ia sadar bahwa tempatnya bukan disini. Ia memang tidak berbakat dan sangat tidak pantas untuk mengikuti unitas marching band. Kehadiran dirinya… membuat semua jadi runyam.
“RIO!” jerit Ify ketika melihat mantannya itu memeluk Shilla begitu lembut. Bagaimana bisa ia menerima semua ini? “Lo juga mau jahat sama gue setelah Alvin?!”
Pemilik nama yang dilontarkan oleh Ify akhirnya mendekat. Dayat mengerti apa yang terjadi. Setelah semua selesai, ia akan memberikan peringatan. “Setidaknya gue nggak pernah berniat jahat seperti lo berniat jahat ke gue!”
“A..al..al..vin..n..” Ify merutuki dirinya sendiri. Ia lupa bahwa sedang satu organisasi dengan Alvin. Salah! Ia salah membawa masalah pribadi kedalam latihan.
Alvin tersenyum sinis. “Lo sendiri yang kibarin bendera perang, Fy! 4 tahun Rio nunggu lo buat kepastian. Tapi, lo cuma jadiin dia sebagai perselingkuhan? Semua nggak adil!”
Semua pemain seketika mendekat dan terkejut mendengar bahwa Ify-hanya-menjadikan-Rio-sebagai-selingkuhan. Gadis macam apa yang tega menyakiti sosok pemuda sebaik dan setulus Rio? Kurang baik apa pemuda seperti Rio terhadap Ify? Dosa apa dirinya sehingga harus menghadapi kepahitan dan kesakitan karena cinta? Entahlah… mungkin, semua ini juga bukan sepenuhnya salah Ify.
“Vin…” Rio melepaskan pelukannya ketika Shilla telah menghentikan tangisannya. “Dia dulu pernah menjadi seseorang yang paling lo sayang. Dan sekarang, gue hadir dan keluar dari persembunyian gue. Gue nggak pernah lari dari kenyataan! Tapi, kenapa lo tega mempermalukan Ify? Segitu besarnya kesalahan yang sudah dibuatnya?”
Tepat! Pantas saja Shilla merasa tidak melihat Rio hari ini. Ternyata… sedaritadi pemuda itu bersembunyi dan tidak ingin menampakkan diri karena Ify. Bahkan, ia baru mengetahui bahwa Rio-Ify-Alvin sempat memiliki hubungan lebih dari sebatas teman. Lantas… apa maksud Rio mendekati Shilla? Dilema. Ia menjadi dilema.
Alvin tersenyum tipis. Ia kembali menatap Ify. “Ini balasan sakit hati gue karena kelakuan lo! Biar lo merasakan bagaimana caranya menghargai seseorang yang pernah hadir di dalam hidup lo, Ify Alyssa! Dan sekarang, biar lo menyadari juga kesalahan lo! Rio juga udah sama sekali nggak ngeliat lo sekarang. Lihat! Shilla lebih baik, lebih bisa menghargai dari pada elo!”
Lagi. Senior lagi lagi membela Shilla. Cukup! Ia tidak mau menjadi pusat masalah lagi di dalam organisasi yang ia masuki saat ini. Ia ingin hidup dengan tenang dan bukan menjalankan unitas seperti ini. Hidupnya jadi tidak tenang karena semua ini.
“STOOOOPPPPPPPPPPPPPPPPPPP!” Shilla berteriak. “Jangan ada yang belain aku! Aku ada dan hadir disini bukan untuk dibela dan dijadikan sumber keributan. Maaf kalo aku udah lancang. Tapi, aku nggak bermaksud buat keributan disini.”
Dayat menepuk tangannya menandakan peringatan. Ia telah siap memberikan sepatah dua patah kata yang pedas sebagai peringatan kepada anak-anak didiknya.
***
“Sudah berapa kali saya bilang!” suara berat Dayat membuat semua calon anggota dan senior-senior lainnya menunduk. “JANGAN PERNAH MEMBAWA MASALAH PRIBADI KE DALAM ORGANISASI DAN LATIHAN!”
“Maaf, kak.” Ify menunduk. Ia merasa sangat bersalah dalam kasus kali ini. “Maaf karena saya telah membawa masalah pribadi dalam latihan. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
Dayat tersenyum tipis. “Biasakan juga menghargai yang namanya senior. Dan jangan pernah mendahului pelatih.”
Kali ini Shilla menunduk sambil mengetuk-ngetuk jidatnya. Ia salah karena telah mendahului pelatih. “Maaf, Kak Dayat. Shilla salah karena hal tadi semua jadi hancur di latihan perdana. Kalo Shilla dikeluarkan dari unitas ini, Shilla siap.”
“Tidak akan ada yang mau kehilangan kamu disini, Shill.” Suara itu mengagetkan Shilla. “Lo disini adalah pemain yang paling hebat diantara pemain lainnya, lo nggak boleh pergi!”
‘Kak Rio bela aku lagi? Kak Rio tau namaku?’ Shilla menjerit dalam hati.
“Ehm…” Dayat kembali berdeham sambil melirik tajam Rio. “JANGAN DAHULUI PELATIH!”
“Biasa sih… belain si centil!” sindir Ify tajam. “Semua senior belain dia karena dia…”
“SHUT UP!” bentak Dayat pada Ify. Runyam. Latihan perdana yang seharusnya berjalan lancar menjadi berantakan hanya karena masalah pribadi yang dibawa masuk ke dalam latihan. “Karena latihan perdana ini menjadi hancur, lebih baik kalian pulang! Dan besok kita semua ulang latihan perdana lagi.”
“Tapi kak…”
“Apa?!” Dayat melirik tajam kearah sumber suara yang ternyata adalah Debo. “Mau buat masalah apalagi kamu?”
Debo mendelik. Masalah? Siapa yang membuat masalah? “Kapan saya menciptakan masalah di unitas ini? Saya sama sekali tidak pernah membuat masalah! Kalo memang latihan perdana diundur, terserah!”
“Baik!” Dayat menjadi semakin emosi dibuatnya. “Latihan perdana ditunda dan akan dilanjutkan besok! Sekarang kalian boleh pulang. Karena sudah tidak ada lagi yang perlu dilakukan disini.”
Dayat tidak ingin semua menjadi kacau karena memaksakan melanjutkan latihan perdana yang sudah hancur karena masalah pribadi para anggota senior. Seharusnya senior bisa memberikan contoh yang baik terhadap calon anggota. Tapi, kenyataanya, senior malah memberikan contoh yang buruk dan membuat calon anggota baru pelan-pelan menghilang dari mereka.
***
“Shill…” suara itu membuka pembicaraan yang terjadi. Shilla memeluk erat sosok yang menghampirinya. Sivia. Gadis itu… ternyata masih peduli.
“Lo nggak akan sendirian.” kata Sivia sambil mengelus pelan punggung Shilla. “Ini bukan salah lo sepenuhnya. Kak Dayat menghentikan latihan perdana karena para senior yang membawa masuk masalah pribadi ke dalam latihan.”
“Tapi Vi…”
“Lo baik!” potong Sivia. “Sangat baik. Bahkan, lo itu adalah seorang gadis berumur 18 tahun yang smart! Gue malah sangat kecewa sama Riko, kakak gue. Dia menyia-nyiakan gadis sebaik elo, Shill.”
“Hah?” Shilla perlahan melepaskan pelukannya. “Riko… kakak kamu, Vi?”
Sivia mengangguk. “Lo jaga diri baik-baik ya! Lagian… kak Rio juga baik kok, Shill. Lo pasti bahagia banget bisa deket sama dia?”
“Kok bawa-bawa kak Rio?” protes Shilla. “Aku cuma kaget aja, ternyata… dia adalah Rio, Vi. Penantianku selama ini. Tapi, gimana sama Kak Gabriel? Kak Debo? Kenapa mereka melakukan hal yang sama? Kenapa kak Rio selalu misterius dan membuat penasaran?”
Shilla bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa? Kenapa cinta harus dibuat serumit ini?Entahlah… untuk Shilla, semua ini mungkin hanya perasaan sekedar kagum terhadap senior. Tapi, Rio? Mario Stevanokah? Atau Rio lainnya? Ciri-ciri Rio yang tidak akan bisa dilupakan Shilla adalah, pemuda itu selalu datang disaat kesedihan menimpanya. Tapi, pemuda tadi bukankah dia… Mario Stevano?
“Kak Rio memang siapa, Shill? Kamu pernah kenal deket sama dia?” tanya Sivia menyelidiki. “Dan kalo memang kamu sempat deket sama kak Rio, sedeket apa kamu sama dia sampai kak Ify segitu nggak sukanya sama kamu?”
Shilla tersentak. Ia mendongakkan kepalanya lalu menatap Sivia agak gugup. “Aku…aku…dia…” suara Shilla tertahan, lalu perlahan ia melanjutkan kembali ucapannya. “Kak Rio adalah kakak kelas gue waktu gue di Gandhi, dan dia jadi cowok popular yang ditaksir banyak gadis-gadis cantik. Bahkan, ada geng power girls semuanya naksir berat sama dia. Kak Rio orangnya tertutup, gue sama sekali nggak pernah dekat sama dia. Selama ini gue hanya bisa memperhatikan dia secara diam-diam. Tapi, tadi gue agak nggak familiar sama wajahnya. Bahkan, dia lebih tampan dari pertama gue liat dia. Wajahnya semakin dewasa, Vi.”
“Oh… jadi lo pernah suka sama kak Rio?” tanya Sivia lagi. “Dan… lo nggak pernah ungkapin sampai sekarang? Terus lagu fall for you?”
Ya! Shilla baru ingat sekarang. Ia baru ingat bahwa lagu itu adalah lagu yang sering dinyanyikan Rio setiap acara pensi semasa SMA-nya. Tapi, kenapa wajah Rio berubah? Dan bahkan, Rio terlihat lebih kurus dibanding masa SMA. Apa yang sebenarnya terjadi terhadap diri Rio? Shilla bertanya-tanya pada dirinya. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan…
“Hey Shill!” Sivia membuyarkan lamunan Shilla. “Jangan ngelamun siang-siang. Katanya, dikampus ini angker. Ntar lo bisa kesambet loh. Dan… jawab pertanyaan gue.”
Shilla tersenyum tipis. Ia membenarkan posisi duduknya di cafeteria tepat di depan sekretariat marching band. “Lo mau gue jawab apalagi, Vi?” tanya Shilla. “Lo kan udah bisa nebak kalo gue udah bilang Kak Rio adalah pujaan hati gue, berarti lagu fall for you adalah lagu kesukaan dia! Dan… sampai sekarang, gue nggak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan gue ke dia. Biarin aja, kalo memang kak Rio adalah mantan si ratu colour guard norak. I don’t care!”
“TOP!” jerit Sivia. Jeritan Sivia membuat semua orang yang berada di cafeteria menoleh. Ia mengecilkan suaranya. “Kita punya musuh yang sama, Shill! Kita harus beri pelajaran dia. Memangnya dia siapa? Anak pemilik yayasan juga bukan!”
Shilla tertawa nyaring. Namun tawanya seketika terhenti ketika melihat sosok yang sedang mereka bicarakan menghampiri. Shilla memberikan isyarat kepada Sivia untuk tidak membicarakan Ify lagi. Namun, sepertinya Shilla terlambat.
“Lo ngapain diem, Shill?” tanya Sivia sambil tertawa pelan. “Takut si ratu colour guard itu datang kesini? Dia udah pulang duluan tadi!”
Ify semakin memanas dibelakang Sivia. Ia menjambak rambut Sivia kasar. “Lo pikir lo udah bangga karena ngatain gue ratu colour guard? Lo udah bangga?!”
“Kak, lepasin Sivia!” mohon Shilla. “Dia nggak bermaksud bilang kakak gitu. Tapi, jangan sakitin Sivia. Atau… kakak mau semua orang benci sama kakak termasuk Kak Rio?”
Ify melirik tajam ke arah Shilla lalu melepaskan jambakannya pada Sivia. “Kenapa lo ngancem gue? Memangnya lo siapa berani ngancem gue?”
Sivia mengibaskan rambut panjangnya ke wajah Ify. “Lo pikir lo juga siapa!” bentak Sivia. “Lo udah bangga karena bisa selingkuhin Kak Alvin?”
Duh, Sivia cari mati! batin Shilla khawatir. Shilla menepuk bahu Ify pelan dan juga tersenyum pada Angel yang berdiri disebelah Ify. “Kakak… tau kan bagaimana rasanya sakit hati? Apa kakak pernah ngerasain menanti seseorang yang sama sekali tidak akan pernah mencintai kakak? Kak Alvin maupun Kak Rio, sayang sama kakak. Tapi, cara kakak mencintai mereka itu salah.”
Ify mengusap wajahnya yang terasa perih karena kibasan rambut panjang Sivia. Ia menatap Shilla, memperhatikan gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Cara gue mencintai salah? Lo tau apa soal cinta?”
“Cinta itu… datang dari sini.” Ucap Shilla sambil menunjuk dada Ify. “Datang dari hati! Dan bukan dari mulut. Kalo mulut berkata kita nggak cinta, tapi hati berkata kita cinta, semua orang tidak akan bisa menghindarinya. Maka dari itu, ada yang disebut secret admirer atau pengagum rahasia.”
Sivia melirik Shilla. Ia berpikir bahwa ucapan Shilla ada benarnya juga untuk Ify. Mungkin maksud Shilla agar Ify bisa memilih mana cinta yang tulus ia jalani dan yang hanya sekedar main-main. Tapi, Sivia tidak mau apabila cinta tulus Ify adalah Alvin, pujaan hatinya sekarang.
“Cinta yang datang dari hati?” tanya Ify. Ia memejamkan matanya sesaat lalu kembali memandang Shilla. “Shill, thank’s ya! Gue sekarang menemukan jawabannya.”
Shilla mengangguk lalu tersenyum melihat Ify berlarian dan menghampiri sosok… RIO.
***
Dear diary,
Oh God! Kamu membohongi hatimu sendiri, Shill. Kamu bisa lihat sekarang Ify menemukan cinta tulusnya. RIO. Catat! M-A-R-I-O!
Tuhan, apa yang aku lakukan terhadap Ify adalah salah? Tapi, mengapa aku tidak bisa untuk mendapatkan Kak Rio kalau memang yang aku katakan pada Ify salah?
3 tahun penantianku… apa semua itu hanyalah sia-sia? Memangnya, Ify sudah kenal Rio lebih dulu sebelum aku menyukai Rio?
Dari dulu, surat yang aku kirim dengan catatan ‘SECRET ADMIRER’ selalu sampai di tangan Rio. Mungkin… Rio menduga surat itu dari Ify! Dan Ify selama ini yang menyukainya.
Tapi, bagaimana kak Rio bisa tau namaku? Perkenalan calon anggota padahal aku terlewatkan.
Entahlah… apapun yang terjadi, aku harap semua akan berakhir dengan indah.
Walau… aku harus merasakan sakit hati ini.
Regards,
Ashilla
Shilla menutup kembali diarynya. Memori ingatannya berputar saat Rio membelanya di depan senior dan calon anggota baru.
“Tidak akan ada yang mau kehilangan kamu disini, Shill.”
Tidak! Gadis itu tidak boleh mencintai Mario lagi. Sosok pemuda itu telah dimiliki oleh gadis lain. Dan tentu saja, bukan Shilla. Tapi, bagaimanapun, 3 tahun penantian Shilla telah berakhir dengan sia-sia. Atau… sanggupkah dirinya membuka hati untuk orang lain yang mungkin akan mencintainya kelak? Namun… siapa yang akan mencintainya?
***
“Lo kan nggak seharusnya berbuat kayak tadi, Vin!” pemuda itu kembali memperingati Alvin seperti sebelumnya yang pernah ia lakukan. “Perbuatan lo tadi sama dengan nyakitin hati Ify dan juga lo buat gue marah!”
Alvin menoleh. Ia memiringkan kepalanya. “Lo marah karena gue bawa nama gadis yang lo cintai itu kan, Yel?”
Gabriel menjauhkan kepala Alvin. Ia bergidik ngeri ketika Alvin menoleh dan menatapnya seperti hendak mencium dirinya. “Bukan karena lo bawa nama Shilla. Tapi, apa lo bisa menghargai perasaan seorang gadis seperti Ify? Dia nggak terima lo nyakitin dia seperti ini.”
“Gue nyakitin dia, Yel?” Alvin tertawa keras. “Gue nggak nyakitin dia! Gadis itu yang udah selingkuh sama Rio. Your enemy!”
“Hah?”
Alvin tersenyum sinis. “Gue tau, lo kan emang stupid, Yel! Lo mau aja kesaing sama Debo buat dapetin Shilla. Look at your self!”
“Kok lo bawa-bawa Debo sekarang?” tanya Gabriel yang tidak terima Alvin mengalihkan topik pembicaraannya.
Alvin tersenyum jahil. “Yaiyalah, Yel. Secara… Debo itu dari awal incaran anggota-anggota. Auranya dia mampu buat memikat para gadis-gadis apalagi calon anggota. Dan mungkin Shilla…”
“STOPP!” bentak Gabriel.
BYUR~
Alvin dengan mulusnya diceburkan Gabriel ke dalam kolam renang apartementnya. Ia mengumpat pemuda itu sambil komat-kamit sendiri. Bisa-bisanya Alvin memancing emosinya dengan menyebut-nyebut nama Debo. Apapun yang terjadi… Shilla tidak akan jatuh kepelukan Debo! Gabriel berjanji.
“Hahaha.” Alvin kembali tersenyum jahil dibalik tawanya di dalam kolam renang. “Yah…yah… Iphone 5 gue basah.”
“EMANG GUE PEDULI?!” teriak Gabriel penuh emosi. “Kalo lo mau, gue bisa beliin segudang Iphone 5 buat elo!”
Alvin berhasil naik dari kolam renang apartement Gabriel yang cukup dalam itu. Senyum jahilnya masih tercetak di bibirnya yang berwarna merah merona. Ia mengelus-elus Iphone 5 di tangannya yang sudah tidak menyala lagi. “Lo nggak tau perjuangan gue buat dapetin Iphone ini?” suara Alvin terdengar sangat dramatis. “Lo berpikir dengan kekayaan bisa ngeganti semuanya? Ini gue dapet dari jerih payah gue kerja di tempat Ayahnya Debo! Keluarga Debo terlalu baik sama gue. Bahkan, Debo juga baik. Makanya banyak yang suka sama dia. Jangankan Ify, Shilla aja bisa jatuh kepelukan dia kalo lo terlambat. Auranya dia kan mampu memikat gadis-gadis kampus.”
“Brengsek!” umpat Gabriel. “Kalo sampai itu anak ketahuan ngincar Shilla, jangan harap bisa ngeliat batang hidungnya di marching band lagi!”
Alvin bergidik ngeri. Kali ini ia menjadi ketakutan dan merasa bersalah karena membawa nama Debo. Padahal, begitu besar jasa yang dilakukan keluarga Debo terhadap dirinya. Tapi… apa Gabriel akan mencelakakan Debo kalau sampai pemuda itu mencintai Shilla? Jangan sampai semua itu terjadi! Alvin tidak mau melihat Gabriel sejahat itu karena gadis seperti Shilla. Memangnya… sebegitu sempurnanya Shilla dimata orang-orang? Bagi Alvin, semua gadis sama. Tidak ada sempurnanya sama sekali. Terkecuali… Ify, mantan kekasihnya.
“Lo yakin?” Alvin membuka pembicaraan lagi. “Lo mau celakain Debo hanya karena gadis seperti Shilla? Hati lo dimana, Yel?”
Kali ini Gabriel tersenyum jahil membalas perbuatan Alvin. “Ah! Sudahlah! Besok gue mau panggang hidup-hidup si Debo. Biar dia tau kalo cuma gue yang bisa milikin Shilla. Lagian… bukannya lo disukain sama temennya Shilla? Siapa namanya?”
“Hah? Siapa?” Alvin bertanya-tanya. Ia tidak pernah tahu siapa teman Shilla yang menyukai dirinya. Lagipula, ia tidak pernah melihat Shilla bersama seorang gadis.
“Itu loh… gadis sipit yang kayaknya blasteran gitu. Kalo nggak salah… Sivia?”
SATU SAMA! Gabriel tersenyum tipis. Kali ini ia berhasil menyaingi sifat jahil Alvin yang tidak pernah hilang. Dari awal Gabriel mengenal Alvin, entah sudah berapa banyak kejahilan yang dilakukan Alvin terhadap Gabriel. Namun, Gabriel hanya diam dan tidak pernah membalas. Tapi, kali ini kejahilan Alvin tidak bisa untuk dimaafkan!
“Sivia? Gadis mengerikan itu? Temennya Shilla yang norak banget itu suka sama gue, Yel? Ih…” Alvin bergidik ngeri mendengar ucapan Gabriel bahwa Sivia menyukainya. Dari awal, Alvin tidak suka cara Sivia untuk mendekatinya. Bagi Alvin, terlalu frontal dan sangat tidak pantas!
“Vin…” panggil Gabriel pelan.
“Ya?”
Gabriel menepuk pundak Alvin pelan lalu berkata, “Apapun yang terjadi… jangan mencintai gadis yang sama.”
“Maksud lo?” Alvin menaikkan alisnya pelan seolah tidak mengerti dengan maksud ucapan Gabriel. “Gue nggak ngerti maksud lo mencintai gadis yang sama. Lo takut kejadian dulu kita sama-sama mencintai Clara terulang lagi?”
Clara, gadis tersebut pernah menjadi anggota marching band satu angkatan dengan Alvin dan Gabriel. Namun, kepindahan mendadak gadis itu membuat Gabriel gundah dan termasuk Alvin. Mereka pernah sama-sama mencintai gadis yang sama. Dan saat itu, mereka memutuskan untuk tidak akan mencintai gadis yang sama lagi. Walaupun, berat bagi Alvin untuk tidak melakukannya.
“Maksud gue, Shilla.” Jawab Gabriel sambil tersenyum tipis. “Jangan pernah lo mencintai Shilla! Gue sangat menyayangi gadis itu. Walaupun… gue belum berani mengungkapkannya.”
“Gak janji ya…” jawab Alvin lalu berjalan pelan meninggalkan Gabriel. Sebelum pergi, ia menoleh sambil tersenyum jahil. “SHILLA ITU CANTIK! JANGAN SALAH KALO GUE YANG BAKAL DAPETIN DIA, YEL!”
Setelah itu, Alvin berlalu dari hadapan Gabriel. Gabriel tersenyum tipis sambil menatap punggung Alvin yang perlahan menjauh. Sahabat? Untuk apa bersahabat jika satu sama lain saling menghianati? Bukankah… Alvin berjanji untuk tidak mencintai gadis yang sama? Dulu, saat Clara datang, Gabriel dan Alvin sempat bersaing untuk mendapatkan gadis itu. Namun, satupun dari mereka tidak berhasil. Karena itu, mereka membuat kesepakatan untuk tidak lagi mencintai gadis yang sama.
‘Shilla… jangan sampai aura Alvin maupun Debo membuatmu dilema’
BERSAMBUNG !
NB: COMENT BAGIAN FAVORIT KALIAN. KOMENTAR KALIAN SANGAT DIBUTUHKAN DEMI KELANCARAN CERITA INI. KOMENTAR JUGA COUPLE FAVORIT KALIAN DAN SAYA AKAN BERUSAHA MEMPERTAHANKANNYA. MOHON PARTISIPASINYA ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar