Kamis, 01 September 2011

Berawal Dari MOS--Part 59 B

Part 59 B: Cinta Lama Bersemi Kembali dan cinta lama telah pergi. 

*** 

”Ca...kk...a...ses...ss...ek nih. Bu...bur...uan...aj...ak...sss...s...shilla...bbb...alik...an...” Deva menepuk pelan pundak Cakka. Nafas-nya terasa sesak. Sangat sulit rasanya untuk bernafas. Tangan kirinya tak henti-hentinya mengenggam tangan Aren yang duduk disampingnya. 

Cakka mendekati Shilla. Ia membelai rambut Shilla perlahan. ”S...sh...ii...ll...aayo...bbaa...lll...ik...k...aaa...nn...” 

Shilla mengigit bibir bawahnya. Ia merasa tidak tega apabila harus melibatkan Cakka, Deva dan Aren dalam kasus yang dialaminya tersebut. Bahkan, Shilla baru ingat apabila esok hari adalah ulang tahun Cakka. Shilla sendiri bingung harus melakukan apa. 

”Sss...s...hhii...lla...” lirih Cakka sambil mengenggam erat tangan Shilla. 

Shilla menghela nafasnya sesaat. ”AKU MAU BALIKAN SAMA CAKKA! TOLONG KELUARIN KITA SEMUA DARI RUANGAN INI!” 

Cakka mendekap Shilla yang berada dihadapannya itu. Ia sangat senang karena cinta lamanya telah kembali lagi ke dalam pelukan. Ruangan yang seketika gelap dan tak ber-udara itu berubah menjadi sebuah ruangan yang terang dengan lampu dan celah-celah udara. 

”Hhhh...makasih ya, Shill. Akhirnya lepas juga dari siksaan dunia gelap dan pengap itu. Aku sayang kamu.” 

Deva dan Aren tersenyum tipis melihat pasangan dihadapan mereka. Akhirnya semuanya berakhir. Terror-terror yang selama ini menyulitkan Shilla, berakhir sudah. Semuanya tuntas dan sudah terselesaikan. 

”Maafin aku, Kka. Maaf karena aku udah buat kamu, Deva dan Aren ikut tersiksa karena Casillas. Aku janji nggak akan buat Casillas marah lagi. Semua demi kamu, Kka.” Shilla membalas pelukan Cakka. Ia merasa bahagia karena semuanya telah berakhir. 

”Shill, Kka, mendingan kita cepet keluar dari sini deh. Firasat gue nggak enak nih.” ucap Deva sambil memegangi leher belakangnya. ”Seseorang dalam bahaya.” 

”ALVIN!” ucap Deva dan Aren be rslamaan. 

”Hah?” 

”Kka, Shill, ayo buruan!” ajak Aren. 

Cakka dan Shilla pun mengangguk lalu kemudian bangkit dari tempat duduknya. Mereka berempat segera pergi mencari teman-teman yang lainnya. Mereka hanya berharap semuanya akan baik-baik saja. 

*** 

”Vin... Alvin...” Debo menepuk pipi Alvin perlahan. 

”Gimana nih? Alvin pingsan! Kondisinya lemah banget. Semua gara-gara elo, De.” Rio menunjuk Debo penuh emosi. ”Kalo sampai Alvin kenapa-napa. Lo berurusan sama gue!” 

”JANGAN PADA BERANTEM!” teriak Sivia. ”Plis... Tolong selamatin nyawa Alvin. Tolong!” 

”Yo, bantuin gue! Tadi gue cuma emosi sesaat. Jangan nyalahin gue kayak gini. Bantuin gue angkat Alvin. Lo juga, Ton. Jangan cuma diem dan deket-deket sama Ify doang!” 

Patton mendengus. Ia menghampiri Debo. ”Terus sekarang nasib yang di ruangan gelap gimana, De?” 

”ALVIN!” suara itu mengagetkan semuanya. 

Cakka, Deva, Shilla dan Aren berjalan menghampiri anak SNG dan FMIF lainnya. 

”Cakka, Deva, Shilla, Aren, gimana ceritanya kalian bisa selamat?” tanya Agni. 

”Cerita-nya panjang!” jawab Shilla. ”Alvin kenapa?” 

Debo menunduk. ”Gue yang udah buat Alvin kayak gini. Maafin gue temen-temen.” 

Cakka berlutut disamping kiri Alvin. Ia mengenggam tangan kiri Alvin. ”Bertahanlah kawan. Gue tau lo orangnya kuat, Vin. Buka mata lo. Lo nggak kasian sama Sivia? Ayo, Vin. Bangun. Jangan tidur terus.” 

Alvin menggerakkan tangannya. Matanya terbuka perlahan. ”Ccc...aak...kk...aa...” lirih Alvin pelan. 

”Gue disini, Vin.” jawab Cakka. 

Alvin tersenyum kemudian pandangannya beralih ke Sivia. Ia melepaskan genggaman tangan Debo lalu mengelus lembut pipi Sivia. ”Jang...aa...n...per...gi...ll...a...gg...ii...” 

”Aku nggak akan pergi, Vin. Aku akan ada terus disampingmu.” 

Alvin menghapus airmata Sivia yang terus menetes membasahi pipinya. ”Jangan nang...ii...s...” 

Alvin memandang semua teman-temannya satu persatu. Pandangannya terhenti di Rio. ”Rrr...iio...” 

Rio berjalan perlahan menghampiri Alvin. Ia berlutut disamping Sivia. ”Gue disini, Vin. Gue sahabat elo. Dan gue yang selalu ada buat elo.” 

”Jaa...ggg...aaiin...Sss...iiv...iii...a...” lirih Alvin. Tangannya meraih tangan Rio dan Sivia. Alvin mempersatukan tangan Rio diatas tangan Sivia. Ia tersenyum tipis. 

”Argghh! Dada gue...saakkk...iiittt...” Alvin mengerang. Ia memegangi dadanya. Sakit. Sakit sekali yang dirasakan Alvin. 

”Angkat Alvin ke mobil. Kita ke rumah sakit sekarang!” perintah Aren. 

”Deb, Ton, Yo, Kka, Dev, cepetan angkat Alvin!” 

Cakka, Rio, Debo, Deva dan Patton pun mengangkat tubuh Alvin. Mereka dengan cepat bergerak menuju mobil milik Aren. 

”SNG ikut gue ke mobil!” ajak Aren. 

Anak-anak SNG pun mengangguk lalu segera menuju mobil Aren. 

*** 

SNG dan FMIF mondar-mandir di depan ruang UGD. Mereka menunggu kepastian yang akan diucapkan Dokter tentang kondisi Alvin. Rio terus berusaha untuk menenangkan hati Sivia. Walau berat rasanya melakukan semua suruhan Alvin. Agni! Rio tidak tega melihat Agni sakit karena melihat Rio bersama Sivia. 

Dokter pun akhirnya keluar dari ruangan UGD. Wajahnya terlihat kekecewaan. SNG dan FMIF menghampiri Dokter itu. 

”Dok, Alvin gimana? Dia selamat kan?” tanya Rio. 

”Dok, apa yang Dokter perlu untuk menyelamatkan nyawa Alvin? Jawab, Dok! Jangan diem aja.” ucap Sivia. 

Dokter itu menggeleng perlahan. ”Andai saja, kalian membawanya 5 menit lebih cepat. Sayangnya, ia sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Maafkan saya. Saya sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan nyawa saudara Alvin. Tapi, dada kiri Alvin terluka sangat parah. Sehingga tidak bisa diselamatkan lagi.” 

”NGGAK! DOKTER BOHONG! ALVIN NGGAK MUNGKIN MENINGGAL KAN, DOK? DOKTER BOHONG!” bentak Sivia. Air matanya tak kuasa ia tahan lagi. Cintanya tlah hilang. Hilang dan kembali ke sang pencipta. 

”Maafkan saya. Permisi.” Dokter itu pun berlalu dari hadapan SNG dan FMIF. 

”Aarrggghhh! Kenapa Alvin? Bego, bego, bego! Kalo seandainya gue tau dada kiri Alvin lemah, gue nggak akan lakuin semua ini!” Debo terduduk di lantai. Ia menelungkupkan wajahnya. 

”BANGUN LO, BANGSAT!” bentak Cakka. Ia membangunkan Debo dengan kasar. 

Bug! 
Pukulan itu mendarat di pipi kanan Debo. Debo meringis lalu menatap Cakka dihadapannya. ”Lo mau bunuh gue, Kka? Silahkan! Kalo itu emang buat gue nggak ngerasa bersalah lagi sama Alvin! Gue juga nggak mau Alvin kayak gini. Gue minta maaf! Gue minta maaf sama semuanya.” 

Bug! 
Tangan Cakka memukul keras tembok yang berada dihadapannya. Darah mengalir dari tangan kanan Debo. Ia menatap Debo penuh kebencian yang mendalam. ”Lo tau kan! Lo tau nggak! Alvin itu sayang banget sama elo, De. Tapi ini balesan elo buat Alvin? Hah?! Ini balesan lo buat dia? Hati lo busuk tau! Gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin kayak gini ke Alvin hanya karena cewek kayak Sivia.” 

”Bunuh aja gue, Kka! Bunuh gue! Kalo emang lo benci sama gue. Dan semua yang ada disini benci sama gue. Nggak ada gunanya gue hidup!” bentak Debo. 

”GUE MAU KETEMU, ALVIN!” teriak Sivia di depan ruang UGD. Ia membuka pintu ruang UGD dengan kasar-nya. 

”Sivia...” Rio segera menyusul Sivia ke dalam. 

”Urusan kita belum selesai, Andryos Aryanto!” 

Cakka dan yang lainnya memasuki ruang UGD. Debo terjatuh. Air matanya perlahan menetes. 

”Tuhan, kembaliin Alvin! Seandainya bila waktu dapat berputar. Gue nggak akan lakuin semua itu! Argh! Alviinnn!” 

*** 

Sivia perlahan membuka kain putih yang menutupi seluruh tubuh Alvin. Ia membelai wajah Alvin dengan lembut. ”Vin... Kamu pernah janji nggak akan pernah tinggalin aku. Kamu nggak pengen liat kelahiran anak kita nanti, Vin? Bangun! Kalo kamu bangun, apapun yang kamu minta akan aku turutin. Plis, kamu jangan tinggalin aku kayak gini.” 

”Vi, udah. Biarin Alvin tenang disana. Jangan kamu nangisin terus.” Rio berusaha menenangkan Sivia. 

Anak-anak SNG menangis. Semua menangis melihat kepergian sosok Alvin. Tidak rela! Semua sangat tidak rela harus kehilangan sosok seperti Alvin. Terutama Sivia dan juga anak-anak FMIF. 

”Alvin... Makasih atas jasa yang udah kamu lakuin buat aku. Makasih karena kamu sempet ngebuat Debo cemburu. Makasih atas segala usaha kamu buat Sivia cemburu. Tapi, maaf kalo aku pernah punya salah sama kamu. Maafin aku, Vin.” Ify meraih tangan Alvin. Suaranya bergetar hebat. Air mata-nya terus-terusan menetes. Ify sendiri sangat tidak mau kehilangan sosok Alvin. Sulit untuk dilupakan! 

”Alvin...” 

suasana tangis pun menyelimuti kepergian Alvin. 

”Debo mana, Yo?” tanya Sivia. 

”Nggak tau, Vi. Dia diluar.” jawab Rio. 

”Suruh dia masuk, Yo. Suruh dia kesini.” 

Rio pun keluar dari ruang UGD untuk memanggil Debo. Namun, beberapa menit kemudian ia kembali lagi ke dalam dan menghampiri semuanya. 

”Debo... Di lantai rumah sakit paling atas. Dia mau bunuh diri.” ucap Rio. 

”APA?!” 

bersambung... 

Like+coment ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar