Kamis, 01 September 2011

Berawal Dari MOS--Part 59 A

Part 59: ... 

*** 

"Gue yang tau semuanya. Gue pemimpin disini, Cha!" Debo kekeh tetap mempertahankan jabatannya sebagai pemimpin kelompok. Walaupun dalam kondisi amnesia, Debo tetap tidak lupa dengan sikapnya yang selalu ingin menang sendiri. Debo termasuk anak yang tidak suka diperintah dan omongannya dikekang. 

"Lo keras kepala banget, ya! Aren kan nyuruhnya kita berdua yang jadi pemimpin temen-temen. Lo menang sendiri?" Acha melotot menatap Debo. Tatapan kebencian Acha pada Debo sangat jelas terlihat. Acha sangat tidak suka dengan orang yang mementingkan dirinya sendiri. Dari awal mengenal anak Five Boys, Acha paling tidak suka dengan Debo. Hanya Debo-lah satu-satunya cowok yang dibenci Acha. 

"Kalian mau nyelametin Cakka, Shilla, Deva sama Aren atau mau ribut nggak jelas kayak gini?" tanya Rio sambil menghentakkan kakinya. 

Debo dan Acha saling menatap. Perlahan dan ogah-ogahan, Debo mengulurkan tangannya pada Acha sebagai tanda permintaan maaf. "Sorry ya, Cha! Dalam situasi seperti ini, berdebat sama lo nggak ada gunanya. So maafin gue." 

Acha memicingkan matanya kemudian menjabat tangan kanan Debo sambil tersenyum. "Maafin gue ya, Deb. Seharusnya nggak ada pertengkaran diantara kita hanya karena masalah pemimpin kelompok." 

"Nah, gitu dong!" sahut yang lainnya. Debo dan Acha jadi salah tingkah. 

"Sekarang yang paling penting adalah gimana caranya untuk ngebuat Cakka sama Shilla balikan." ucap Acha. 

"Oh, jadi masalahnya disini cuma karena Cakka-Shilla putus?" tanya Debo pada Acha. 

Acha mengangguk. "Yup! Casillas nggak bisa tenang kalo Cakka sama Shilla belum balikan. Jadi, sekarang kita harus pergi ke lorong misterius itu. Masalah pintu dihalaman belakang terbuka, mereka nggak suka kalo kita ikut campur sama masalahnya Cakka-Shilla." jelas Acha. 

"Mereka siapa? Terus, kenapa mereka nggak suka sama kehadiran kita semua? Memangnya salah kita sama mereka semua apa?" tanya Sivia bingung dan ingin tahu. 

"Kita harus bergerak cepat! Nggak ada banyak waktu buat ngobrol kayak gini. Nyawa sahabat kita itu penting. Ayo kita ke lorong perpustakaan. " ajak Debo pada teman-temannya. 

"Tunggu! Emangnya lo tau gimana cara selamatin mereka?" tanya Ify pada Debo. 

Debo tersenyum lalu mengelus puncak kepala Ify. "Kamu gemesin deh! Jelas taulah. Kita harus bisa buat Cakka sama Shilla balikan lagi." 

"Caranya?" 

Acha menengahi. Ia mengedipkan mata kirinya pada Debo. "Caranya adalah... Buat Shilla nyesel udah mutusin Cakka. Nah... Agni harus bisa bikin Shilla kesel dan emosi. Baru deh Shilla jawab "Aku mau balikan sama Cakka!". Selesai deh masalahnya." jelas Acha. 

Agni tersentak. Ia melirik Rio sesaat kemudian menatap Acha kembali. " Buat Shilla kesel dan emosi? Tapi... Kalo dia marah sama gue gimana? Gue nggak mau dimusuhin sama Shilla." 

Rio mendengus kemudian merangkul Agni. "Jangan paksa CEWEK GUE! Ngerti? Gue nggak mau ntar si Cakka main mata sama cewek gue." 

"Ribut dah lo semuanya!" bentak Alvin. Semuanya terdiam seketika karena mendengar bentakan Alvin yang menyeramkan itu. 

"Takut lo semua? Udah puas berantemnya? Puas ngeliat Cakka, Deva, Shilla sama Aren diambang kematian? PUAS KALIAN?" 

"Vin..." 

"APA? LO NGGAK USAH BIKIN GUE EMOSI, SIVIA!" bentak Alvin. 

Debo menenangkan Sivia. Ia menatap sinis Alvin yang berada dihadapannya itu. "Lo kasar banget, ya! Lo nggak liat cewek gue ketakutan kayak gini? Sialan!" 

Sivia terdiam dan menengadahkan kepalanya sesaat. Ia membiarkan Debo mendekapnya dengan erat. Lalu tanpa sadar membenamkan wajahnya di dada Debo. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua perlakuan Alvin. Isakan Sivia mulai terdengar oleh Debo. Debo sendiri merasa iba melihat Sivia tersakiti oleh cowok seperti Alvin. 

"LEPASIN CEWEK GUE, BANGSAT!" bentak Alvin sambil mendorong Debo kasar. Ia kemudian menarik Sivia kedalam pelukannya. "Jangan pernah lo sentuh cewek gue lagi! Atau lo bakalan nyesel karena cewek lo bakal gue hancurin!" 

Debo tersentak. "Apa maksud lo? Emangnya siapa cewek gue?" tanya Debo. 

Patton mendesah. Ia mendekap Ify lalu membisikkan sesuatu. "Jangan pernah lo ngaku sebagai pacar Debo! Atau Lintar gue bunuh di hadapan elo." 

Alvin melirik Patton yang mesra-mesranya berduaan dengan Ify. Ia mengerutkan dahinya lalu pandangannya beralih ke Agni yang dirangkul oleh Rio. "Siapa disini ceweknya Debo?" tanya Alvin. 

"GUE!" jawab Sivia. 

Ify membesarkan matanya lalu memandang Sivia dengan sinisnya. "WOW! Sejak kapan ya ada couple DeVia di persahabatan SNG dan FMIF? Coba jawab! Sejak kapan?" 

Alvin semakin mempererat pelukannya ke Sivia. Ia menatap Ify. "JANGAN GANGGU CEWEK GUE! NGERTI LO SEMUA!" 

Debo mendekati Alvin. Sorot matanya jelas terlihat kebencian terhadap Alvin. Ia mengepalkan tangan kanannya. "LO... BRENGSEK!" 

Bug! 
Pukulan itu terasa sakit di dada kiri Alvin. Alvin mengerang. Tangannya melepaskan pelukan Sivia. 

"Dimana yang sakit? Hah?! Lo emang dasar cowok brengsek tau! Lo nggak mikirin perasaan cewek. Lo dengan seenaknya mainin cewek kayak Sivia. Lo nggak pantes buat hidup!" bentak Debo lagi. 

Bug! 
Pukulan kedua mendarat kembali di dada kiri Alvin. Sakit! Sakit yang dirasakan Alvin. Tapi, itu sama sekali tidak membayar rasa sakit dalam hati Sivia terhadap Alvin. Sekalipun Alvin mati, tidak akan menghilangkan rasa sakit itu! 

"DEBO STOP!" 

Debo menurunkan kepalan tangan yang hendak diberikannya lagi ke Alvin. Sivia melarangnya. Sivia hanya tidak ingin Alvin mati sia-sia hanya karena Debo. 

"Ma...af." lirih Alvin sambil memegangi dada kirinya yang terasa sakit. Ia jatuh tersungkur di lantai lorong sekolah. 

Sivia mendorong Debo kemudian menghampiri Alvin yang tersungkur. Ia mengangkat kepala Alvin lalu mengelusnya lembut. "Vin... Maafin aku." 

"M...aa...fin...ak...u..." 

Air mata Sivia mulai menetes membasahi pipinya. Ia tak kuasa mendengar rintihan kesakitan yang dirasakan Alvin. "Udah, Vin. Aku udah maafin kamu. Plis, kamu yang kuat. Jangan kayak gini. Aku nggak mau kamu ninggalin aku lagi." 

Debo berlutut disamping Alvin. Ia mengenggam erat tangan Alvin. "Maafin gue, Vin. Maaf. Tadi cuma emosi gue sesaat. Maafin gue, Vin." 

Alvin tersenyum tipis. "Gu...e maaf...in elo, De. M...aa...fin...gu...e." 

"Vin..." 

"Ck! Kacau kacau kacau!" teriak Rio. 

"ALVIIINNN!" 

bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar