Part 47 A: Dendamku terbalaskan!
***
" Aku titip tolong ya, Ton. Aku cuma mau kamu jagain Debo nanti. Ya, aku mungkin bakalan rela kalo dia milih cewek yang lebih baik dari aku. Dan aku cuma titip pesen. Kalo aku pergi nanti, jangan pernah suruh Debo temuin aku. Karena nanti aku nggak mungkin bisa kembali lagi ke dunia. " Ify tersenyum tipis. Pandangannya lurus ke depan. Ia kini duduk di pinggir jembatan bersama Patton. Entah mengapa kini Debo menjauhinya. Mungkin karena hadirnya Patton atau Aren? Apa mungkin Gabriel?
Nothing impossible, Fy! Batin Ify. Ify benar-benar merasa bingung pada semuanya. Disatu sisi, perasaan aneh itu muncul lagi. Sama seperti perasaan aneh yang muncul ke Debo. Dan kini perasaan itu terasa lagi diantara Lintar, Patton dan Gabriel. Semua benar-benar memusingkan.
" Hmm... Jangan ngomong gitu, Fy. Hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan. Percaya deh sama aku. Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Memang hidup dan mati itu adalah kehendak yang diatas. Tapi, kamu nggak usah kayak gini. Hidup kamu itu masih panjang. Apa kamu nggak kasihan sama bayi yang nanti akan lahir? "
Ify tersentak kaget mendengar ucapan Patton. Darimana Patton tahu semuanya? Darimana lagi kalau bukan dari Debo. Dan kini perasaannya sangat kacau. Mungkin kali ini Ify baru merasakan yang namanya perasaan bingung.
" Anterin aku ketemu Lintar. "
" Tapi... "
" Anterin gue, Ton. Anterin gue ketemu, Lintar. " lirih Ify sambil memandang air sungai di bawah jembatan itu. " Gue pengen loncat aja ke bawah. Dan mengakhiri semuanya. "
Bodoh! Itulah yang ada dalam benak Patton. Ify mungkin benar-benar bodoh apabila loncat dari jembatan. Itu hanya saja menghancurkan semua. Termasuk menghancurkan perasaan Patton pada Ify.
" Lo nggak usah bertindak bodoh! Gue anterin lo ketemu Lintar. " ucap Patton.
" Ngapain nyariin Lintar? Lebih penting Lintar dan Patton daripada gue? "
Suara itu mengagetkan Ify dan Patton. Mereka menoleh serempak ke belakang. Disana berdiri seorang cowok dengan style layaknya anak band jaman sekarang. Rambutnya yang mulai gondrong dan pakaiannya yang seperti vokalis band.
" De... De... Debo... Sejak kapan lo disana? " Ify gelagapan. Ia takut apabila Debo mendengar semua ucapan yang sebelumnya ia lontarkan pada Patton.
" Sejak 5 menit yang lalu. Semenjak namanya si Lintar disebut. " ucap Debo sinis.
Patton tersenyum kecut. Ia sadar bahwa tak seharusnya menghancurkan hubungan Debo-Ify. Namun, apa yang bisa dibuat? Tujuannya datang menemui Debo adalah memang ingin menghancurkan Debo. Dan sekarang semuanya hampir sempurna dilakukannya. Pertama, Patton berhasil masuk ke dalam grup Five Boys yang kini diubah menjadi FMIF. Kedua, kini Patton bisa dekat dengan cewek yang selama ini adalah kekasih Debo. Dan yang ketiga, sebentar lagi kekuasaan akan berpihak pada dirinya. Kemenangan kini telah berada di tangan Patton. Dan seperti prinsip Patton 'mudah datang mudah pergi'.
" Oya, satu lagi. Lo kalo masih dendam sama gue. Jangan ngedeketin cewek gue deh, Ton. Gue tau lo masih marah karena bagian atas warisan kakek jatuh ke tangan keluarga gue. Tapi, nggak gini caranya. Cara lo buat ngancurin gue itu licik! " Debo memandang sinis Patton. Dia memang tahu bahwa Patton ingin mendapatkan segala yang bisa didapatkan Debo. Dia datang menemui Debo hanya untuk membalaskan dendam yang selama ini terpendam di benaknya. Dan yang paling tak bisa di percaya adalah Ify dijadikan sebagai korban balas dendam Patton ke Debo.
" Lo pikir gue peduli. Setelah lo ngehancurin keluarga gue dan bikin keluarga gue jatuh dalam kemiskinan. Dan sekarang, gue nggak nyangka bahwa anaknya Pak Zaenal dan Bu Halimah jadi broken home. Ortu lo cerai ya? Kasihan! Gue emang nggak pernah bisa dapetin apa yang selalu lo dapetin. Tapi, sebentar lagi lo liat. Lo dan semuanya yang akan hancur bukannya gue. Lo liat kan cara gue kemarin? Skors itu adalah peringatan pertama. Dan Gabriel dipecat jadi ketua OSIS adalah peringatan yang kedua. Dan sebentar lagi, Ify akan jatuh ke pelukan gue. Itu akan jadi peringatan yang ketiga dan seterusnya. Lo nggak mau kan terjadi lagi? Makanya, lo nggak pernah mau sih nurutin kata-kata gue. " Patton kini berdiri dihadapan Debo. Tatapan matanya tajam lurus menatap Debo yang berdiri dihadapannya. " Cemen. "
" Kak...kak Gabriel dipecat? " tanya Ify tak percaya.
" Yup! "
" LICIK! Udah gue bilang. Gue nggak suka minum dan ngerokok. Mama gue dari kecil ngajarin gue biar nggak pernah sentuh yang kayak gitu. Lo kalo mau balas dendam nggak usah pakai katain gue cemen. Emangnya lo pikir cara lo untuk dapatin semua itu nggak cemen? Lo lebih bodoh! Dan gue lebih nggak nyangka lagi. Kenapa sih lo jadiin Ify korban sebagai balas dendam ke gue? Ify nggak tau apa-apa disini. Jadi, lo nggak usah sangkut pautin masalah yang lalu ke Ify. "
" So? Lo pikir gue peduli? Hahaha... Gue nggak peduli. Sampai kapanpun lo mohon-mohon buat Ify kembali. Gue nggak akan pernah balikin Ify lagi ke lo. Sebelum Andryos Aryanto mengakui bahwa Patton Otlivio Latupeirissa adalah penguasa. " Patton menarik tangan Ify lalu meninggalkan Debo yang terdiam mematung di pinggir jembatan.
" Kenapa sih harus Ify? Kenapa bukan Aren? Apa salah gue selama ini? Tuhan... Aku nggak mau kehilangan Ify. " Debo terdiam di pinggir jembatan. Meratapi kesedihannya karena Patton. Ternyata, kebaikan Patton selama ini hanyalah kebohongan belaka. Kelicikan yang dilakukannya adalah cara untuk menghancurkan Debo perlahan-lahan. Benar-benar licik!
***
" Lintar... "
Ify memeluk sosok Lintar yang berada dihadapannya. Sosok yang selama ini ia rindukan. Sosok yang selama ini ia inginkan untuk menemani hari-hari yang sepi. Dan kini, tepat dihadapan Ify. Berdiri cowok hitam manis itu. Dan mungkin jika Ify di suruh memilih cowok hitam manis diantara Dimas, Debo, Patton, Lintar dan Gabriel. Dia bingung harus memilih siapa diantara mereka.
" Hey... Udah sembuh, Fy? " Lintar membalas pelukan Ify. Pelukan yang selama ini diinginkan.
' Sial! Ternyata gue juga harus ngehancurin ini cowok. Seenaknya aja dia meluk Ify di depan gue. Tunggu aja pembalasan yang akan gue lakuin. ' batin Patton sambil memandang sinis Lintar dan Ify.
" Aku udah sembuh dong, Ince. Aku kangen kamu. " ucap Ify sambil mempererat pelukannya pada Lintar. Ince adalah panggilan khusus Ify untuk Lintar. Ince adalah Prince. Lintar adalah pangeran dihati Ify. He is prince of Ify(?).
" Yeah! Ternyata kamu masih suka sama panggilan yang dulu. Aku inget dulu dimana saat kita main basket bareng. Pergi ke rumah pohon. Main-main ke danau. Aku rindu semua itu, Incess. " Lintar membelai lembut rambut Ify. Lintar pun sama. Dulu memang Lintar-Ify sama-sama suka memanggil dengan nama-nama khusus. Lintar-Prince dan Ify-Princess. Yang artinya Pangeran dan Putri.
' Ugh, bete lama-lama disini. Bikin suasana panas aja nih anak. Sial! ' Patton menggerutu dalam hati. Ia sangat kesal melihat adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Adegan yang sama sekali tak diinginkannya untuk terjadi.
" Apakah aku masih menjadi Pangeran dihatimu, Putri? " Lintar kini melepaskan pelukannya. Ia menatap Ify lekat-lekat. Tatapannya tak bisa ia jauhkan dari Ify.
" Ya, kamu itu tetap prince dihati princess. Dan putri tidak akan pernah bisa ada tanpa hadirnya pangeran mengisi ruang kosong disini. Dihatiku. " Ify menepuk pelan dadanya. Sungguh dirindukannya panggilan-panggilan dimana saat Ify bertemu dengan cinta pertamanya. Lintar, cinta pertama yang selama ini dirindukan Ify.
" Kau tak sempat tanyakan aku. Cintakah aku padamu. " Ify menyanyikan sepenggal lirik lagu Cinta Pertama.
" Emang kamu cinta sama aku, Incess? " tanya Lintar sambil mengenggam erat tangan Ify.
" Aku cin... "
" Fy, ayo kita pulang. " ajak Patton sambil mengacaukan suasana.
" Bentar, Ton. Sebentar lagi... " pinta Ify.
" Nggak ada kata sebentar. Gue nggak suka kalo waktu pulang ditunda-tunda gini. " ucap Patton.
" Heuh... Iya iya 1 menit lagi. "
" Buruan! "
Ify kembali menatap Lintar dihadapannya. " Maaf ya, Ince. Aku harus pergi. "
" Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan. Semua takkan mampu mengubahku. Hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti. " Lintar mengelus lembut Ify. Kemudian ia membiarkan Ify menghampiri Patton.
" Anterin gue ke jembatan. " pinta Ify.
" What?! Jembatan? Buat apa? " tanya Patton.
" Firasat gue nggak enak nih. Ayo anterin gue. " mohon Ify.
" Heuh... Ya udah deh. Gue anterin lo ke jembatan. Awas kalo lama-lama. " ucap Patton kesal.
" Nah gitu dong. " ucap Ify sambil mencium pipi Patton. Patton diam tak bereaksi sambil mengelus-elus lembut pipinya.
" Dicium ya gue? Hahaha... Akhirnya. "
" Ayo... "
***
@Jembatan Sulatri
" Selamat ting... "
" JANGAN, DE! JANGAN TINGGALIN GUE. LO UDAH NGGAK SAYANG LAGI SAMA GUE DAN SAMA YANG ADA DI DALAM PERUT GUE, DE? TURUN! " teriak Ify histeris ketika melihat Debo hendak melompat terjun dari atas jembatan.
' Alhamdulillah(?), Ify datengnya cepet. ' batin Debo lega.
' Pasti akal-akalannya dia nih. Sialan! ' batin Patton kesal.
" GUE NGGAK AKAN LOMPAT KALO LO KESINI. "
Ify berjalan menuju jembatan. Namun, Patton mencengkram lengan Ify keras. " Kalo lo nyelamatin dia. Berarti elo nggak nyelamatin nyawa bayi yang ada dalam perut lo itu. "
" Maksud lo? "
" Lo liat aja nanti! " ucap Patton sinis.
" Heh... Gue mau nyelamatin Debo! Lo nggak usah larang-larang gue deh. "
" IFY... GUE LOMPAT YA! "
BBYYUURRR...(?)
Debo pun melompat dari pinggir jembatan. Harapannya pupus sudah.
" DEBOOOO... "
" Kasihan... " Patton hanya geleng-geleng kepala melihat Ify yang berlari menghampiri jembatan.
Selesai... --''
bersambung...
Lanjut? Like+coment ya.... :D
ditunggu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar