Part 48: Cinta tak terbalas...
***
" Hah? Debo loncat dari jembatan? Kok bisa? "
Disaat yang bersamaan anak FMIF berkumpul tanpa Patton dan Debo. Mereka nampak kaget mendengar berita jatuhnya Debo dari atas jembatan.
" Mana gue tau, Kka. Orang katanya Patton sama Ify ngeliat sendiri Debo itu loncat dari pinggir jembatan. Katanya frustasi karena Ify. Tapi, ngga tau juga deh... " Rio menaikkan bahunya. Ia memang benar-benar tidak tahu tentang masalah yang dialami Debo-Ify-Patton.
" Terus sekarang Debo gimana? Ntar kalo dia kenapa-napa gimana? Gue kan khawatir. Apalagi ntar kalo dia sampai lecet-lecet. Huh... Gue nggak akan maafin Ify maupun Patton. " ucap Alvin yang membuat cowok-cowok di dekatnya itu hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh.
" Ish, daripada Debo. Mendingan juga gue, Vin. " Rio merayu Alvin.
" Idih... Najis! " Alvin bergidik ngeri.
" Hahahaha... " tawa anak FMIF meledak karena ulah AlvinRio yang nggak jelas.
" Udah ah... Kita susul aja si Patton. Gue bener-bener khawatir tau sama Debo. Masalahnya kan gue deket banget sama Debo. Gue nggak mau dia kenapa-napa. " ucap Alvin.
" Up to you deh. Andryos Aryanto terus deh yang lo khawatirin. Sedangkan Mario Stevano Aditya Haling sama sekali nggak pernah di khawatirin sama Alvin Jonathan Sindunata. " sinis Rio.
" Lo kenapa sih, Yo? Lo ngarep banget ya di perhatiin sama Alvin? Yaampun... Rio! " Deva hanya geleng-geleng kepala melihat Rio yang seperti ini karena Alvin.
" Woy, udah dong! Lo juga nggak usah kayak gini ke Alvin, Yo. Cara lo kayak gini itu lebay banget. Dan lo harusnya sadar kalo emang Alvin lebih deket sama Debo ketimbang sama elo. Terus kenapa lo kayak gini? Lo cemburu karena Alvin perhatian ke Debo? Atau jangan-jangan... "
" Eitz, jangan nuduh yang macem-macem ya. Terserah deh. Gue nggak peduli mau Alvin suka sama Debo kek. Sama monyet nek. GUE NGGAK PEDULI! " ucap Rio langsung pergi meninggalkan lokasi markas baru FMIF.
" Yo... " Alvin menarik tangan Rio. Ia kini memberanikan diri menatap cowok di hadapannya itu.
" Apa lagi sih , Vin? Elo kan khawatir sama Debo. Ya udah sana samperin Debo. Ngapain lo larang-larang gue pergi? Gue itu kan bukan orang terdekat lo! Bahkan bagi lo gue sangat nggak berarti kan? "
" Yo... Dengerin gue! Lo juga berarti buat gue. Nggak cuma Debo. Dan kalo andaikan elo yang ada diposisi Debo. Gue juga pasti akan khawatir sama semua ini. Maafin gue, Yo... " Alvin memeluk Rio dihadapannya itu. Cakka dan Deva saling berpandangan melihat adegan yang terjadi dihadapannya.
" Maafin gue juga, Vin. Gue terlalu kayak gini ke elo. Karena gue emang nggak mau kehilangan rasa sayang lo ke gue. Gue nggak mau elo lebih sayang sama Debo dibandingkan sama gue. " lirih Rio.
" Yaampun... Lo apa-apaan sih, Yo? Rasa sayang itu gue ke semuanya. Termasuk gue juga sayang banget sama Sivia tau. Jadi, gue sayang semuanya. Bukan cuma Debo atau elo. Lo harusnya ngerti dong. Sekarang yang lebih penting itu Debo. Debo itu juga salah satu sahabat kita. "
Rio melepaskan pelukan Alvin kemudian tersenyum tipis. " Iya, gue tau bahwa Debo sekarang lebih berarti. Maafin gue ya. Ayo sekarang kita cari Debo. "
Alvin tersenyum lalu melirik Cakka dan Deva. " Lo berdua kalo mau pandang-pandangan jangan disini deh. Kita harus utamain Debo nih. Ntar dia malah nggak bisa selamat, lo semua dihantuin. Hiiii... "
" ALVIIINNN!! "
Rio hanya tertawa mendengar ucapan Alvin. " Ngaco lo, Vin. Nggak mungkinlah Debo pergi ninggalin kita. Emangnya dia tega ngeliat kita menderita kayak gini? "
" Ayoo... Kita ke jembatan yang di sms'in sama Patton. " ajak Deva.
" Yo'i. Pokoknya kita pastiin Debo harus selamat. Kalo nggak, gue nggak ikut-ikutan deh. " ucap Cakka sambil mengangkat kedua tangannya.
" Woo... Ga adil! " ucap Alvin dan Rio serempak.
" hehehe... "
CDRA pun pergi meninggalkan markas baru FMIF dan menuju jembatan Sulatri untuk mengetahui keadaan Debo.
***
" Sumpah lo? Debo loncat dari jembatan karena Ify sama Patton? " tanya Agni pada Aren.
" Yup! Tadi Patton sms gue kayak gitu. Mau ke jembatan nggak? Gue takut nih dia kenapa-napa. Gitu-gitu kan Debo mantan gue. " ucap Aren.
" Yeee... Debo juga mantan gue kali! " ucap Agni tak mau kalah.
" Hah? "
" Eh, kalian pada jangan natap gue gitu napa. Aneh banget tatapan kalian. " Agni bergidik ngeri melihat anak-anak SNG yang menatapnya dengan tatapan aneh.
" Baru juga mantan. Gue aja kan dulu calon istrinya Debo. Sayangnya nggak jadi. " ucap Shilla sambil tersenyum gaje.
" Kok jadi pada ngomongin Debo sih? " tanya Sivia. " Dia kan yang bantu gue balik lagi sama Alvin. Ah... Pokoknya Debo itu the best deh. "
" Woy, mantan gue tuh! " ucap Aren dan Agni serempak.
" STOP! Kenapa jadi bicarain Debo sih? Gue aja nggak akrab sama yang namanya Debo. " ucap Acha watados.
" Wah, lo mah taunya cuma Deva. Bukan Debo. " ucap Shilla.
" Yee... Dimana-mana juga Deva cakepan daripada Debo. " ucap Acha tak mau kalah.
" Debo...! " sahut ke empat anak SNG.
" Deva... "
" Debo... "
" Deva. "
" Debo. "
" Deva! "
" Debo! "
" Devaaaaa! "
" Deboooo!! "
" Udah ah... Gaje banget kalian semua. Debo sama Deva direbutin. " ucap Aren sinis.
" Yeee... Biarpun gitu gue nggak suka sama Deva! Dia udah ngehancurin hubungan gue sama Rio sebelumnya. " Agni memandang langit.
" Eh, apa lo bilang? Perasaan elo deh yang caper sama Deva, Ag. Kenapa elo jadi nyalahin Deva karena hubungan lo sama Rio rusak? Itu kan karena ulah lo sendiri. Siapa suruh kegatelan jadi cewek. " sinis Acha.
" Elo... Errr... " Agni geram memandang Acha. Sivia menahan emosi Agni agar tak meledak.
" Ag, inget dong. Acha itu sahabat kita. " Sivia meredam emosi Agni.
" Elo bilang sahabat? Sahabat macam apa kayak gitu? Dia udah nuduh gue ngerebut cowonya dia. Idih... Mendingan juga Debo daripada Deva. " ucap Agni tak kalah sinisnya.
" Oh... Jadi, ada yang masih nyimpen perasaan nih sama mantan pacarnya itu? Mantan pacar yang jelas-jelas pacar sahabatnya sendiri. Lo mikirin Ify dong, Ag! Lo jangan mikirin perasaan elo doang. Dasar! " Acha memandang sinis Agni.
" Woy, lo semua jangan pada berantem dong! Cuma karena cowok kayak Debo aja mesti berantem. Cowok itu masih banyak diluar sana. Bahkan, Kak Gabriel itu cakep tau. " lerai Aren sambil membayangkan sosok Gabriel.
" LEBAY! "
" So? Nggak suka? Gue kan sekarang jadi ketua SNG. " ucap Aren dengan PD-nya.
" What?! Siapa yang nyuruh lo jadi ketua SNG? Hello... Plis deh, Ren! Gue ketuanya. " Agni menggebrak meja café ClubNight. Dan memang saat itu mereka sedang clubbing di salah satu café terkenal.
" Eh, gue dong penguasa disini. Kan gue disini yang termasuk dalam grup SNG. Jadi, kalian itu anak buah gue. " Aren memandang rendah ke arah Agni, Sivia, Acha dan Shilla.
" Oh tidak bisa! Gue nggak terima sama keputusan elo. Kalo elo nggak suka sama kita. Elo bisa cabut dari grup SNG dan kita bakal ubah kembali jadi namanya Five Girls. " Shilla merasa tidak suka dengan hadirnya Aren. Bisa-bisa hadirnya Aren menghancurkan persahabatan 5 cewek yang selama ini sudah dijalin.
" Aaaahhh... lo semua kok pada berantem gini? Mana kekompakan grup SNG? Tunjukin dong ke anak FMIF kalo kita itu kompak. Mereka aja kompak kenapa kita nggak? " Acha melerai Agni dan Aren yang sibuk memperebutkan kekuasaan ketua grup SNG.
" Dia yang mulai! " tunjuk Agni pada Aren.
" So? Gue peduli? Nggak kali ya! Ya udah yuk... Kita liat si Debo. Masih hidup atau udah mampus tuh anak. " ucap Aren sinis.
" Woy, lo jangan nyumpahin si Debo mati ya! Kalo sampai dia kenapa-napa. Elo yang gue ceburin ke jembatan. " ucap Agni (lagi).
" Bagusan juga kalo itu cowok mampus. Biar dia nggak nyusahin lagi! "
PLAAKK--
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Aren. Tangan Acha refleks menampar pipi Aren.
" Elo... "
" Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu! Meskipun gue emang nggak akrab sama yang namanya Debo. Tapi, dia itu juga sahabatnya Deva. Jadi, kalo elo macem-macem bukan cuma tangan gue yang akan mendarat di pipi elo. Tapi, tangan mereka bertiga juga akan mendarat di pipi mulus elo. Kasihan ya lo! Cinta lo diakhirin Debo. Ckckck... " Acha memandang Aren tak kalah sinisnya.
" Udahlah... Kita ke jembatan aja. Tinggalin tuh si Areng. "
" Apa lo bilang? Areng? Nama gue AREN. A-R-E-N bukan ARENG! " ucap Aren tak terima dengan ucapan Agni.
" Whatever deh! Yuk, cabut guys... Bye Areng. "
" Ugh, Sial! " rutuk Aren kesal.
" Tunggu aja pembalasan gue! Lo pikir bisa ngalahin Aren Nadya. Nggak akan bisa! " Aren tersenyum penuh kemenangan memandang kepergian teman-temanya.
***
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar