Part 55: Cakka...? Kematian Casillas? What the maksud?
***
Suara teriakan Shilla membuat kaget anak-anak FMIF dan juga SNG. Entah darimana asalnya teriakan misterius itu. Debo dan Acha yang sedaritadi mulai merasakan hadirnya hal-hal aneh yang tak di duga. Penjaga sekolah telah melarang FMIF dan SNG untuk menelusuri misteri sekolah. Tentunya karena akan membahayakan nyawa masing-masing. Namun, mereka tetap kekeuh melanjutkan misi untuk menemukan sosok Shilla yang hilang secara misterius. Akankah mereka berhasil menemukan Shilla?
Mereka mulai berpencar entah kemana. Masing-masing nampak sibuk dengan kerjaannya yang ingin memecahkan misteri itu sendiri. Hanya ada 3 pasangan yang bersama. Yaitu, Debo-Ify-Patton, Alvin-Sivia dan Rio-Acha-Agni. Selain itu, semuanya terpecah belah entah kemana perginya. Semuanya sibuk dengan sendirinya untuk menemukan Shilla yang hilang.
***
" Auuwww... " Debo memegangi dahinya yang terantuk tembok sekolah. Entah darimana asalnya tembok yang secara tiba-tiba muncul dihadapan Debo. Debo mendengus sebal kemudian menoleh ke belakang.
" Patton, Ify, kalian ngapain ngikutin gue? " tanya Debo curiga.
" Eee... Cuma mau mastiin Shilla ketemu atau nggak. " ucap Patton yang diikuti oleh anggukan Ify.
" Ada-ada aja deh. " ucap Debo sambil mengelus-elus dahinya yang sakit.
" Udah, mendingan lanjutin pencarian Shilla. Gue yakin, Shilla pasti hilangnya nggak jauh dari sekolah ini. " kata Patton dengan santainya.
PLETAKK--'
Ify dan Debo secara bersamaan menjitak kepala Patton dengan gemasnya. Lama-lama semua ketularan penyakit pikun-pikunannya Acha. Bisa gawat kalau semuanya seperti itu.
" Sakit dodol! Udahlah, mendingan cari tahu keberadaan Shilla. " usul Patton.
" Lorong misterius menuju halaman belakang. " ucap Debo secara tiba-tiba.
" Hah? Lo bilang apa, De? " tanya Ify yang sama sekali tak mendengar ucapan Debo.
" Emang gue bilang apa? " tanya Debo dengan tampang polos.
" Rasanya tadi lo nyebut tentang lorong sekolah. " ucap Patton yang memang samar-samar mendengar ucapan Debo tadi.
" Ah, ngaco lo! Lorong apaan? Mana ada di sekolah ini lorong. Udah! Lanjutin nyari Shilla. " ajak Debo lalu jalan duluan di depan Patton dan Ify.
Ify hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Debo yang aneh akibat amnesia akut yang menimpanya. Sunggu malangnya.
***
" AAAAAAAAAA... "
" Cakka...? " Acha tersentak seketika mendengar teriakan itu. Ya, jelas! Itu teriakan Cakka. Acha afal jelas suara Cakka. Teriakan itu benar-benar mengagetkan pikiran Acha.
" Cakka? " Rio dan Agni saling bertatapan. Tatapan yang dalam dan penuh arti. Rio memalingkan wajahnya agar perasaan aneh itu tidak lagi merasuki hatinya. Tak ingin lagi mengenal yang namanya CINTA! Sungguh menyakitkan!
' Oh God, plis, jangan kayak gini. Aku nggak sanggup kalo rasa ini hadir kembali. Jangan Rio! Jangan lagi! ' batin Agni bingung. Perlahan pandangannya nampak buram. Air mata itu menumpuk di kelopak matanya. Menahan semua rasa sakit yang dirasakan Agni terhadap Rio. Cukup sudah! Cukup semua ini. Semua sudah berakhir. Tak akan ada lagi cinta diantara Rio-Agni. Tak akan ada lagi air mata yang terbuang sia-sia hanya karena sosok seperti Rio.
" Rio, Agni, dalam situasi seperti ini jangan memikirkan perasaan masing-masing. Cakka dalam bahaya. " ucap Acha yang memang mengetahui jalan pikiran Rio dan Agni.
Rio mendengus. " Siapa? Gue nggak mikirin perasaan gue sendiri kok. Hhh... "
" Ck. Terserah! Inget, Ag. Jangan juga mengharapkan cinta itu lagi dari Rio maupun Debo. Debo itu jadi miliknya Sivia sekarang dan Rio... "
" CUKUP, CHA! " bentak Agni pada Acha. " Gue nggak peduli sama Debo maupun Rio. Sekarang yang terpenting adalah Shilla ketemu dan misteri ini bisa terselesaikan. Jangan bahas itu lagi. Gue mohon, Cha. "
" Ag... "
Tangis Agni pun pecah. Ia tak kuasa menyimpan lagi air matanya. Semua rasa kesal, sedih dan kecewanya hanya bisa diungkapkan Agni dengan air mata yang menetes. " Gu...gu...gue sadar...gue...gue ngerti! GUE EMANG NGGAK PANTES BUAT DICINTAI! DAN GUE JUGA EMANG NGGAK PANTAS MENCINTAI COWOK SE-PERFECT DEBO DAN RIO! GUE SADAR ITU! "
JDEEERRRR...
QTEPYAAARRR...
Suara petir terdengar tiba-tiba. Derasnya hujan serasa mengikuti apa yang dirasakan Agni saat ini. Langit pun menangis melihat kesedihan yang dialami Agni. Inilah akibat cinta! Cinta itu kadang indah, indah selamanya. Tapi, kalo sakit, rasa sakit akibat cinta akan terus terasa dihati dan belum ada obat untuk menyembuhkannya. Cinta itu buta! Yeah, LOVE IS BLIND.
Rio mendekap erat tubuh Agni. Andai saja kata-kata itu tidak terucap secara seketika dari mulut Rio. Pasti semua tidak akan seperti ini. Agni tidak akan merasa kesal dan sakit hati dengan Rio. Tapi, apa yang bisa dilakukan Rio? Nasi telah menjadi bubur. Dan Agni, tak akan mungkin kembali lagi padanya.
" Hhhh... " Acha mendesah melihat pemandangan yang ada di depannya. Rio memeluk Agni? Agni yang jelas-jelas kini adalah mantan pacar Rio. Semua ini diluar pencarian hilangnya Shilla.
" Maafin gue, Ag. Maaf. " Rio kini membelai lembut rambut Agni. Isakan Agni bisa terdengar jelas oleh Rio. Rio menyesal. Menyesal telah melakukan ini semua pada Agni. Kenapa semua ini harus terjadi?
" Kalian mau sampai kapan pelukan kayak gitu? Mau sampai Cakka sama Shilla udah tinggal nama? " tanya Acha sambil berusaha memecah suasana.
Agni mendorong Rio lalu perlahan menghapus airmatanya. " Ayo, Cha. Kita cari Cakka sama Shilla. Gue juga nggak mau terjadi hal buruk yang menimpa mereka berdua. "
" Bentar, apa mungkin semua ini ada hubungannya dengan kematian Casillas? " tanya Rio.
" Casillas? Apa hubungan anak kecil itu sama menghilangnya Cakka sama Shilla? " tanya Acha.
" Mungkin aja dia nggak mau Cakka-Shilla pisah. " tebak Agni.
" Nah, betul! Cakka sama Shilla mungkin akan dipersatukan sama Casillas. Makanya dia sengaja ngelakuin ini semua. " jelas Rio pada Acha.
" Jangan-jangan... GAWAATTTT!! SHILLA BAHAYA!! " ucap Acha tiba-tiba.
" Hah? " Rio dan Agni cengo. Mereka sama sekali tak mengerti dengan ucapan yang diucapkan Acha. 'SHILLA DALAM BAHAYA!!' maksudnya apa?
" Casillas! Iya, Casillas pasti bakalan nyuruh Cakka seperti itu ke Shilla. Shilla bahaya, Yo, Ag. Kita harus segera nolongin Shilla. Sebelum semuanya terlambat. " ucap Acha sedikit panik.
" Apaan sih? Gue nggak ngerti maksud ucapan elo! " sungut Rio kesal tanpa memperdulikan ucapan Acha.
" CAKKA BAKAL ENE ENE SAMA SHILLA! " ucap Acha dengan nada tinggi saking emosinya menghadapi Rio.
" Ene ene? Waaaahhhh... Gawat! Kita harus segera temuin Cakka. Sebelum dia nemuin Shilla duluan. " ajak Agni yang baru mengerti maksud ucapan Acha.
" Ya Tuhan, daritadi gue ngomong gitu. " Acha mendengus kesal.
" Ya udah! Ayo temuin Cakka. Jangan sampai dia ene ene. " ucap Rio.
" Yuk. "
Rio, Acha dan Agni pun berlalu. Mereka bertiga berusaha mencari sumber suara Cakka yang secara misterius terdengar. Jangan sampai Cakka menemukan Shilla duluan. BAHAYA!
***
" De... Debo. " Sivia menepuk pundak Alvin. Lalu menarik bajunya. Ia terbelalak kaget melirik sosok yang ada disampingnya kini.
" Elo? Debo mana? " tanya Sivia.
" Mana gue tau! Mati kali. Udah untung juga gue mau ngelindungin elo. " ucap Alvin dengan sinisnya.
" Idih, najis! Ogah gue dilindungin sama cowok kayak elo. Yang ada bukannya gue dilindungin. Tapi, pasti ada maunya. "
" Oh ya? "
" Ya iyalah! Elo kalo udah ngikutin gue pasti ada... " ucapan Sivia terpotong karena Alvin semakin mendekatinya.
" Ada apa? Ck! Kasian ya. Ditinggalin sama pacar sendiri. Hhh... Pacar lo malahan bawa pacar gue pergi tau! " Alvin mengelus pipi Sivia perlahan.
" Vin! "
" Gue nggak habis pikir sama elo! Cowok se-perfect gue lo abaikan demi cowok kayak Debo. Mata lo udah katarak kali ya. " Alvin semakin mendekati Sivia. Ia sudah tak peduli dengan semuanya. Yang Alvin inginkan hanya Sivia. Berdua bersama Sivia.
" Alvin! Lo udah gila ya? "
" IYA! GUE GILA KARENA ELO, SIVIA! " bentak Alvin kacau.
" Vin, jangan... Gue udah bukan milik lo lagi sekarang! Jangan deketin gue lagi. " Sivia mulai ketakutan dengan Alvin yang mulai ganas._.
Braakk...
Tubuh Sivia menabrak tembok. Terjebak sudah. Sivia sudah tidak bisa lari lagi dari Alvin. Apa yang bisa dilakukannya? Pasrah dengan semua ini.
" Gue nggak suka liat lo sama Debo! Ngerti! " bentak Alvin lagi.
" Apa mau lo, Vin? Apa? "
" Mau gue? Elo jadi milik gue. Selamanya... " Alvin menarik wajah Sivia. " Dan gue nggak mau segala yang gue pengen rasain dari dalam diri lo, ikut dirasain sama Debo. Cukup udah pipi lo ini dicium sama dia. Dan gue hapus! "
Cuuupppp --'
Alvin mengecup lembut pipi kanan Sivia. Perasaannya tiba-tiba kacau. Entah setan apa yang sudah merasuki Alvin hingga menjadi seperti ini.
" NGAKU SAMA GUE! UDAH DIAPAIN AJA ELO SAMA DEBO? " tanya Alvin dengan nada tinggi penuh amarah.
" Gu...gue... "
" JAWAB! "
Sivia terdiam. Perlahan-lahan airmatanya jatuh. Ia tak sanggup. Sivia memang tak sanggup melihat Alvin seperti ini. Semua ini salah! Semua ini salah!
" Kenapa elo nangis, sayaaang? " Alvin membelai lembut rambut Sivia.
" Hiks... " isakan Sivia mulai terdengar. Ia ingin sekali berlari dari hadapan Alvin. Namun, semua itu tak bisa dilakukannya.
" BANGSAT! " Alvin menjambak perlahan rambut Sivia. Sivia mendongakkan kepalanya dan berusaha menatap Alvin.
" Mm...m...maaf...maaf, Vin. " lirih Sivia.
" TOOOLLLOOONGGGGG! "
Shit! batin Alvin kesal. Teriakan itu merusak semuanya.
" Ca...ca...cakka, Vin. " ucap Sivia bergetar.
Alvin menjauhi jaraknya dengan Sivia. " Maaf. Ya udah, kita cari sumber suara itu. Jangan nangis lagi ya. "
Sivia mengangguk lalu menghapus airmatanya.
***
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar