Selasa, 12 Juli 2011

Secret Of Love #1


***

“Dan… Pemenang kontes pemilihan best couple Tahun 2011 adalah…”

Ify mulai gemetaran. Ia terus mengenggam jemari kekasihnya. Ia sudah tidak sabar ingin menjadi pemenang best couple tahun ini bersama kekasihnya –Gabriel–. Ify sudah tidak sabar ingin mendapatkan tiket jalan-jalan gratis ke Bali bersama Gabriel. Tahun lalu, Ify bersama mantan kekasihnya –Alvin– sukses meraih hadiah ajang kontes couple yang sama. Akan tetapi, tahun lalu Ify mendapat tiket jalan-jalan ke Singapura. Jujur, Ify sudah sangat bosan pergi ke luar negeri. Maka dari itu, Ify tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk pergi ke Pulau Dewata Bali. Pulau yang terkenal dengan 1000 Pura, Pantai yang indah dan juga tempat wisatanya masih banyak lagi*promosi.com*. Ify juga belum pernah sama sekali mengunjungi Pulau Bali. Apalagi, kini Ify perginya bersama Gabriel. Gabriel yang notabenenya adalah seorang model yang sedang naik daun.

“Ify-Iel, kalian pasti bisa!”
Teriakan fans couple Ify-Gabriel mulai terdengar di panggung terbuka di Jakarta. Ify tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya pada orang-orang yang berkerumunan di depan panggung terbuka itu. Ify menghentikan lambaian tangannya ketika ia dilirik oleh sesosok cowok cuek dan misterius di dekat panggung. Ia menelan ludahnya lalu memalingkan wajahnya pada Gabriel.

“Say, kita pasti menang kan?” bisik Ify pelan.

Gabriel merangkul Ify lalu tersenyum tipis. “Pasti! Kita pasti bisa kok ngalahin pasangan-pasangan lainnya.”

Ify kembali tersenyum. Ia begitu semangat apabila Gabriel merangkulnya. Entah mengapa Ify merasa aneh bersama Gabriel. Padahal, Ify cuma memakai Gabriel hanya untuk dimanfaatkan sesaat. Sama kasusnya seperti mantan-mantan Ify yang sebelumnya. Ify hanya menggunakan cowok hanya untuk kepuasan sesaat. Setelah itu, Ify akan membuang cowok itu dengan gampangnya. Ify di cap ‘PLAYGIRL’  kelas atas oleh semua teman-teman dan keluarganya. Namun, Gabriel sama sekali tidak mengetahui bahwa Ify adalah seorang PLAYGIRL. Maka dari itu, Ify mencoba menyembunyikan status PLAYGIRL-nya di depan Gabriel.

“Ify-Iel. Selamat! Kalian berhasil memenangkan kontes best couple tahun ini. 2 hari lagi kalian akan diberangkatkan menuju Pulau Dewata Bali. Semoga kalian tetap menjadi best couple forever.” Kata MC acara itu.

“Iel, kita menang! Kita pergi ke Bali.” Ify tersenyum puas dengan kemenangan yang di terimanya. Ia merasa sangat senang sekali karena akan berkunjung ke Pulau Dewata Bali.

“Akhirnyaaa…” Gabriel ikut tersenyum. “Kita pergi ke Bali, Fy.”

Ify melompat kegirangan. “Iya. Aku pengen ke Kuta, Lovina terus Nusa Dua dan Ubud. Eh… nggak lupa juga ada Tanah Lot dan Sanur yang indah banget di Bali.”

Gabriel tersenyum tipis. Ia terdiam sesaat ketika pasangan lainnya mulai berjalan untuk memberikan selamat kepada best couple tahun ini.

“Selamat ya, bro. Lo berdua emang pantas kok jadi best couplenya. Gue sama Sivia juga jadi runner-upnya. Jadi, sampai ketemu di Bali.” Pasangan runner-up itu berjalan lalu memberikan selamat kepada Ify dan Gabriel yang menjadi pemenang kontes best couple.

“Thank’s.” ucap Ify dan Gabriel serempak.

Pasangan ketiga melewati Ify-Gabriel dengan tatapan sinis. Mereka berlalu tanpa memberi selamat pada Ify-Gabriel. Kesal, itulah yang ada di benak mereka. Karena akibat Ify dan Gabriel, pasangan itu tidak mendapat tiket pergi ke Bali.

“Idih, siapa juga yang mau dikasih selamat sama elo. Najis!” gumam Ify sambil melirik ke arah dua pasangan yang ternyata menghampiri sosok cowok cuek, dingin dan misterius itu.

“Buat pasangan Ify-Gabriel dan Rio-Sivia, kalian akan berangkat ke Bali pada hari yang sama. Terus… buat pasangan Cakka-Shilla, kalian jangan berkecil hati. Masih ada tahun depan untuk menjadi pemenang best couple. Dan sekarang, kalian boleh pulang.”

Ify masih mematung memandang cowok misterius yang juga memandangnya itu. Tatapan sinis diperlihatkan cowok itu. Ify benar-benar penasaran dengan cowok misterius di dekat panggung. Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Ify seperti itu?

“Fy…” Gabriel menyadarkan lamunan Ify. “Kenapa ngelirik mereka bertiga? Cakka-Shilla kan emang nggak pernah terpilih jadi pasangan best couple! Karena mereka emang nggak cocok untuk dibilang sebagai best couple.”

“Dingin dan misterius.” Ucap Ify pelan namun terdengar Gabriel.

“Apa? Siapa yang dingin dan misterius?”

Ify menoleh. “Hah? Bu..bukan siapa-siapa kok. Mau pulang sekarang?”

“Ya iya lah. Emangnya kamu mau diem disini terus? Kita kan udah menang, Fy!”

“ Kita kesana yuk, Iel. Aku nggak enak sama mereka bertiga.” Ajak Ify sambil menunjuk arah di dekat panggung.

“Ngapain? Kok kamu peduli banget sih sama mereka?” Tanya Gabriel curiga.

Ify mulai gelagapan. Ia sendiri nampak bingung mengapa harus peduli pada Cakka-Shilla dan cowok misterius itu. “Plis…”

Gabriel menyipitkan matanya lalu tersenyum. “Ya udah. Jangan lama-lama ya!”

“Kamu ikut dong?”

Gabriel menggeleng. “Nggak. Aku tunggu disini aja. Jangan lama-lama ya.”

“Ya udah deh,” kata Ify berlalu sambil memanyunkan bibirnya.

Ify berjalan perlahan mendekati pinggir panggung. Ia menyunggingkan senyumannya pada pasangan Cakka-Shilla dan juga cowok misterius itu.

“Hey, kalian pengen ke Bali juga kan? Kalian ikut kita aja,” ajak Ify sambil tersenyum.

Cowok misterius itu bangkit lalu menatap tajam Ify. “Kamu pikir dengan ngomong gitu semuanya selesai! Asal kamu tahu, Ify! Kita nggak butuh tiket gratis buat pergi ke Pulau Bali. Kamu jadi cewek nggak usah belagu dan sok eksis. Mentang-mentang pacaran sama model aja belagu.”

Ify mengerutkan dahinya. “Maksud kamu apa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku? Memangnya aku punya salah sama kamu?”

“Kamu nggak tau siapa aku? Kemana aja? Aku ini Debo. Dan karena kamu dan cowok kamu itu, Cakka sama Shilla jadi nggak bisa pergi ke Bali. Puas kan kamu? Iya? Puas kan?” Debo memandang sinis Ify. Hatinya kesal. Benar-benar kesal hanya karena cewek nggak penting seperti Ify.

“Maaf, tapi aku nggak bermaksud seperti itu.” Ify menunduk. Ia merasa sangat dipermalukan oleh cowok misterius seperti Debo.

“Kamu pikir aku nggak tau ya? Cowok kamu itu bilang Cakka-Shilla pasangan yang nggak cocok, kan? Mau kamu apa sih? Kamu nggak puas dengan tiket ke Bali sampai menghina sahabatku?”

Cakka menahan emosi Debo. Ia tidak ingin keributan semakin menjadi-jadi akibat ulah Debo. “Heh… lo pergi deh darisini! Gue nggak mau lihat wajah elo lagi.” Usir Cakka pada Ify.

Ify berlari meninggalkan Debo, Cakka dan Shilla. Air matanya perlahan-lahan menetes membasahi pipi. Sungguh! Ify baru kali ini dipermalukan hanya karena masalah tiket gratis ke Bali. Bisa-bisa status Ify sebagai ‘PLAYGIRL’ kelas atas jadi hilang hanya karena masalah kecil seperti ini.

“FY, IFY TUNGGUIN AKU!” Gabriel mengejar langkah kaki Ify yang semakin menjauh meninggalkannya. Ia bingung mengapa tiba-tiba Ify berlari sambil menangis. Lirikannya mengarah pada arah dekat panggung. Lalu tiba-tiba ia mengeluarkan kedua jari tengahnya ke arah Debo, Cakka dan Shilla.

***

Rio berjalan-jalan bersama Sivia di sekitar Taman indah di kota Jakarta. Sudah lama sekali Rio tidak membawa Sivia mengunjungi tempat-tempat seperti ini. Ia merindukan saat-saat romantic berdua bersama Sivia. Saat, ketika Rio menyatakan cintanya pada Sivia. Rio mengajak Sivia duduk di taman itu. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya berdua dengan Sivia.

‘Senyummu mengalihkan duniaku, Sivia. Sungguh baiknya Tuhan menciptakan makhluk cantik seperti dirimu.’ Batin Rio sambil tersenyum memandang Sivia.

“Yo, aku harap ini bukan saat terakhir buat kita ya. Aku nggak mau saat indah yang ku lalui bersamamu berakhir begitu saja.”

Rio kaget. Ia menatap Sivia dalam-dalam. Ia bingung kenapa Sivia bisa mengatakan itu semua. Rio sayang Sivia. Itu yang diucapkan Rio sekitar 7 tahun yang lalu. Namun, kini sama sekali jarang di ucapkan oleh Rio.

“Kenapa?” Tanya Rio.

“Kenapa apanya?”

Rio mendengus lalu melipat kedua tangannya di dada. “Kenapa kamu bicara seperti itu? Rio sayang Sivia!”

Sivia menoleh. “Apaan sih, Yo? Itu kan jadul banget. Itu kata-kata kamu ucapin waktu kita kelas 2 SMP kan? Waktu umur kita 13 tahun. Tapi, nggak apa-apa deh. Sivia juga sayang sama Rio.”

Rio tersenyum lalu memandang langit yang nampak cerah pada sore hari itu. ‘Tuhan, aku percaya semua pada-Mu. Semoga saja Sivia adalah jodoh yang Tuhan kirim untukku.’

“Aku sayang banget sama kamu, Yo. Semoga aja nanti pas kita ke Bali, kita bisa bicarain semua sama Mama dan Papa ya? Aku nggak mau kehilangan kamu.” Sivia memeluk Rio.

Rio tersenyum manis lalu membalas pelukan Sivia. “Aku akan bicarain semuanya sama Mama dan Papa. Lagian, mereka juga udah tau kita pacaran. Selama ini mereka juga baik-baik aja. Nggak ada komentarin tentang hubungan kita, kan?”

Sivia mengangguk. “Iya, nggak ada sih. Tapi, firasatku nggak enak. Aku takut kalau mereka ngelarang kita cuma karena kita beda agama, Yo. Aku nggak mau semua itu terjadi.”

“Kamu tenang aja! Kamu emang nggak mau jadi agama Kristen? Kalau kamu emang nggak mau, aku juga nggak bisa maksa kamu.”

Sivia sontak melepaskan pelukannya. “Kamu kenapa bicara seperti itu? Aku emang nggak bisa untuk pindah keyakinan.Tapi, apa kamu nggak sayang sama aku? Kalau kamu sayang sama aku, cari jalan keluar untuk semua ini.”

Rio berdiri menghadap Sivia. “Jalan satu-satunya adalah pindah keyakinan. Tapi, kalau kamu nggak bisa, kita nggak akan bisa bersatu, Vi.”

“Aku tak percaya semua ini! Maafkan perpisahan ini. Semua ini bukan keinginanku. Keyakinan itu membuat kita jauh. Tapi, ingat selalu aku sayang sama kamu, Rio.”

Rio menganga. Ia tak percaya semua ini. Rio tak percaya dengan semua ucapan yang dilontarkan seketika dari mulut kekasihnya sendiri. Perpisahan? Keyakinan? Mengapa harus keyakinan yang memisahkan semua ini?

“Maaf, Yo. Lebih baik kita putus aja.”

“Apa? Putus? Tapi, kenapa? Dua hari lagi kan kita akan pergi ke Bali, Vi. Kamu tega ninggalin aku?” Tanya Rio.

Sivia terdiam. Ia sendiri bingung harus melakukan apa. Kenapa keyakinan yang harus memisahkan cinta Rio-Sivia?

“Vi… jawab!” pinta Rio.

Sivia tertawa seketika. Ia tersenyum puas karena telah berhasil mengerjai kekasihnya itu. “Hahaha… aku cuma bercanda kali, Yo. Aku nggak serius sama ucapanku. Kalaupun keyakinan memisahkan kita berdua, Tuhan pasti punya jalan untuk menyatukan cinta kita. Asal… kalau kamu memang jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku,”

Rio memanyunkan bibirnya beberapa cm. Ia merasa kesal dikerjai oleh kekasihnya sendiri. Sivia sukses membuat Rio begitu panic dengan ucapannya barusan.

“Lucu deh liat ekspresi kamu barusan. Ternyata kamu lupa kalau aku punya penyakit jahil. Dari SMP kan kita bareng terus, Yo. Masa kamu lupa sama penyakitku?” Sivia terkekeh.

“NGGAK LUCU! Aku pikir ucapan kamu semua itu serius makanya aku panic. Aku nggak mau kehilangan kamu hanya karena keyakinan kita berbeda. Aku sayang sama kamu, Sivia. Jangan mainin perasaanku ini.”

Sivia menghentikan tawanya lalu menunduk. “Maaf, aku nggak tau kalau kamu bener-bener panic. Aku pikir semua itu cuma candaan kamu.”

“Candaan? WOW! Thank’s banget. Dengan itu aku sadar bahwa kamu…”

Sivia memeluk Rio dengan eratnya. Ia menyesal! Sangat menyesal mengucapkan semua ucapannya barusan. “Maafin aku. Maafin aku, Yo. Aku nyesel udah ngucapin itu.”

“Dengan itu aku sadar bahwa kamu adalah cewek yang benar-benar indah di mataku.” Lanjut Rio.

“RIOOOO! Nyebelin ih.”

Rio melepaskan pelukan Sivia lalu tertawa penuh kemenangan. “Satu sama. Emangnya kamu aja yang bisa jahil. Aku juga bisa, lho.”

“Rio jahat ih! Via kesel sama Rio.” Sivia memanyunkan bibirnya.

“Kamu cantik luar dan dalam. Kamu juga cantik kalau lagi manyun kayak gitu.”

Sivia menutup wajahnya yang kini mulai memerah. “Rio udah! Aku malu nih. Itu kata-kata SMP. Jangan di ulangin lagi. Kita ini udah kuliah, Yo.”

“Nggak suka ya, Vi?” Tanya Rio.

“Bukannya nggak suka, aku malu. Malu banget kalau udah dirayu kayak gini sama cowok.”

“Vi… kamu itu anugrah terindah yang pernah ku miliki. Aku sayaaang banget sama kamu.”

Sivia membalikkan badannya. “Rio… udah! Aku malu.”

Rio memeluk Sivia dari belakang. “Jangan tinggalin aku ya.”

“Aku nggak akan pernah tinggalin Pangeran Chitatoku.” Ujar Sivia sambil tersenyum.

“Aku juga nggak akan ninggalin Princess Sweety-ku.”

 “SIVIYO FOREVER!” ucap mereka serempak.

***

Ify memeluk Gabriel dihadapannya. Semua tangis dan kekesalan ia lampiaskan pada Gabriel. Ify kecewa, penasaran dan juga kesal dengan semua ini. Ify memang masih sangat penasaran dengan sosok Debo. Sebenarnya, Ify ingin sekali menjadikan Debo sebagai target berikutnya. Akan tetapi, Ify juga tidak bisa meninggalkan Gabriel. Ia tidak mungkin begitu saja menyia-nyiakan seorang model terkenal yang digemari banyak orang. Gabriel Stevent Damanik. Semua orang kenal dan jelas tahu nama Gabriel.

“Cerita dong, say. Kamu diapain sama mereka? Apa perlu aku labrak mereka?” Gabriel berusaha menenangkan hati Ify. Gabriel benar-benar bingung sendiri melihat Ify yang seperti ini. Cengeng dan lemah.

“A…aku…a…aku nggak apa-apa.”

Gabriel mengeryitkan keningnya. Heran! Benar-benar cewek yang aneh. “Come on, bebhy. I don’t like if you cry. Please tell me, beibh.”

Ify menghapus airmatanya lalu melepaskan pelukannya pada Gabriel. “I want go to home. I’m fine! Don’t ask me again, please!”

“Oh yeah, okay. Come on, go to your home. Are you okay, bebhy?”

Ify mengangguk. “I’m okay.”

Gabriel tersenyum tipis lalu mengajak Ify untuk ke mobil.

***

“Aku benci mereka, Kka! Sampai kapan pun aku akan tetap membenci pasangan Ify-Gabriel.” Debo memecah keheningan. Ia tidak suka apabila ada orang yang membuat sahabatnya –Cakka- sedih. Debo paling tidak suka melihat ada orang yang sedih dihadapannya. Ia jadi ikut terbawa suasana.

“De, lo kan tau Gabriel itu model terkenal. Terus Ify juga ‘PLAYGIRL’ kelas atas yang suka ganti-ganti pasangan. Nggak sepantasnya lo benci mereka berdua. Mereka kan nggak punya salah sama lo.” Shilla terus berusaha merayu Debo. Tapi, percuma! Nggak ada artinya semua rayuan Shilla terhadap Debo.

“Hhh… emang sih, gue sama Shilla emang niat banget buat pergi ke Bali. Tapi, masa elo benci mereka cuma karena gue ama Shilla kalah? Nggak masuk akal banget, De!”

Debo mendengus. Memang nggak masuk akal benci orang hanya karena emosi sesaat. Tapi, kalau benci mau diapain lagi. Benci ya tetap benci! “I hate Ify-Gabriel, you understand? And please, don’t forbid me!”

“Hellooo, Debo, If you hate Ify and Gabriel. You will get problem with them. Please, I hope you don’t hate Ify and Gabriel. I hope it, De.” Shilla memandang Debo dengan penuh permohonan. Shilla hanya berharap Debo tidak benar-benar membenci Ify dan Gabriel. Bisa gawat urusannya.

“Yeah, in your dream!” sahut Debo lalu pergi meninggalkan Cakka dan Shilla.

“Kka, gimana nih?” Tanya Shilla.

“Nyerah aku, Shill. Kamu tau kan Debo itu gimana? Susah buat dikasih taunya. Keras kepala banget dia.”

Shilla mengangguk. “Bener, emang keras kepala. Ya udah, biarin dianya aja deh. Capek hati juga ngadepin sikapnya yang nggak bisa berubah. Tuh gara-gara dia tobat jadi playboy. Jadi gitu deh.”

“Emang pas jadi playboy dia gimana? Sama aja kan? Dia sama aja dingin dan cuek kayak gitu. Dianya aja yang ngebingungin. Playboy kok dingin sama cewek.”

Shilla menaikkan bahunya lalu berjalan perlahan meninggalkan Cakka.

“Woy, kodok tungguin aku dong!”

***

“Makasih ya, beibh. Maaf ya kalau aku bikin kamu kecewa hari ini.” Ify menunduk lesu.

Gabriel tersenyum lalu mengangkat wajah Ify. “That’s all for you. Aku tau mood kamu memang lagi kurang baik hari ini. Ya udah, istirahat yang banyak. Jangan terlalu capek. Aku nggak mau kamu sakit.”

Ify tersenyum tipis lalu memencet hidung Gabriel perlahan. “Kamu itu cowok yang bawel ya! Tenang aja deh. Aku pasti akan jaga diriku sendiri. Ya udah, kamu pulang sana. Ntar dicariin sama anak Gabriel Fans Club lagi.”

“Apaan sih? Kok jadi bawa-bawa GabrielFC? Nggak ada hubungannya sama hubungan kita. Lagian, mereka kan udah setuju, Fy.”

“Iya juga sih. Ya udah, sana pulang. Nggak enak aku juga sama mereka. Ntar disangka-sangka aku manfaatin kamu ini itu lagi.”

Gabriel tersenyum lalu mengecup kening Ify. “Aku pulang ya. Jaga dirimu baik-baik. Aku sayang kamu.”

Got me looking so crazy right now, your love's 

Got me looking so crazy right now (in love)

Got me looking so crazy right now, your touch

Got me looking so crazy right now (your touch)


Got me hoping you'll page me right now, your kiss 

Got me hoping you'll save me right now 

Looking so crazy in love's,

Got me looking, got me looking so crazy in love.
 

Ify mengangguk. “Thank’s for today. I love you.”

“I love you, too.” Gabriel tersenyum kemudian berlalu dari hadapan Ify.

Ify mengembangkan senyumnya kemudian masuk ke dalam rumahnya. Entah mengapa ia merasa sangat senang bersama Gabriel hari ini. Tapi, kesenangan itu hanya sesaat bagi Ify. Cowok itu nggak pantas dicintai! Cowok pantasnya untuk disakiti!

Song: Crazy In Love.

Okey, ii part 1. minta like+comentnya yaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar