Disini aku dibunuh, disini akhir hidupku.
Disini jalan kematian, apa kau mau ikut denganku?
Part 58: Dibalik misteri 'Lorong Misterius'.
***
" Mampus! " Debo menepuk jidatnya. Ia baru sadar apa yang telah dilakukannya kini. Ify dan Patton saling bertatapan lalu memandang Debo penuh dengan tanda tanya.
" Ada apa, De? " tanya Patton mulai angkat bicara.
" Gawat! Gue baru inget kalo jendela perpustakaan itu ada tralinya. Dan sekarang, kita nggak mungkin bisa ngabisin waktu buat ngebongkar itu jendela. " jawab Debo berhenti tepat di depan pintu perpustakaan.
" Emang nggak ada jalan selain perpustakaan yang bisa dilewatin? " Ify ikutan bingung dengan semua misteri yang terjadi.
" Jalan lain... " Debo berpikir sejenak dan berusaha mengingat sesuatu. " Ada! Satu-satunya jalan selain perpustakaan adalah... Jendela di ruang guru. Ayo, kita ke penjaga sekolah. " ajak Debo.
" Hah? Nggak salah tuh, De? "
" Kelamaan, De! Katanya dulu ada CS yang bersihin halaman belakang, dia kesana lewat mana coba? Masa lewat jendela ruang guru? Nggak mungkin kan? " Ify mulai kesal karena terlalu lama menunggu.
" Nah, itu dia yang gue nggak tau. Berarti kita harus cari tau apa yang tersembunyi dibalik lorong misterius itu. Kita temuin yang lainnya. Kita cari Rio, Acha, Agni, Alvin dan juga Sivia sekarang. " ajak Debo.
" Terus, Cakka, Shilla, Deva sama Aren gimana nasibnya? " tanya Patton.
" Kita cari mereka dulu baru selamatin Cakka, Shilla, Deva sama Aren. Ayo, kita nggak punya banyak waktu buat diam kayak gini! "
" Ya sudahlah. "
***
" Vin, kok gue merinding ya? " Sivia memegangi leher belakangnya. Ia mulai melepas pelukan Alvin.
" Perasaan kamu aja kali, Vi. Sumpah, daritadi aku nggak ngerasain apa-apa. Cuma aku takut aja karena kelas ini ke kunci. Terus sekarang, gimana? "
Sivia mengangkat bahunya. Ia memperhatikan setiap meja dan sudut-sudut di kelas kosong tersebut. Perasaannya benar-benar tidak enak di kelas itu.
" Vi, kenapa sih? " tanya Alvin.
" Aku takut, Vin. Aku ngerasa ada yang lagi merhatiin kita berdua di kelas ini. " jawab Sivia sambil menunduk.
Alvin mendekati Sivia. " Siapa yang ngeliatin kita? "
" WOY, ALVIN-SIVIA!! KALIAN DI DALEM? " Acha berteriak kejauhan menuju kelas XII IPA 3. Dengan segera, Acha, Rio dan Agni menuju kelas itu.
" Akhirnya kita di selamatkan juga. " Sivia tersenyum lega.
Alvin mendengus lalu berteriak. " IYA, KITA BERDUA DISINI! KEKUNCI. "
Rio bersiap-siap mendobrak pintu kelas itu.
" Kalian mundur dulu biar gue dobrak! " ucap Rio dari luar. Rio mundur beberapa langkah ke belakang lalu kemudian ia berlari dengan cepat untuk mendobrak pintu kelas itu. Tapi...
Krrriiieeeetttt...
" Huaaaaaa... "
Brruuukkk...
Rio terdorong menabrak Sivia. Pintu kelas itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya ketika Rio hendak membuka pintu itu. Kini Rio tepat berada diatas tubuh Sivia.
Alvin kembali mendengus. " Mau sampai kapan lo nindih cewek gue? "
Rio gelagapan. Ia langsung berdiri. Kemudian, ia membantu Sivia untuk berdiri. " Lo nggak apa-apa? "
Sivia menggeleng. " Nggak apa-apa. "
" Ciihhh... Nyari kesempatan banget. " sinis Alvin.
" Heh! Ribet banget sih hidup lo, Vin. Terserah gue dong mau nyari kesempatan sama siapa aja. Lo bukan pacar gue! Dan nggak akan pernah jadi pacar gue lagi. " ucap Sivia pada Alvin.
" Vin, Yo, Vi, kalian nggak apa-apa kan? " Acha menghampiri dari luar.
" Ada apaan sih ribut-ribut? " tanya Agni ikutan nimbrung.
" Noh si Rio! Nyari kesempatan sama Sivia. " jawab Alvin sambil memandang Rio sinis.
" Heh... Udah dong! Mendingan sekarang kita... "
BRAAAKKKK...
" Astaga! " Agni menepuk jidatnya ketika melihat pintu kelas XII IPA 3 kembali tertutup.
" Gara-gara elo, Vin! Jadi ketutup lagi kan pintunya. Sekarang gimana cara kita keluar? " Sivia melipat kedua tangannya di dada sambil menatap tajam Alvin. Ia benar-benar dibuat kesal kali ini dengan orang yang bernama ALVIN.
" STOP! Plis deh jangan pada berantem! Kalian berantem kayak gini malah semakin nyusahin tau. " Acha melerai teman-temannya.
" Alvin duluan nyari ribut. "
" Sekarang gimana cara kita keluar dari kelas ini? " tanya Agni.
Acha menaikkan bahunya. " Entahlah! Ini juga salah kalian semua. Gara-gara kalian kita jadi terjebak disini. "
" Cha, plis dong! Cari jalan keluar dari kelas ini. Kita harus selamatin yang lainnya juga. " Rio mengguncangkan tubuh Acha.
" Tendang pintunya sampai rusak! " saran Acha.
Krriiiiittttt...
Pintu itu terbuka lebar. Acha memberi isyarat pada teman-temannya.
" 1... 2... 3... LARRIIIIIII! "
Rio, Sivia, Alvin, Acha dan Agni pun berlari keluar dari kelas itu.
" Hosshh... Hosshhh... Gila. Akhirnya itu setan buka pintu juga. Lega. " Acha mengelus dadanya.
" Terus sekarang kita kemana? " tanya Rio.
" Iya, kita kemana sekarang? "
" Debo. "
" Hah? "
Acha mengangguk mantap. " Debo nyariin kita. Kita samperin mereka. "
" Oh... Debo. Dimana dia? " tanya Agni.
" Ciee... Giliran Debo aja semangatnya! " sindir Rio.
" Hhh... Mulai lagi deh. " dengus Sivia kesal.
" Bakalan ada perang sindir-sindiran nih. " sahut Alvin.
" Kalian apa-apaan sih? Kita temuin Debo dan yang lainnya! Jangan malah berantem dan sindir-sindiran nggak jelas kayak gini. Waktu kita nggak banyak tau. " Acha pergi meninggalkan mereka duluan. Bisa-bisa Acha stress hanya menghadapi kelakuan teman-temannya yang tidak bisa diajak kompromi dalam sikon seperti ini.
" Cha, tunguin kita dong! "
***
" Yah, HP gue batreinya low. Sinar lampunya mati. " Deva mendengus pasrah karena penerangan cahaya di ruangan itu sudah tidak ada lagi.
" Gelap lagi dehhh... Hhh... Pengap banget disini. " Shilla mendesah. Tubuhnya mulai melemah karena tak ada udara di dalam ruangan gelap tak berpenghuni itu.
" Kita bisa mati disini. " kata Aren mulai pasrah.
" Gila! Ruangan apaan sih ini? Gelap, pengap dan juga bau kayak gini. Hhh... Nggak kuat! " Cakka pasrah. Pasrah dengan semua yang akan terjadi menimpa dirinya. Ia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan diri.
" Adduuhhh... Napas gue sesek banget. " lirih Deva.
" Sekarang kita harus ngapain? Pasrah sama kematian? " tanya Aren.
" Kita cuma bisa pasrah sama takdir yang akan menghampiri. " jawab Shilla.
" Casillas gimana? Apa mungkin dia penyebab semua ini? " tanya Cakka.
" Casillas? " Aren mengerutkan dahinya dalam kegelapan.
" Casillas ingin gue dan Cakka bersatu. Setelah itu, dia nggak akan pernah ganggu kita lagi dan mungkin kita bisa keluar darisini. " jelas Shilla.
" Makanya balikan aja! Daripada kalian berdua bikin masalah kayak gini. " ucap Deva penuh semangat.
" I CAN'T! " ucap Shilla dengan nada tinggi yang membuat ruangan itu bergema.
" Shill, come on! Lo mau buat kita yang jadi korbannya cuma karena masalah hubungan lo sama Cakka? " tanya Aren.
" Shill, mereka yang ngomong lho. Jadi, aku tinggal tunggu jawaban kamu aja. " kata Cakka tersenyum dalam kegelapan.-.
" Gue nggak bisa! Jangan paksa gue buat semua ini. Gue nggak mau ngerasain lagi yang namanya sakit hati. "
" Ya udah, terserah. Kalo kita semua mati disini, itu semua karena lo. " kata Deva.
" Lo semua nyalahin gue? Salahin! Gue nggak masalah! PUAS! "
" Shill... "
" APA? "
" Maaf. " lirih Cakka.
***
bersambung.-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar