Haloooo...
Ini lanjutannya.. :)
semoga suka ya...
Jangan lupa LIKE+COMENT..
***
Agni menatap Debo. Emosinya sudah mencapai stadium akhir(?). Bagaimana tidak emosi? Cowok yang disayanginya berpelukan dengan sahabatnya sendiri. Debo mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya yang terjadi. Akan tetapi, Agni sama sekali tidak mau mendengarkan perkataan Debo.
" Ag, bisa gue jelasin kok. " kata Ify mencoba menjelaskan pada Agni.
Agni menatap Ify. Tangannya mengepal hendak menampar Ify. Debo berdiri dihadapan Agni. Dia mencoba menenangkan emosi Agni.
" Ag... Plis! Ify ga salah. " kata Debo menahan kedua tangan Agni.
" Berisik! Ini masalah gue sama sahabat gue. Lo ga usah ikut campur!! " bentak Agni pada Debo.
" Ag, gue ini pacar lo! Dan Ify sahabat lo. Gue ga mungkin selingkuh sama dia. Karena gue.... "
" Karena lo ga pernah suka sama gue kan? Jahat ya lo! "
" Ag, Debo datang kesini buat nenangin gue! Gue sakit hati karena Rio suka sama lo! Puas! " bentak Ify.
Agni terdiam membisu dan menunduk setelah mendengar penjelasan Ify. Ify ikut-ikutan emosi karena Agni. Debo bingung menghadapi dua orang dihadapannya itu.
" RIO! " Debo berteriak memanggil nama Rio.
" Ngapain lo manggil nama dia? " tanya Ify dan Agni serempak.
Rio yang merasa dipanggil namanya, dengan segera mengarah ke sumber suara. Rio lewat didekat Debo, Ify dan Agni.
" Permisi... Numpang tanya, tau ga siapa yang manggil gue? " tanya Rio.
" RIIOOOO!! " Agni dan Ify langsung menjambak rambut Rio dan menganiayanya. Debo melerai Ify dan Agni.
" STOP! " teriak Debo.
Ify dan Agni menghentikan aksinya dan menatap Debo.
" Gue salah apa sih? Sakit tau! " kata Rio sambil memegangi sudut bibirnya yang biru akibat tonjokan Agni.
" Lo salah besar! Siapa suruh lo suka sama gue? Gara-gara lo gue hampir putusin Debo tau! " bentak Agni pada Rio.
" Gara-gara lo, Ify jadi nangis terus! " bentak Debo ikut-ikutan.
" Oh, gara-gara gue? Gue penyebabnya? Hahaha, ya udah. BUNUH GUE SEKARANG! " ucap Rio.
***
Alvin menunduk. Cakka menatap Alvin menunggu jawaban darinya.
" Ngomong! Ada masalah apa lo sama Kak Gabriel? " tanya Cakka.
" ..... " Alvin terdiam.
" Woy! Jawab! " bentak Cakka.
" Gue... Gue ditauin sama Kak Gabriel. " jawab Alvin menunduk.
" What? Lo ditauin sama Kak Gabriel? Terus kalo dilaporin ke KepSek gimana? Lo mau dikeluarin dari sekolah? " tanya Cakka beruntun.
" Nggak! Gue ga mau, Kka. Gue nyesel ngelakuin kayak gitu sama Sivia. Gue nyesel, Kka! " jawab Alvin.
" Terus ntar kalo Sivia hamil gimana? " tanya Cakka lagi.
" Gue suruh dia aborsi. " jawab Alvin.
" What?! Aborsi? Lo gila, Vin? Bisa celakain nyawa sivia! Dan lo bakal nambah dosa lagi. " ucap Cakka.
" Terus gue harus gimana, Kka? Gue belum siap jadi Ayah. " kata Alvin.
" Itu sih DERITA LO! Siapa suruh lo gituin Sivia? Salah lo sendiri. " jawab Cakka.
Alvin terdiam dan mencerna perkataan Cakka.
" Kenapa lo diem? " tanya Cakka.
" Gue nyesel ngelakuin itu, Kka! Gue nyesel. " kata Alvin menunduk.
" Terlambat, Vin! Lo udah terlambat! " ucap Cakka.
" Gue ngelakuinnya dua kali, Kka. Gue nyesel. " ucap Alvin.
" WHAT? DUA KALI? "
***
" Standar ukurannya. " jawab Sivia.
" Ah, masa sih? Bodynya Alvin kan bagus... Tapi, kok standar? " tanya Shilla.
" Iya standar. Awalnya sih nyesek. Tapi, lama-lama enak juga. " jawab Sivia.
" Yee... Enak sih enak! Tapi masa depan lo hancur karena Alvin! " kata Shilla.
" Gue akan suruh dia tanggung jawab! " kata Sivia yakin.
" Yakin Alvin bakal tanggung jawab? "
" Kok lo ngomong gitu? "
" Temen gue pernah jadi korbannya Alvin. Namanya Zevana. Dia diselingkuhin sama Alvin. Hingga akhirnya..... "
" Dia kenapa? " tanya Sivia ingin tahu.
" Dia bunuh diri. " jawab Shilla.
" Terus Alvin gimana? Dia dateng ga ke pemakamannya Zevana? " tanya Sivia lagi.
" Alvin langsung pindah ke Jakarta. Gue bertekad mau ngebales Alvin. Tapi... (meneteskan air mata) gue ga nyangka korban Alvin selanjutnya adalah sahabat gue sendiri. " jawab Shilla.
" Apa? Jadi Alvin cuma mau mainin gue? " tanya Sivia.
" Mungkin. " jawab Shilla.
Sivia melihat sekeliling kamar Acha. Matanya tertuju mata silet yang terletak di meja kamar itu. Sivia mengambil silet itu.
" (menyerahkan kepada Shilla) BUNUH GUE SHILL! " ucap Shilla.
" (mengambil dan melemparnya) ALVIIINNNNN! " Shilla berteriak memanggil nama Alvin. Sivia menatap tajam Shilla.
" (mencekek(?) leher Shilla) Jangan panggil dia! " bentak Sivia.
" Ehek.. Uhuk.. Vi, sa... Sakit. " rintih Shilla.
BRAKK--
Cakka mendobrak pintu kamar Acha. Alvin langsung menahan Sivia.
" Kka, bawa pergi Shilla! " perintah Alvin.
Cakka dan Shilla langsung pergi dari kamar Acha. Sivia menatap Alvin.
" COWOK BRENGSEX! (?) Lo cuma mainin perasaan gue kan? Sialan lo, Vin! " bentak Sivia dihadapan Alvin.
" Maksud lo mainin gimana? " tanya Alvin.
" Lo inget ga cewek yang namanya Zevana? " tanya Sivia.
" Zevana? Lo tau darimana cerita ini? " tanya Alvin.
" Lo ngilang karena Zevana bunuh diri? Iya? " tanya Sivia lagi.
" Vi... "
PLAKK--
Sivia menampar Alvin. Emosinya telah diujung tanduk. Ingin rasanya Ia menghentikan semua ini. Mengakhiri hidupnya.
" Vi, itu masa lalu. Gue beneran sayang sama lo Vi! Dan gue akan tanggung jawab semuanya. " kata Alvin.
" Alah, bullshit! Lo cuma mau mainin gue kan? Setelah dapat semuanya lo tinggalin gue kan? Lo ga mau tanggung jawab kalo gue hamil kan? Brengsek lo Vin! " bentak Sivia. Perlahan-lahan air mata jatuh membasahi pipi Sivia.
" (memeluk Sivia) Vi, gue nyesel Vi. Gue nyesel! Tapi, gue akan tanggung jawab kalo sampai terjadi apa-apa sama lo. Gue janji, Vi. " ucap Alvin.
" Gue ga percaya sama omongan lo! Lo tega buat Zevana sampai bunuh diri. " kata Sivia.
" Vi... Gue ga tau kalo Zevana bakal bunuh diri. Hari dimana Zevana bunuh diri, gue langsung pindah ke Jakarta karena Papa gue pindah tugas ke Jakarta. Plis Vi, percaya sama gue! Gue ga akan nyakitin perasaan lo. " kata Alvin mencoba menenangkan Sivia.
" (melepaskan pelukan Alvin) Beneran? " tanya Sivia.
" Bener Vi. " jawab Alvin.
Wusshhh...wusshhh...
Tiba-tiba jendela kamar Acha dihotel terbuka. Angin berhembus kencang dari luar. Sivia nampak ketakutan.
***
Deva membelai rambut Acha. Acha menatap Deva.
" Dev... "
" Kenapa Cha? " tanya Deva.
" Menurutmu, aku ini kayak gimana sih dimatamu? Kamu benci sama aku ya? Dan kamu masih suka sama Sivia? " tanya Acha beruntun.
" Menurut gue... Lo itu bagaikan bidadari cantik yang turun dari langit. Gue ga benci kok sama lo! Cuma, lo kadang-kadang lola. Terus... Masalah Sivia, gue udah ga suka lagi sama Sivia! Semenjak gue liat kejadian itu. " jawab Deva.
" Haha, bidadari dari Hongkong! Ngaco lo. Gue emang kadang-kadang aja lola, Dev. Sebenernya... Gue juga ga nyangka banget Sivia mau digituin sama Alvin. Selama ini, di Five Girls cuma Sivia yang keliatan polos. Lain sama Shilla, Agni, Ify dan gue. " kata Acha.
" Masa sih? Iya sih. Emang Sivia keliatan polos. Tapi, Alvin itu nafsunya tinggi. Jadi, siapapun cewek yang jadi pacarnya atau deket sama dia, itu akan jadi korbannya. Dulu, ceweknya Alvin sebelum Sivia. Dia bunuh diri karena Alvin selingkuh. " kata Deva menjelaskan.
" Hah? Serius lo? Alvin kayak gitu? " tanya Acha.
" Bentar-bentar... Kok tumben lo nyambung? "
***
Cakka membawa Shilla pergi ke taman hotel. Taman yang ditengah-tengahnya berisi air mancur.
" Shill... " panggil Cakka.
" Ya? "
" Gimana selama sama Rio? " tanya Cakka.
" Hmm... Dia anaknya ga asik ah! Setiap dia ngomong pasti bahasnya Alvin melulu. Bete gue! " jawab Shilla sambil manyun.
" Ah, masa sih Rio kayak gitu? Dia suka sama lo ga? " tanya Cakka.
" Ga tau deh... Tapi, dia ngelarang gue gitu deket sama Alvin. " jawab Shilla lagi.
" Itu artinya Rio suka sama lo. " kata Cakka.
" Masa sih? Tapi, perasaan dia deketnya sama Agni deh. Kenapa kita jadi tukaran pasangan? Kalo ketauan Kak Gabriel sama Kak Zahra gimana? " tanya Shilla bertubi-tubi.
" Apa?! Rio deket sama Agni? Bukannya Agni deket sama Debo? Ya udah yuk. Kita balik ke pasangan. " ajak Cakka.
" Ayo. "
bersambung...
- BoNi? ID? --'' ribet.. Rio? Minta dibunuh? --'
- AlVia? Ribet ah...
- DeCha? --'
- CakShil? --'
tunggu selanjutnya...
Coment yang panjaaangggg...
Kalo udah pada panjang2 baru dilanjut :P
Ini lanjutannya.. :)
semoga suka ya...
Jangan lupa LIKE+COMENT..
***
Agni menatap Debo. Emosinya sudah mencapai stadium akhir(?). Bagaimana tidak emosi? Cowok yang disayanginya berpelukan dengan sahabatnya sendiri. Debo mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya yang terjadi. Akan tetapi, Agni sama sekali tidak mau mendengarkan perkataan Debo.
" Ag, bisa gue jelasin kok. " kata Ify mencoba menjelaskan pada Agni.
Agni menatap Ify. Tangannya mengepal hendak menampar Ify. Debo berdiri dihadapan Agni. Dia mencoba menenangkan emosi Agni.
" Ag... Plis! Ify ga salah. " kata Debo menahan kedua tangan Agni.
" Berisik! Ini masalah gue sama sahabat gue. Lo ga usah ikut campur!! " bentak Agni pada Debo.
" Ag, gue ini pacar lo! Dan Ify sahabat lo. Gue ga mungkin selingkuh sama dia. Karena gue.... "
" Karena lo ga pernah suka sama gue kan? Jahat ya lo! "
" Ag, Debo datang kesini buat nenangin gue! Gue sakit hati karena Rio suka sama lo! Puas! " bentak Ify.
Agni terdiam membisu dan menunduk setelah mendengar penjelasan Ify. Ify ikut-ikutan emosi karena Agni. Debo bingung menghadapi dua orang dihadapannya itu.
" RIO! " Debo berteriak memanggil nama Rio.
" Ngapain lo manggil nama dia? " tanya Ify dan Agni serempak.
Rio yang merasa dipanggil namanya, dengan segera mengarah ke sumber suara. Rio lewat didekat Debo, Ify dan Agni.
" Permisi... Numpang tanya, tau ga siapa yang manggil gue? " tanya Rio.
" RIIOOOO!! " Agni dan Ify langsung menjambak rambut Rio dan menganiayanya. Debo melerai Ify dan Agni.
" STOP! " teriak Debo.
Ify dan Agni menghentikan aksinya dan menatap Debo.
" Gue salah apa sih? Sakit tau! " kata Rio sambil memegangi sudut bibirnya yang biru akibat tonjokan Agni.
" Lo salah besar! Siapa suruh lo suka sama gue? Gara-gara lo gue hampir putusin Debo tau! " bentak Agni pada Rio.
" Gara-gara lo, Ify jadi nangis terus! " bentak Debo ikut-ikutan.
" Oh, gara-gara gue? Gue penyebabnya? Hahaha, ya udah. BUNUH GUE SEKARANG! " ucap Rio.
***
Alvin menunduk. Cakka menatap Alvin menunggu jawaban darinya.
" Ngomong! Ada masalah apa lo sama Kak Gabriel? " tanya Cakka.
" ..... " Alvin terdiam.
" Woy! Jawab! " bentak Cakka.
" Gue... Gue ditauin sama Kak Gabriel. " jawab Alvin menunduk.
" What? Lo ditauin sama Kak Gabriel? Terus kalo dilaporin ke KepSek gimana? Lo mau dikeluarin dari sekolah? " tanya Cakka beruntun.
" Nggak! Gue ga mau, Kka. Gue nyesel ngelakuin kayak gitu sama Sivia. Gue nyesel, Kka! " jawab Alvin.
" Terus ntar kalo Sivia hamil gimana? " tanya Cakka lagi.
" Gue suruh dia aborsi. " jawab Alvin.
" What?! Aborsi? Lo gila, Vin? Bisa celakain nyawa sivia! Dan lo bakal nambah dosa lagi. " ucap Cakka.
" Terus gue harus gimana, Kka? Gue belum siap jadi Ayah. " kata Alvin.
" Itu sih DERITA LO! Siapa suruh lo gituin Sivia? Salah lo sendiri. " jawab Cakka.
Alvin terdiam dan mencerna perkataan Cakka.
" Kenapa lo diem? " tanya Cakka.
" Gue nyesel ngelakuin itu, Kka! Gue nyesel. " kata Alvin menunduk.
" Terlambat, Vin! Lo udah terlambat! " ucap Cakka.
" Gue ngelakuinnya dua kali, Kka. Gue nyesel. " ucap Alvin.
" WHAT? DUA KALI? "
***
" Standar ukurannya. " jawab Sivia.
" Ah, masa sih? Bodynya Alvin kan bagus... Tapi, kok standar? " tanya Shilla.
" Iya standar. Awalnya sih nyesek. Tapi, lama-lama enak juga. " jawab Sivia.
" Yee... Enak sih enak! Tapi masa depan lo hancur karena Alvin! " kata Shilla.
" Gue akan suruh dia tanggung jawab! " kata Sivia yakin.
" Yakin Alvin bakal tanggung jawab? "
" Kok lo ngomong gitu? "
" Temen gue pernah jadi korbannya Alvin. Namanya Zevana. Dia diselingkuhin sama Alvin. Hingga akhirnya..... "
" Dia kenapa? " tanya Sivia ingin tahu.
" Dia bunuh diri. " jawab Shilla.
" Terus Alvin gimana? Dia dateng ga ke pemakamannya Zevana? " tanya Sivia lagi.
" Alvin langsung pindah ke Jakarta. Gue bertekad mau ngebales Alvin. Tapi... (meneteskan air mata) gue ga nyangka korban Alvin selanjutnya adalah sahabat gue sendiri. " jawab Shilla.
" Apa? Jadi Alvin cuma mau mainin gue? " tanya Sivia.
" Mungkin. " jawab Shilla.
Sivia melihat sekeliling kamar Acha. Matanya tertuju mata silet yang terletak di meja kamar itu. Sivia mengambil silet itu.
" (menyerahkan kepada Shilla) BUNUH GUE SHILL! " ucap Shilla.
" (mengambil dan melemparnya) ALVIIINNNNN! " Shilla berteriak memanggil nama Alvin. Sivia menatap tajam Shilla.
" (mencekek(?) leher Shilla) Jangan panggil dia! " bentak Sivia.
" Ehek.. Uhuk.. Vi, sa... Sakit. " rintih Shilla.
BRAKK--
Cakka mendobrak pintu kamar Acha. Alvin langsung menahan Sivia.
" Kka, bawa pergi Shilla! " perintah Alvin.
Cakka dan Shilla langsung pergi dari kamar Acha. Sivia menatap Alvin.
" COWOK BRENGSEX! (?) Lo cuma mainin perasaan gue kan? Sialan lo, Vin! " bentak Sivia dihadapan Alvin.
" Maksud lo mainin gimana? " tanya Alvin.
" Lo inget ga cewek yang namanya Zevana? " tanya Sivia.
" Zevana? Lo tau darimana cerita ini? " tanya Alvin.
" Lo ngilang karena Zevana bunuh diri? Iya? " tanya Sivia lagi.
" Vi... "
PLAKK--
Sivia menampar Alvin. Emosinya telah diujung tanduk. Ingin rasanya Ia menghentikan semua ini. Mengakhiri hidupnya.
" Vi, itu masa lalu. Gue beneran sayang sama lo Vi! Dan gue akan tanggung jawab semuanya. " kata Alvin.
" Alah, bullshit! Lo cuma mau mainin gue kan? Setelah dapat semuanya lo tinggalin gue kan? Lo ga mau tanggung jawab kalo gue hamil kan? Brengsek lo Vin! " bentak Sivia. Perlahan-lahan air mata jatuh membasahi pipi Sivia.
" (memeluk Sivia) Vi, gue nyesel Vi. Gue nyesel! Tapi, gue akan tanggung jawab kalo sampai terjadi apa-apa sama lo. Gue janji, Vi. " ucap Alvin.
" Gue ga percaya sama omongan lo! Lo tega buat Zevana sampai bunuh diri. " kata Sivia.
" Vi... Gue ga tau kalo Zevana bakal bunuh diri. Hari dimana Zevana bunuh diri, gue langsung pindah ke Jakarta karena Papa gue pindah tugas ke Jakarta. Plis Vi, percaya sama gue! Gue ga akan nyakitin perasaan lo. " kata Alvin mencoba menenangkan Sivia.
" (melepaskan pelukan Alvin) Beneran? " tanya Sivia.
" Bener Vi. " jawab Alvin.
Wusshhh...wusshhh...
Tiba-tiba jendela kamar Acha dihotel terbuka. Angin berhembus kencang dari luar. Sivia nampak ketakutan.
***
Deva membelai rambut Acha. Acha menatap Deva.
" Dev... "
" Kenapa Cha? " tanya Deva.
" Menurutmu, aku ini kayak gimana sih dimatamu? Kamu benci sama aku ya? Dan kamu masih suka sama Sivia? " tanya Acha beruntun.
" Menurut gue... Lo itu bagaikan bidadari cantik yang turun dari langit. Gue ga benci kok sama lo! Cuma, lo kadang-kadang lola. Terus... Masalah Sivia, gue udah ga suka lagi sama Sivia! Semenjak gue liat kejadian itu. " jawab Deva.
" Haha, bidadari dari Hongkong! Ngaco lo. Gue emang kadang-kadang aja lola, Dev. Sebenernya... Gue juga ga nyangka banget Sivia mau digituin sama Alvin. Selama ini, di Five Girls cuma Sivia yang keliatan polos. Lain sama Shilla, Agni, Ify dan gue. " kata Acha.
" Masa sih? Iya sih. Emang Sivia keliatan polos. Tapi, Alvin itu nafsunya tinggi. Jadi, siapapun cewek yang jadi pacarnya atau deket sama dia, itu akan jadi korbannya. Dulu, ceweknya Alvin sebelum Sivia. Dia bunuh diri karena Alvin selingkuh. " kata Deva menjelaskan.
" Hah? Serius lo? Alvin kayak gitu? " tanya Acha.
" Bentar-bentar... Kok tumben lo nyambung? "
***
Cakka membawa Shilla pergi ke taman hotel. Taman yang ditengah-tengahnya berisi air mancur.
" Shill... " panggil Cakka.
" Ya? "
" Gimana selama sama Rio? " tanya Cakka.
" Hmm... Dia anaknya ga asik ah! Setiap dia ngomong pasti bahasnya Alvin melulu. Bete gue! " jawab Shilla sambil manyun.
" Ah, masa sih Rio kayak gitu? Dia suka sama lo ga? " tanya Cakka.
" Ga tau deh... Tapi, dia ngelarang gue gitu deket sama Alvin. " jawab Shilla lagi.
" Itu artinya Rio suka sama lo. " kata Cakka.
" Masa sih? Tapi, perasaan dia deketnya sama Agni deh. Kenapa kita jadi tukaran pasangan? Kalo ketauan Kak Gabriel sama Kak Zahra gimana? " tanya Shilla bertubi-tubi.
" Apa?! Rio deket sama Agni? Bukannya Agni deket sama Debo? Ya udah yuk. Kita balik ke pasangan. " ajak Cakka.
" Ayo. "
bersambung...
- BoNi? ID? --'' ribet.. Rio? Minta dibunuh? --'
- AlVia? Ribet ah...
- DeCha? --'
- CakShil? --'
tunggu selanjutnya...
Coment yang panjaaangggg...
Kalo udah pada panjang2 baru dilanjut :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar